Penerjemah : Koyomin
Chapter 1: Iblis Penyihir Merah!
Part 1
Sudah beberapa waktu sejak kami menjadikan Axel sebagai rumah. Setelah tiba di dunia ini, aku telah menghadapi banyak tantangan dan beban hutang yang besar, tapi sekarang semua itu sudah berlalu. Kini, aku akhirnya bisa hidup dengan tenang.
“Aku berencana untuk melakukan perjalanan.”
Selagi aku sedang menguap di sofa, aku mendengar Aqua mengatakan sesuatu yang bisa menghancurkan ketenangan hidup kami.
“Itu terdengar menyenangkan, tapi bukankah kau ada jadwal memasak besok?”
Kehidupan sehari-hari yang tenang di rumah kami, aku tidak mau ada sesuatu yang tidak perlu saat keadaan begitu tenang.
“Tidak masalah, aku akan kembali saat makan malam.”
“Kalau begitu, itu bukan perjalanan, tapi piknik. Aku yakin kau takut pergi sendirian dan ingin kami ikut, kan?”
Ada banyak bahaya di luar sana, termasuk katak raksasa—musuh bebuyutan Aqua.
“Darkness saja cukup. Megumin dan Kazuma tidak cukup kuat untuk menjagaku.”
...
“Baiklah, Megumin, blokir jalan keluarnya! Dia bisa bermalas-malasan sampai-sampai menjadi sembrono. Kalau kita biarkan dia pergi, dia akan berakhir dalam masalah.”
“Aku akan menunjukkan padanya siapa yang ‘tidak cukup kuat’!”
“Tunggu! Kenapa kalian bersikap seolah-olah apa yang kukatakan itu salah? Kau hanyalah seorang NEET serakah, dan Megumin akan meledakkan apapun begitu kau mengalihkan pandangan darinya.”
Itu sama sekali bukan permintaan maaf.
Sementara Megumin mengambil posisinya, aku menyingsingkan lengan baju dan mendekati Aqua.
“Waaaaaaah! Darkness, tolong aku! Aku tidak melakukan kesalahan apapun, tapi mereka berdua mencoba melakukan hal yang buruk!”
“Aku bisa mendengar kalian semua dari dapur...”
Darkness muncul sambil membawa satu set perangkat teh, tampak bingung.
“Aqua, kenapa kau ingin bepergian?” tanyaku, sementara Darkness menuangkan teh untuk semua orang.
“Kita akan mengambil batu berbentuk aneh. Kita sudah mencari di semua sungai di sekitar sini, jadi kita akan melakukan ekspedisi ke sungai-sungai di pegunungan.”
Benar, dia hanya ingin membuang-buang waktu.
“Aku mau saja mengajakmu ikut, tapi kau NEET serakah yang mungkin akan mencuri batu berharga. Dan dengan temperamen Megumin yang pendek, dia pasti akan meledakkan seluruh sungai.”
Aku tidak mengoleksi sampah, tapi dia benar dalam hal Megumin, yang tiba-tiba memalingkan muka.
“Kalau begitu, Megumin dan aku akan tinggal di rumah. Darkness, aku titip Aqua padamu. Kalau kalian bertemu monster, pastikan untuk melarikan diri, oke?”
“T-tunggu sebentar, aku harus ikut!? Aku punya firasat buruk tentang ini!”
Darkness menjatuhkan cangkir tehnya dengan panik saat dia memprotes, tapi Aqua meraih tangannya dan membawanya pergi.
“Crusader harus melindungi Archpriest! Aku ingin kembali saat makan malam, ayo pergi!”
Megumin dan aku hanya bisa melihat Aqua yang ceroboh itu menyeret Darkness pergi.
Part 2
Karena merasa bosan, aku dan Megumin pergi ke toko Wiz untuk melihat apakah ada sesuatu yang menarik untuk ditemukan.
“Kazuma-san, Megumin-san, selamat datang. Vanir-san sedang keluar dan aku tidak ada kegiatan untuk saat ini.”
Wiz menyambut kami dengan senyum ramah.
Iblis bertopeng itu tidak terlihat. Mungkin dia sedang mencoba menutup kerugian pemilik toko.
“Aku akan membuatkan teh. Silakan melihat-lihat.”
“Terima kasih. Kalau begitu, mari kita lihat—.”
Akhir-akhir ini, sulit membedakan apakah ini toko alat sihir atau kafe.
“Wiz, apa itu 'batu darah merah terlarang'? Warnanya indah, tapi kenapa dilarang!?”
Megumin mengambil sebuah batu merah dari rak. Tampaknya, warna dan namanya sangat cocok dengannya.
Sepertinya dia memasuki usia di mana dia mulai tertarik pada hal-hal semacam ini.
“Ah, itu nama yang diberikan Vanir-san untuk batu merah yang ditemukan Aqua-sama. Itu hanya batu biasa, tidak ada yang istimewa. Tapi Vanir-san bilang kalau kita menaruhnya di rak, seorang Penyihir Merah pasti akan membelinya—”
Megumin segera membuang batu itu ke tempat sampah sebelum Wiz selesai bicara.
“Ngomong-ngomong, aku sempat mendapat beberapa produk dari desamu tempo hari, tapi Yunyun-san membeli semuanya.”
“Apa yang dipikirkan gadis itu? Aku juga ingin beberapa!”
Saat mereka berbincang, aku melihat-lihat dan mengambil sesuatu.
“Hei, cincin apa ini? Tidak ada nama, tidak ada deskripsi, bahkan label harga pun tidak ada.”
Cincin itu berwarna hitam, agak tidak menyenangkan dan tampak membosankan. Mungkin cincin itu tidak dijual, karena hanya diletakkan di atas meja, bukan di rak pajangan.
“Aku tidak yakin, kurasa Vanir-san yang membelinya. Biar kuperiksa dulu.”
Wiz mulai menaksir cincin itu dengan alat sihir yang terlihat seperti kaca pembesar. Ia menatapnya saksama, ekspresinya berubah menjadi semakin suram.
“Sepertinya ini adalah cincin iblis. Cincin ini mengandung kutukan yang kuat. Siapa pun yang memakainya akan mendapatkan kekuatan gelap yang besar... tapi dengan harga tertentu. Kenapa Vanir-san menyimpan benda seperti ini—?”
