Sagishi wa Shoujo to Kamen Shikake no Tabi o Suru Bonus Cerita

Masquerade Confidence Bonus Cerita: Masa Lalu - Evelyn. Eksklusif terjemahan Indonesia di Yomi

Penerjemah : Koyomin

Bonus Cerita: Masa Lalu — Evelyn

Ini adalah kisah saat aku masih jauh lebih belum matang dari sekarang.

Perjalanan hingga aku menjadi maid sapu di bawah bimbingan sang guru.

“Halo, perkenalkan. Mulai hari ini aku akan menjadi murid, namaku Evelyn Havelhaval—”

Sapaan ku tiba-tiba terpotong oleh tamparan keras bagai petir, tanpa ada sedikit pun rasa sopan atau perhatian seperti biasanya saat pertama bertemu.

Dari lantai batu tempat aku terbaring terlentang, aku menatap langit biru sambil merasakan gema hantaman dan suara wanita yang kelak menjadi guruku bersamaan terdengar.

“Salam kenal, Nona. Sekarang juga, tanpa izin dariku, mulut kotor yang tersambung langsung dengan saluran pembuangan itu dilarang dibuka lagi. Kalau paham, jawab aku, bocah jamban.”

Dia adalah Aria, guruku sekaligus maid sapu terkuat di ibu kota kerajaan. Sosoknya yang menjatuhkan rambut merah darah seperti genangan darah memberikan kesan pertama bak malaikat maut.

Dan perumpamaan itu sama sekali bukan berlebihan, karena pelatihan tinggal di rumah itu benar-benar sangat berat.

Suatu hari, saat aku tengah menyapu lorong sebanyak tiga ribu kali bolak-balik.

“Teh habis, Evelyn.”

“Ah!! Maafkan aku, Shishou!

“Maksudmu aku yang harus membelinya?”

“Tidak, Shishou!Guh!?

“Tugasmu memastikan persediaan tak habis. Gadis bodoh sepertimu tampaknya kurang pupuk di ladangnya sejak lahir.”

“Ma-maafkan aku…”

“Aku beri upah. Sekarang juga pergi beli di toko pinggir jalan!”

“Ya, iya!”

“Kalau begitu, lari sambil melakukan handstand.”

“Tapi, Guru, aku pakai rok…”

“Cepat, gas pol!”

Lalu di hari lain, saat jam teh sore tiba.

“Guru, ini tehnya.”

“...Apakah kamu salah mengira poni-mu dengan lidahmu dan memotongnya? Ya, tak ada yang bisa dilakukan. Aku akan mengajarkan tubuhmu apa itu kenikmatan.”

Dengan tanpa ampun, guru menuangkan teh langsung dari teko ke tenggorokanku yang sedang berlutut.

“Gok! B-b-bok!”

“Tidak akan selesai sampai kamu menenggak sepuluh galon (catatan: satu galon kira-kira empat liter). Hei, jangan cuma ngeloyor dari hidung, gerakkan tenggorokanmu!”


Di hari lain, pagi-pagi sekali.

“Selamat pagi... Shishou.”

“Selamat pagi, Evelyn. Sekarang mulai seperti biasa. Topik hari ini: sebutkan sepuluh hal yang indah dari diriku.”

“Ya! Shishou-ku cantik! Suaranya indah! Rambutnya luar biasa cantik! Karakternya juga sangat indah! Eh, eh, lalu...”

“Hanya empat, terus mandek? Hukuman: seratus kali pull-up dengan hidung dicungkil!”

“Ehh! Tolong, Guru, itu saja jangan!”

“Tak ada tawar-menawar.”

“T-idakkkkkk──!!”

***

“...Kurasa, begitu lah asal muasal maid kasar tapi lugu dan polos yang pemalas ini.”

“Hmm, ya. Memang karakternya agak beda-beda, sih...”

Suara api unggun yang berderak pelan. Aku sedang cerita, atau tepatnya nebak-nebak asal usul Evelyn ke Cronica yang katanya susah tidur, tapi reaksinya agak kurang semangat.

“Kau sebaiknya lihat ke belakang, Linus.”

Aku menoleh. Di sana berdiri maid berambut hitam dengan ekspresi tanpa ada sedikit pun kehangatan seperti biasanya.

“—Lalu, sebenarnya bagaimana ceritanya?”

Dengan menepis tinju yang membuatku diam, Evelyn hanya berkata satu kalimat itu.

“Aku serahkan pada imajinasimu.”

Gabung dalam percakapan