Sebelum Wiz selesai, cincin itu sudah direbut.
Megumin mengambilnya dan langsung memakainya di jarinya tanpa ragu sedikit pun.
“A-apa yang kau lakukan?”
“Megumin-san!? Itu adalah benda terkutuk!”
Megumin mengangkat tangannya ke atas kepala, menatap cincin itu dengan mata yang bersinar merah pekat.
“Begitu kudengar bahwa cincin ini mengandung kekuatan gelap, hati seorang Penyihir Merah dalam diriku berbisik untuk mengambilnya! Ayo, cincin iblis, tunjukkan padaku kekuatanmu!”
“Tidak, tidak, jangan lakukan itu. Aku tidak bisa membiarkan gadis kecil memegang benda berbahaya seperti itu! —Hei, berhenti memberontak, berikan cincin itu padaku!”
Megumin meringkuk di tanah, melindungi cincin itu.
“Kazuma, mungkin kau juga terpesona oleh kekuatan kegelapan... Tapi ini soal siapa cepat dia dapat! Aku tidak akan mengembalikannya sampai seluruh kekuatannya habis kugunakan!”
“Untuk apa aku menginginkan cincin itu!? Lepaskan saja dan kembalikan sekarang juga”
Saat kami masih berdebat dan Megumin tetap berguling-guling di lantai, pintu depan tiba-tiba terbuka—dan suara mengejek langsung menggema.
“Mengapa kalian orang bodoh membuat keributan seperti itu? Diriku bisa mendengar kalian dari luar.”
Vanir muncul dengan suasana hati yang baik dan tas penuh dengan uang.
“Vanir, akhirnya kau kembali juga! Megumin dalam masalah karena salah satu produkmu...”
“Produkku? Apa yang harus diriku katakan ketika pemilik toko terus menghambur-hamburkan uang kami? Dengan bayaran yang akhirnya diriku terima, diriku bisa membeli barang berkualitas—”
Vanir tiba-tiba berhenti dan membeku setelah melihat Megumin jongkok di lantai.
Iblis yang bisa melihat segalanya itu pasti tahu persis apa yang sedang ia pegang.
“Gadis bodoh! Apa lu memakai cincin iblis?”
Megumin menoleh ke arahku, masih meringkuk.
“Apa masalahnya menggunakan alat sihir dari toko alat sihir? Kazuma dengan senang hati akan membayarnya, tidak ada yang perlu dikeluhkan!”
“Apa tidak ada otak di dalam kepalamu itu, gadis!? Barang langka itu dibawa langsung dari neraka untuk dijual ke pedagang grosir! Apa lu mencoba memaksa diriku melanggar kontrak!?”
“Jangan seret aku ke dalam ini! Aku tidak akan membayar untuk barang berbahaya seperti itu!”
Mungkin menyadari kelemahannya, Megumin akhirnya berdiri.
“Kurasa itu tidak bisa dihindari. Tapi aku harus menyatakan bahwa aku layak mendapatkannya.”
Dengan nada menantang, dia kemudian menurut dan mengulurkan tangannya agar aku bisa melepaskan cincinnya.
“... Aku tidak bisa melepaskannya.”
“Hmm? ... Itu berarti cincin itu telah mengakuiku sebagai pemilik sejatinya, dan menegaskan klaimnya dengan tidak mengizinkan orang lain menggunakannya! Kurasa seperti itu—Kazuma yang akan membayarnya. Toh mereka tidak akan memberikannya secara cuma-cuma… pada akhirnya aku akan membayarnya dengan uang jajanku...”
Wiz memang sudah bilang cincin itu terkutuk. Megumin pasti sadar sejak awal bahwa benda itu tidak bisa dilepas dengan mudah.
Vanir menghentikan Megumin yang mulai merayakan seperti orang bodoh.
“Cincin terkutuk secara alami terkutuk; cincin itu tidak bisa dilepas secara normal. Tapi... melihat keadaan saat ini, hanya ada satu solusi.”
“Yah? Archpriest tingkat tinggi bisa mencabut kutukan itu... tapi Aqua-sama sedang tidak ada sekarang.”
Vanir menggelengkan kepalanya.
“Wiz, panggil seorang pendeta. Yang bisa menyambungkan kembali jarinya.”
“APA!?”
“T-Tunggu, apa yang sedang dia pikirkan!? Kazuma, katakan sesuatu!”
Megumin buru-buru bersembunyi di belakangku, wajahnya berubah pucat.
“Wiz, pinjamkan kami ruang belakang toko. Aku akan menggunakan Steal pada Megumin sampai cincin itu terlepas. Aku tidak yakin bisa bekerja melawan benda terkutuk, tapi patut dicoba.”
“Itu tidak akan berhasil! Kau akan mengambil SEMUANYA kecuali cincinnya! Dengar, aku minta maaf karena terbawa suasana! Tolong tunggu sampai Aqua kembali!”
Part 3
Megumin mengeluh saat kami melewati gerbang utama kota.
“Tidak adil bagi seorang gadis baik hati untuk menghadapi dua orang sekaligus.”
“Pilih kata-katamu dengan lebih hati-hati. Semua terjadi karena kau bertingkah seperti orang bodoh. Itu adalah benda terkutuk—kenapa kau malah menginginkannya?”
Megumin hanya bisa merapal satu mantra per hari. Aku tidak ingin "harga untuk kekuatan kegelapan" malah membuatnya jadi lebih konyol dari biasanya.
“Tapi kau juga penasaran dengan kekuatan cincin ini, kan Kazuma? Kalau tidak, kau tidak akan terus mengikutiku ke mana-mana.”
“Yah... itu memang benar. Vanir bilang benda itu barang langka.”
Megumin harus menyimpan cincin itu sampai Aqua kembali. Vanir sudah memperingatkannya untuk tidak melakukan hal bodoh. Jelas sekali dia tahu siapa yang sedang dia hadapi.
“Mari kita uji kekuatan kegelapan ini pada musuh alami kita—katak raksasa. Aku tidak tahu berapa harga yang harus dibayar, tapi aku bersedia mengambil risiko.”
“Dari awal kau memang sudah ambil risiko.”
Megumin menepuk punggungku saat kami menyusuri daerah luar kota mencari katak. Dengan hanya kami berdua, kami hanya bisa melawan satu ekor. Kalau lebih dari itu, kami akan dimakan jika kami tidak melarikan diri.
Aku mulai memindai sekeliling dengan kemampuan Detect Enemy. Tak lama kemudian, aku mendeteksi seekor katak.
“Ada satu di atas bukit di depan. Bisakah kau menggunakan kekuatan cincin itu?”
“Aku sudah merasakan aliran sihir melonjak dalam tubuhku sejak tadi. Kurasa aku bisa melakukan sesuatu yang baru!”
Aku langsung merasakan firasat buruk. Kalau kekuatan kegelapan ini ternyata tidak berguna, aku harus menyelamatkannya sebelum dia dimakan katak.
Sementara aku masih merenung, katak itu sudah menyadari kehadiran kami.
“Dia datang! Ayo, Megumin! Tunjukkan kekuatan barumu!”
“Sial, mataku sakit. Aku bisa merasakan kekuatan berkumpul di mata iblisku!”
Megumin melempar penutup matanya dan berpose aneh tepat saat katak raksasa itu melompat ke arahnya.
“Lihatlah kekuatan kegelapan yang telah bangkit di dalam diriku!”
Sebuah sinar hitam melesat dari mata Megumin, menembus tubuh katak tersebut. Tak sekuat Explosion, tapi cukup untuk membunuhnya dalam satu tembakan.
“Itu luar biasa, Megumin! Kau berhasil, katak itu tidak bergerak!”
“MATAKU, MATAKU, AHHHHHHHHHHHHH!”
Megumin berguling-guling di tanah sambil menutupi matanya.
“Itu hebat, tapi serangan yang menyakiti diri sendiri tidak bisa disebut berhasil. Menurutmu... kacamata atau pelindung mata bisa membantu?
“Jangan anggap enteng ini! Biayanya terlalu tinggi!”
Setelah menggunakan Freeze pada matanya, rasa sakitnya sedikit mereda. Begitu bisa melihat lagi, Megumin segera memeriksa hasil tembakannya.
“Sebagai pengguna sihir ledakan, kekuatan ini tidak memuaskan. Tapi, rasanya menyenangkan bisa menembakkan sesuatu dengan mudah.”
“Aku lebih suka punya penyihir yang bisa menembakkan mantra lebih dari sekali sehari.”
Mendengar komentarku, Megumin mengangkat tangannya untuk menatap cincin itu, lalu memiringkan kepala.
“Hanya dengan melihatnya, aku bisa merasakan... ada sesuatu yang lebih dalam dari kekuatan ini...”
Kemudian, dia menatapku. Saat mata kanannya mulai bersinar merah, tubuhku tiba-tiba tidak bisa bergerak.
“Hah!? Hei Megumin, apa yang kau lakukan? Aku tidak bisa bergerak!”
Megumin tampak terkejut sesaat, seolah tidak sadar telah mengaktifkan kekuatannya sendiri. Tapi segera setelah itu, dia menyeringai puas dan membalikkan jubahnya dengan gaya dramatis.
“Ini adalah mata pengikat sihirku! Kazuma, jika kau ingin bebas, bersumpahlah! Ya, bersumpahlah untuk setia padaku—keturunan kegelapan!”
“Ingat saja ini! Begitu Aqua kembali dan mengurus cincin itu, akan terlambat untuk menangis dan meminta maaf!”
Megumin yang tadi terlalu percaya diri mulai terlihat sedikit goyah mendengar ancamanku.
“Kazuma, kau yakin ingin bicara begitu sekarang...? Aku rasa ini tidak—!!”
“AHHHHHHHH—!!”
Aku berteriak lebih dulu sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya.
“—Apa kau mau menyiksa tubuhku saat aku tidak bisa bergerak!? Sial, tapi meskipun kau bisa mengambil tubuhku, kau tidak akan pernah bisa mengambil hatiku!”
“Jangan membuatnya terdengar seperti Darkness! Aku hanya berpikir untuk menggelitikmu!”
Saat kami sedang ribut, skill Detect Enemy-ku tiba-tiba bereaksi. Dari tempat Megumin menembakkan sinar tadi—ada sesuatu di sana.
“Megumin, hancurkan mantranya! Ada katak di belakangmu.”
“Kau pikir aku akan tertipu? Pasti kau ingin memanfaatkan celah begitu aku membatalkan mantranya, kan? Kalau kau bersumpah tidak akan berbuat macam-macam, aku akan melepaskanmu.”
Dia sungguh mengira ini adalah tipu muslihat—sampai seekor katak raksasa benar-benar melompat dari belakang.
Megumin langsung menampilkan senyum canggung.
“M-Mungkin aku sedikit terbawa suasana, aku akan segera mematahkan mantranya. Tapi Kazuma, kau bukan tipe orang pendendam, kan...?”
Part 4
Setelah mengalahkan katak yang lain, Megumin dan aku kembali ke guild untuk menjual daging katak dan mengambil hadiah kami.
“Kazuma, kau harus lebih serius saat memberi peringatan. Dasar pembohong… susah sekali mempercayaimu.”
Katak itu hampir saja menelan Megumin sebelum aku menyelamatkannya. Karena dia berdiri di antara aku dan katak itu, dia malah jadi umpan.
Kini dia penuh lendir dan terus mengeluh sepanjang jalan.
“Jangan membuatku terdengar seperti anak kecil yang berteriak ‘serigala!’ Ini salahmu sendiri karena terlalu terbuai oleh kekuatan kegelapan.”
“Ungkapan ‘terbuai oleh kekuatan kegelapan’ terdengar keren. Tapi sebagai penyihir ledakan, aku tidak bisa menerima kekuatan yang lemah...”
Megumin membuka pintu guild petualang, dan Yunyun sudah menunggu kami di dalam.
Dia terlihat terkejut sesaat, lalu gelisah, seperti ingin bicara tapi menahan diri. Sepertinya dia ingin menanyai Megumin apa yang terjadi, tapi tidak ingin terlihat menyebalkan atau merepotkan.
Akhirnya, aku yang menyapanya lebih dulu.
“Hai.”
“Hai, Kazuma. Kebetulan sekali bertemu di tempat seperti ini, Megumin! Ini pertemuan takdir! Ayo kita selesaikan persaingan kita, di sini, sekarang!”
“Aaaaah! Kazuma, dia menyebalkan, jangan memancingnya!”
Yunyun tampak senang bisa menyapa Megumin, tapi langsung diusir dengan marah. Tapi mana mungkin aku melewatkan tontonan menarik seperti ini?
“Oh? Pertarungan antara penyihir sejati dan penyihir palsu dari Klan Penyihir Merah!”
“Yunyun vs Megumin? Kecuali Megumin curang, taruhanku di Yunyun!”,
“Megumin terbiasa berkelahi, mungkin dia penyihir konyol, tapi dalam hal debat, dia tidak menunggu dua menit sebelum meninju.”,
“Megumin kuat dalam pertarungan fisik karena levelnya tinggi. Level Yunyun juga seharusnya tinggi.”
Seluruh guild mulai saling bertaruh, sibuk menebak siapa yang bakal menang, sambil sepenuhnya mengabaikan kedua penyihir yang akan bertarung.
Lalu, seorang petualang mendekatiku dengan minuman di tangan dan bertanya:
“Aku selalu penasaran, Kazuma. Kalau disuruh pilih… kau lebih suka yang mana?”
“Dari sudut pandangku, level mereka hampir sama. Yunyun lebih berkembang secara fisik, dan Megumin mungkin lebih pintar. Tapi—” Dengan blak-blakan, aku meyakinkan si petualang, “—Megumin pemarah, dia juga idiot yang gampang marah. Dia mungkin pintar, tapi jelas tidak bijaksana.”
“Masuk akal, aku setuju sekali dengan itu.”
“BERHENTI membicarakan kami seolah kami hewan taruhan!”
Sementara semua orang sibuk berdiskusi, Megumin menyalak marah dan bersiap.
“Kalau aku tidak melawanmu sekarang, orang-orang akan mengira aku pengecut! Saksikan kekuatan mata iblisku! Crimson Eye Bind!”
“!?”
Megumin membuka matanya dengan dramatis dan melepaskan serangan mendadak.
Ucapan konyolnya yang biasa membuat guild meledak dalam tawa, sampai semua orang menyadari Yunyun bertingkah aneh.
“A-Aku tidak bisa bergerak...!?” Yunyun berkata, membeku di tempat, sementara seluruh guild mulai heboh.
“A-Apa yang terjadi, Yunyun? Tidak perlu menahan diri hanya karena kalian teman lama.”,
“Yunyun hanya memberinya kelonggaran.”,
“Kupikir Yunyun satu-satunya penyihir normal di klan mereka…”
“Bukan...! Aku sungguh tidak bisa gerak!”
Dengan mata berkaca-kaca, Yunyun membela diri. Megumin tertawa terbahak-bahak penuh kemenangan.
“Fuhahahaha! Saksikan kekuatan sejati milikku! Mulai sekarang, kalian tidak bisa lagi memanggilku ‘penyihir ledakan gila’!”
“Kukira kau tidak peduli saat orang memanggilmu seperti itu, rupanya kau menyimpannya dalam hati.”
Megumin memerah karena komentarku, lalu menoleh ke petualang wanita di dekatnya.
“Haruskah aku tunjukkan bukti pada semua orang? Crimson Eye Bind!”
“—Eh!? Tunggu, aku tidak bisa bergerak juga!”
Melihat petualang itu membeku seperti patung, suasana guild berubah drastis. Semua orang pucat dan perlahan mundur.
“Serius? Apa Megumin benar-benar membangkitkan kekuatan baru?”
“Ini tidak aneh untuk Klan Penyihir Merah...”
“Juga tidak aneh untuk party Kazuma…”
“Keahlian Megumin adalah menjadi tidak berguna kecuali sihir ledakan. Apa yang akan kau lakukan, Megumin, yang berhenti jadi Megumin!?”
“Crimson Eye Bind!! Crimson Eye Bind!!!”
Megumin meneriakkan sihir ke arah siapa pun yang berkomentar macam-macam, membuat keributan makin besar.
Dia lalu menoleh ke arah Yunyun yang masih membeku.
“Nah, Yunyun, sudah siap? Ayo tunjukkan siapa yang lebih unggul!”
“Tunggu dulu! Kau curang! Itu serangan mendadak, dan aku bahkan tidak pernah dengar soal mata iblis!”
Yunyun tampak hampir menangis karena tidak bisa bergerak, dan sepertinya itu malah memicu sisi Megumin yang suka menggertak.
“Fuhahahaha! Akui saja kekalahanmu dan panggil aku ‘Master’ mulai sekarang, maka aku akan memaafkanmu! Kalau tidak, aku akan menatapmu sampai kau jadi ornamen di guild ini!”
“AHHHHHHH! A-Aku tidak mau! Aku tidak akan mengakui hal seperti itu, AHHHHHHHHHHHHHHHHH—hah?”
Sementara Yunyun berteriak, tiba-tiba mata Megumin berkilat dan topinya menggelembung, seolah didorong sesuatu.
“...Megumin, kau tumbuh tanduk!”
Dua tanduk kecil muncul di kepala Megumin.
“A-apa maksudmu!? O-oh, apa ini! Ada sesuatu di kepalaku!”
“Apa yang kau lakukann!?”
Yunyun berteriak sementara Megumin panik, menggaruk-garuk tanduk di kepalanya.
“Anggota Klan Penyihir Merah tumbuh tanduk selain mata iblis, ya?”
“Kau tidak tahu? Katanya, mereka semua juga punya tato di suatu tempat di tubuh mereka.”
"Apa-apaan ini... Ah, ya, ini kan Party Kazuma. Pasti dia lagi berbuat aneh-aneh."
Sementara aku kesal karena semua orang membicarakan party-ku seolah kami semacam kutukan berjalan, aku menatap Megumin dengan saksama.
"Coba lihat, mata iblis, tanduk, dan tubuh mungil. Apa kau jadi masokis sekarang?"
"Aku tidak dalam keadaan ini karena mau! Darkness akan marah kalau dia tahu!"
Fenomena aneh ini pasti efek samping dari cincin itu. Megumin juga terlihat sadar akan hal itu—dia menatap cincin di jarinya dengan ekspresi bingung.
Beberapa saat kemudian.
"Akhirnya lu menggunakan juga cincin itu, ya? Hihihi, terlihat sangat menyenangkan!"
Sebelum sadar, Vanir sudah tiba di guild, tertawa sambil memegang banyak jimat.
"Jadi... tanduk itu harga yang harus dibayar karena memakai cincin itu? Apa yang terjadi kalau terus dipakai?"
"Hmm. Cincin itu dulunya dipakai oleh para pemuja iblis untuk berganti kelas. Kalau dipakai terus-menerus... yah, dia akan berubah jadi iblis sungguhan."
...Oh.
"Hei Vanir, apa Aqua bisa menghentikannya?"
"Pendeta itu? Kalau dia datang sebelum si penyihir konyol ini berubah jadi iblis konyol, tentu saja bisa. Tapi... berdasarkan penglihatanku yang luar biasa, aku bisa memastikan satu hal: kemungkinannya kecil. Dia dan si crusader berotot itu pasti sedang menghadapi masalah entah di mana."
Kebetulan sekali, aku juga bisa membayangkan masa depan di mana Aqua pulang sambil menangis dan membawa masalah tambahan.
Megumin, yang sedari tadi menatap cincin itu, tampak benar-benar merenung—seolah sedang mempertimbangkan risiko—mungkin bingung dengan gagasan berubah jadi iblis...
"Hei, Megumin, dengar, ya? Semua akan baik-baik saja begitu Aqua kembali. Jangan khawatir, oke—?"
"...iblis ledakan...? Megumin, sang iblis ledakan merah..."
Ternyata, dia sedang memikirkan nama barunya. Jelas tanpa penyesalan atau kekhawatiran.
"Akulah Megumin Demon Eye! Iblis agung yang melalap segalanya dalam kobaran api! Sujudlah di hadapanku, para petualang! Saat mataku bersinar, kalian akan tenggelam dalam lautan api... tanpa bisa bergerak—"
"Jangan sembarangan menyebut dirimu iblis agung, iblis junior! Dan jangan pernah menyamakan mata iblismu dengan mata penglihatanku yang maha tahu!"
Vanir menggenggam kepala Megumin sambil berdiri di antara dua Archwizard itu. Lalu, dengan sok gagah, dia menunjukkan salah satu jimatnya ke Yunyun.
"Nah, gadis patung yang tak bisa bergerak karena sihir konyol! Inilah produk hari ini: Jimat Penetral Sihir! Tempelkan di dahimu dan—voila! Kau bebas! Satu-satunya kelemahannya... kau akan terlihat sangat konyol. Harganya? Mulai dari hanya 30.000 Eris!"
"Vanir-san! Tolong tempelkan sekarang juga! Aku tidak bisa bergerak!"
"Hah!? Mata iblisku jadi tidak berguna!?"
Yunyun akhirnya bisa bergerak setelah Vanir menempelkan jimat itu di dahinya—bersama tagihannya. Langsung saja dia mengambil uangnya dan membayar. Para petualang lain segera memanggil Vanir.
"Vanir, aku juga mau satu! Aku sudah lama beku!"
"Aku juga, Vanir! Tolong!"
"Lebih baik waspada terhadap Megumin dan matanya, untuk jaga-jaga, berikan aku satu juga!"
"Dia pasti akan menyalahgunakan kekuatannya, satu untukku!"
Megumin hanya bisa terdiam saat kekuatan barunya menjadi tidak berguna. Sementara Vanir, dalam suasana hati yang baik karena banyak yang laku, berseru:
"Terima kasih, terima kasih! Fuahahahahahaha, kerja bagus, iblis junior! Kalau lu benaran berubah jadi iblis nanti, akan diriku berikan panduan iblis pemula dengan harga spesial!"
"Aku tidak butuh itu! Tolong jangan jual jimat itu lagi—!?"
Saat Megumin protes, sebuah belati diarahkan padanya.
Pemilik belati itu, Yunyun, memiliki ekspresi tegas. Matanya berkilat, tubuhnya gemetar sedikit.
"Me-Megumin... Aku akan menghentikanmu... sebelum kau benar-benar jadi iblis! Karena... teman tidak membiarkan temannya jatuh ke jalan kegelapan!"
"Tenang, Yunyun! Aku akan baik-baik saja begitu Aqua kembali! E-Eh, kenapa semua orang menatapku seperti itu!?"
Tiga petualang mendekati Yunyun, seolah mendukungnya.
Atau lebih tepatnya... ketiga orang itu...
"Hei Megumin! Bekukan aku lagi kalau berani!"
"Kau pikir bisa seenaknya bikin kacau seperti ini!?"
"Aku tidak akan melakukan ini kalau satu lawan satu, tapi dengan tiga orang, ditambah Yunyun, kami tidak mungkin kalah!"
Ya, mereka adalah petualang yang tadi dibekukan Megumin.
"Hei, tidak adil empat petualang melawan seorang gadis tak berdaya!"
Saat para petualang dengan jimat menempel di dahi mereka semakin mendekat, Megumin menyadari situasinya buruk dan mundur.
"Baru tadi kalian memohon padaku!"
"Aku sudah pakai jimat, tidak takut mata iblis lagi!"
"Hei, gadis ledakan gila! Coba bilang 'maaf karena keterlaluan'!"
Megumin menggenggam tanganku.
"Kazuma, mundur dulu! Kita akan balas dendam nanti!"
"Hei, hentikan! Kalau mau kabur, kabur sendiri, jangan libatkan aku—!"
Untuk gadis kecil itu, dia cukup kuat. Dia menyeretku keluar dari guild sementara aku berusaha melawan agar tidak terbawa arus.
Part 5
Megumin menyeretku ke taman terdekat.
Dengan perasaan melankolis, dia bergumam sendiri sambil duduk di ayunan.
"Kita sudah berteman begitu lama... Aku tidak percaya teman-teman guild tercintaku akan berbalik melawanku seperti itu..."
"Yang 'berbalik' padamu cuma Yunyun. Yang lain, itu reaksi yang sangat wajar."
Megumin tersenyum tipis padaku.
"Kazuma, kau begitu baik. Satu-satunya sekutu yang tetap di sisiku, iblis agung..."
"Paling-paling kau cuma iblis junior. Lagipula, jangan sembarangan menyebut dirimu begitu. Semua akan kembali normal setelah Aqua datang. Berhentilah bertingkah seperti orang gila."
Megumin menghentikan ayunannya.
"...Kazuma, tidakkah seharusnya kau sedikit lebih khawatir? Teman dekatmu akan kehilangan kemanusiaannya. Seharusnya kau bilang, 'Aku akan melakukan segalanya untuk membantumu!'"
"Aku tidak tahu soal itu. Mata iblismu kelihatannya lebih berguna daripada ledakan bodoh itu. Aku tidak terlalu peduli apakah kau kembali atau tidak."
"Jangan sebut ledakanku bodoh! Setidaknya bersikaplah sedikit khawatir..."
Megumin begitu kesal sampai berhenti bergerak.
"Kazuma, apa maksudmu apapun yang terjadi, kau akan tetap mencintaiku?"
Dia menatapku dengan ekspresi penuh harap.
"Aku tidak bilang begitu. Aku cuma tidak peduli apakah kau cosplayer penyihir atau cosplayer iblis."
"Tolong berhenti menyebut pakaian Klan Penyihir Merah sebagai cosplay!"
Penyihir dan gadis iblis memang tidak akan aneh di Shibuya saat Halloween.
…
Kemudian.
"Kau punya tanduk! Apa kau ogre?"
Seorang gadis kecil berbicara dengan Megumin.
"Aku bukan ogre. Aku adalah perwujudan kejahatan, ditolak dunia dan musuh para dewa sendiri. Benar... aku adalah iblis."
Dia sangat sombong. Kalau terus bicara seperti itu, pasti Vanir akan marah. Ekspresi gadis kecil itu bersinar mendengar penjelasan konyol Megumin.
"Kau iblis!? Keren sekali!"
Gadis kecil itu memandangnya dengan penuh hormat—mungkin masih usia di mana dia belum bisa membedakan benar dan salah.
Kelopak mata Megumin berkedut.
"Keren? Kau tidak seharusnya mengagumi makhluk sepertiku. Aku makhluk gelap yang dibenci manusia. Tapi memang benar, iblis dan kejahatan punya unsur keren... tapi kami dihinakan manusia...!"
Meski begitu, dia terlihat sangat menikmati situasi ini.
Gadis kecil itu memiringkan kepala, bingung.
"Tapi iblis itu baik, kan? Mereka sangat baik hati!"
"...Hah?"
Keren atau kuat? Mungkin. Tapi baik hati? Aku ikut memiringkan kepala seperti Megumin.
"Iblis yang aku kenal kuat dan baik! Kemarin dia mengalahkan burung gagak jahat yang mengganggu ibuku!"
Oh, maksudnya dia. Kudengar Vanir populer di kalangan ibu-ibu lingkungan, rupanya dia membantu mereka saat senggang.
Iblis memang bukan hal asing di kota ini. Ada satu toko yang dipenuhi mereka—dan itu toko terbaik di kota pula.
Megumin akhirnya sadar dari keterkejutannya.
"...B-Benar juga. Selama kau menjaga tekad dan hati yang adil, kegelapan tidak akan menguasaimu. Tidak semua iblis jahat!"
Baru saja dia membanggakan bagaimana kegelapan menguasainya. Dia benar-benar tidak punya rasa keadilan.
"Kazuma, betapa salahnya aku. Mari kita menapaki jalan iblis! Meski dunia menolakku... meski Aqua dan polisi akan marah!"
"Polisi sudah membencimu. Jangan diperparah. Kalau terus begini, kau bukan cuma jadi iblis, tapi bisa-bisa jadi Raja Iblis!"
Seolah aku mengatakan hal yang diinginkannya, Megumin mengibaskan jubahnya dan berteriak lantang:
"Akulah iblis merah Megumin! Pemusnah segalanya dalam kobaran api! Saat mata merahku bersinar, lawanku akan tenggelam dalam lautan api! Dunia, sujudlah di hadapanku!"
"Keren sekali! Gadis iblis itu keren! Iblis memang keren!"
Suara gadis kecil bergema di taman saat Megumin tertawa riang setelah dipuji.
…
"Dia di sana! Iblis junior yang ada bounty-nya!"
"!?"
Mata Megumin membelalak mendengar pengumuman bounty tiba-tiba.
Saat kulihat ke arah suara, beberapa petualang familiar terlihat.
"T-tunggu, bounty untukku!?"
"Siapa lagi? Postermu ada di seluruh guild petualang."
"Apa maksudmu!? Baru saja aku memutuskan jadi iblis baik... Tidak, mungkin ini cocok untuk yang telah jatuh ke kegelapan."
Megumin mulai bicara sendiri. Sulit membayangkan guild benar-benar memberi hadiah untuk iblis junior. Rasanya bukan petualang-petualang itu juga yang memintanya...
"Tunggu, siapa yang memasang quest-nya?"
"Yunyun!"
"Dasar gadis itu! Baiklah, kalau itu caramu menyelesaikan ini, Yunyun... ayo kita bereskan!"
Dengan bounty dari sahabatnya sendiri, Megumin membuang topeng kebaikannya.
Para petualang itu tidak mencoba menangkap si "iblis". Mereka hanya memblokir pintu taman, mungkin menunggu bala bantuan.
"Kazuma, ini krisis yang tak terduga. Aku siap meledakkan kota dan jadi penjahat sungguhan, tapi sebisa mungkin ingin kuhindari."
"Dengar, aku akan coba lakukan sesuatu. Tapi jangan gunakan sihirmu!"
Para petualang tegang mendengar percakapan kami.
"T-tunggu, bicara dulu. Dia jadi iblis, tapi jangan gegabah. Vanir bilang Aqua bisa menyembuhkannya!"
"B-bukan, kami tidak akan menyakitinya..."
Seorang petualang bergumam, mungkin merasa tidak enak.
"Orang mengejekku karena kartu petualangku cuma mencatat katak raksasa dan kobold. Kalau aku mengalahkan Megumin, apa aku akan dijuluki Pembasmi Megumin?"
"Kalau berhasil, pastikan kau membanggakannya seumur hidup!"
Megumin mengatakan hal yang benar-benar keterlaluan.
Aku ragu namanya akan muncul di kartu petualang, tapi kalau sampai terjadi, itu akan jadi beban seumur hidup.
"Tidak, kami tidak berniat menangkap atau membunuh Megumin."
"Benar, Yunyun hanya bilang akan memberi kami 5000 Eris jika memberitahu lokasinya. Itu saja."
"Tunggu, kalian menjualku demi harga segelas minuman!? Kazuma, tawarlah lebih tinggi dari Yunyun!"
Ya...
"Aku kasih 5030 Eris jika kalian pura-pura tidak melihatnya."
"Aku semurah itu bagimu!? Kazuma, jangan biarkan namaku tercatat di kartu petualang!"
"Apa nama Megumin akan tercatat di kartu petualang?"
Saat matahari terbenam, suara kecil yang mengerikan terdengar di taman.
Ketika kuperhatikan sumbernya, Yunyun berdiri dengan sinar matahari sore di belakangnya, jimat masih menempel di dahinya, dan ekspresi serius di wajahnya.
Part 6
Tidak yakin sudah berapa lama dia berada di sana, Yunyun tampak serius.
“Aku memang memberikan bounty untuk Megumin... tapi aku harus menghentikan semua orang yang mengejarnya. Jika ada orang lain yang mendapat gelar Pembunuh Megumin, mereka akan jadi bahan olok-olok seumur hidup!”
“Tidak, mereka tidak akan melakukannya! Itu akan menjadi sesuatu yang bisa dibanggakan ke seluruh dunia!”
Yunyun mengabaikan protes Megumin.
“Namanya akan tercetak di kartu petualangku...”
Dia mendongak, dan matanya bersinar merah.
“Megumin, hari ini aku akan mengalahkanmu dan selamanya mengukir namamu di kartu petualangku! Itu kenang-kenangan yang bisa kuberikan padamu... sebagai teman!”
“T-Tunggu, kenapa kau jadi serius begini!? Aku akan baik-baik saja setelah Aqua kembali!”
Yunyun mendengus, tak memedulikan nada panik Megumin yang tak biasa.
“Megumin, kau tidak akan pernah bisa melepaskan kekuatan seperti ini. Kalau seorang dewa jahat menawarkan kekuatan besar dengan imbalan mengorbankan seorang teman... kau pasti akan melakukannya!”
“Aku mungkin akan mempertimbangkannya—whoa, apa yang kau lakukan!?”
Sementara Megumin menjawab, Yunyun mengacungkan belatinya tanpa ragu-ragu.
“Yunyun, tunjukkan sedikit pengekangan! Aku juga khawatir!”
Yunyun yang bermata berkaca-kaca berteriak pada Megumin, yang buru-buru menghindarinya.
“Aku tidak akan ragu untuk menyerangmu—meskipun kita sudah berteman begitu lama!”
Megumin menangkis belati Yunyun dengan tongkat manatite-nya.
“Apa ini pertarungan antara anggota Klan Penyihir Merah...?!”
“Penyihir tingkat tinggi tidak bertarung dengan menembakkan sihir, mereka melakukannya dalam pertarungan jarak dekat!”
“Sihir tingkat lanjut butuh waktu untuk dikeluarkan. Bagi pengamat, ini mungkin kelihatan seperti pertarungan anak-anak, tapi sebenarnya ini cara yang masuk akal!l untuk menyelesaikan masalah...”
Menyadari bahwa dia berada di posisi yang kurang menguntungkan karena jangkauan belatinya, Yunyun membuangnya dan melompat ke arah Megumin, yang langsung membalas dengan bergulat dengannya.
“Kazuma, aku dapat dia! Sekarang, tendang pantatnya!”
“T-Tunggu dulu, Megumin! Ini duel! Meminta bantuan itu curang!”
Mungkin karena mereka berada di level yang sama, keduanya tetap diam dengan tangan saling menggenggam.
“Mengapa kau tidak minta bantuan teman-temanmu, Yunyun? Kita ini petualang, wajar dibantu teman sendiri! Hei, Kazuma, kau ngapain!?”
Meski Megumin memintaku menyerang Yunyun, aku ragu menendang pantat seorang gadis tanpa alasan jelas. Jadi, sebagai gantinya... aku memukul pantat Megumin.
“A-Apa yang kau lakukan, Kazuma!? Aku menyuruhmu menendang pantat Yunyun! Bukan aku!”
Gadis ini benar-benar harus lebih hati-hati memilih kata-kata. Aku tidak ingin terlihat seperti temannya dalam situasi seperti ini...
“Aku seharusnya bisa melakukan banyak hal sekarang karena kalian tidak bisa bergerak, kan?”
“!?”
Seolah-olah merasakan bahaya yang luar biasa, keduanya melepaskan satu sama lain dan melompat mundur.
“Aku memang memintanya, tapi aku resmi menarik permintaan bantuan dari temanku sekarang!”
“Aku tidak mau dapat teman... kalau begini caranya!”
Aku akan minta maaf nanti. Yunyun menarik tongkatnya—sepertinya dia siap menggunakan sihir sebagai pilihan terakhir.
“Apa kau sudah gila, Yunyun!? Kalau kau pakai sihir di dalam kota, kau akan dapat masalah!”
Yunyun menurunkan tongkatnya. Bahkan bagi Megumin, ini cukup mengejutkan untuk membuatnya mempertanyakan kewarasan seseorang.
Tapi tidak lama, Yunyun kembali mengangkat tongkatnya. Dia tak bisa menyembunyikan amarahnya.
“T-Tidak usah khawatir, Megumin. Hanya sihir tingkat lanjut dan ledakan yang dilarang! Sihir tingkat menengah masih diperbolehkan!”
“Hah? Biasanya, aku berada dalam posisi yang kurang menguntungkan karena aku tidak bisa menggunakan sihir ledakan. Tapi sekarang aku punya kekuatan kegelapan, persiapkan dirimu!”
Megumin berkata sambil memfokuskan matanya pada Yunyun.
“Mata iblismu tidak akan berguna lagi! Aku akan membuatmu mati rasa dengan petir, lalu memotong tandukmu!”
“Kau pikir hanya itu yang aku punya!? Ayo, rasakan ini!”
Keduanya berteriak, memperkuat diri masing-masing, dan meluncurkan serangan secara bersamaan.
“'Lightning—AHHHHHHHHHHHH!”
“Crimson Eye Lightning—AHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH!
Megumin menembakkan seberkas cahaya dari matanya yang langsung mengenai Yunyun, memberi sengatan listrik kuat. Tapi serangan Yunyun... sepenuhnya meleset. Dan anehnya, Megumin justru menjerit karena matanya sendiri terbakar akibat serangan sendiri.
“Ah, uhhhhhhhh...”
“MATAKU, AHHHHHHHHHHHH!”
“Hei, apa yang baru saja terjadi? Apakah ini... seri?”
“Megumin berguling-guling setelah menembakkan sesuatu dari matanya dan entah bagaimana terluka sendiri. Yunyun juga meleset...”
“Oh, begitu, apa itu berarti Megumin menang?”
“Kalau dilihat dari siapa yang lebih kesakitan, mungkin Megumin. Tapi lebih baik kita anggap seri saja.”
Seperti yang didiskusikan para penonton, keduanya pun tumbang di tanah.
“... Apakah ini pertarungan antara anggota Klan Penyihir Merah...?”
”Apakah mereka benar-benar petualang tingkat tinggi? Apakah ini benar-benar pertempuran tingkat tinggi...?”
Sementara para penonton kebingungan, Megumin perlahan berdiri, masih goyah. Dengan satu tangan menutupi matanya, dia meraba-raba Yunyun dengan tangan satunya. Yunyun masih terbaring, hanya bergerak sedikit.
“Bukankah kau bilang tak akan ragu untuk memukulku...? Ayo, Yunyun. Mari kita akhiri persaingan ini... sekarang juga!”
“...”
Seperti yang dikatakan para penonton, ini sama sekali tidak terlihat seperti duel antar penyihir tingkat tinggi.
Tiba-tiba, suara familiar menerobos suasana pertengkaran ini.
“Apa yang kalian berdua lakukan?”
Darkness dan Aqua berdiri di pintu masuk taman, masing-masing berlumuran lumpur dan lendir.
Melihat penampilan mereka, tidak sulit menebak apa yang baru saja mereka alami. Tapi yang jelas: Aqua membawa ransel besar yang tampak penuh. Sepertinya perjalanan mereka sukses.
“Suara itu? Aqua! Tolong bantu aku, aku ingin kau menyembuhkanku!”
“K-kau masih saja c-curang Megumin! J-jangan meminta bantuan dalam duel!” Yunyun meninggikan suara protesnya.
“Dasar bodoh, kau tertipu, jadi di situlah kau berada!!”
“A-ah!? Betapa pengecutnya kau!”
Megumin, yang sekarang tahu di mana Yunyun berada, langsung melompat ke arahnya—matanya masih tertutup rapat.
“Ini bukan pengecut, ini strategi! Ini kecerdasan khas Klan Penyihir Merah yang terkenal. Sekarang, Yunyun... kau siap?”
“T-tunggu! Aku... aku menyerah! Hentikan! AHHHHHHHH—!”
Dan dengan itu, sepertinya kemenangan Megumin sudah pasti.
“Heal! Refresh! Sacred Break Spell! Sacred Exorcism!”
“AHHHHHHHHHHHHHHHHH!”
Tiba-tiba, Aqua melepaskan rentetan sihir penyembuhan pada Megumin. Dia berguling-guling di tanah saat awan besar asap hitam keluar dari tubuhnya.
“Megumin! Kau harus lebih hati-hati saat memakai benda-benda mencurigakan! Cincin yang kau pakai itu kutukan! Aku nggak tahu kau dapat dari mana, tapi aku sudah memusnahkannya!”
Cincin itu hancur berkeping-keping di depan Aqua. Dan bersamaan dengan lenyapnya cincin itu... tanduk Megumin pun ikut lepas.
Megumin memegangi kepalanya. Saat menyadari tanduknya telah hilang, wajahnya langsung pucat. Dia menatap debu cincin yang tersisa, lalu berbalik padaku dan bertanya pelan.
“... Kazuma, bisakah kau meminjamkanku uang?”
“Kalau untuk bayar cincin itu, aku tidak akan meminjamkan.”
Part 7
Kemudian.
Banyak hal telah terjadi. Setelah Aqua menyembuhkan Yunyun, dia malah menyerang Megumin dan mereka pun terlibat dalam pertarungan baru. Sementara itu, Darkness—dengan mata berkaca-kaca—sibuk mengeluhkan pengalamannya selama perjalanan.
“Pada akhirnya, aku kehilangan kekuatan kegelapan...”
Meninggalkan Aqua dan Darkness agar mereka bisa mandi, Megumin dan aku pergi ke luar kota untuk menyelesaikan rutinitas harian kami.
“Sayang sekali kau kehilangan kekuatan yang berguna itu. Tapi kalau kau berubah jadi iblis, Aqua pasti sudah menghapusmu dari muka bumi.”
“A-aku tidak suka itu. Aku tidak tahan dengan Aqua yang selalu mengancamku...”
Megumin terlihat sedikit ketakutan, lalu menghela napas panjang.
“Kupikir jika aku bisa mendapatkan kekuatan itu, aku akan bisa membantu lebih banyak lagi.”
Aku pikir dia hanya bersikap bodoh. Tapi ternyata, dia hanya ingin membantu sejak awal...
“Ayo, cepat. Kita ke tempat biasa untuk ledakan. Matahari akan segera terbenam.”
Mungkin malu, Megumin berjalan lebih dulu sambil menyembunyikan wajahnya. Aku hanya bisa tersenyum pahit dan mengikutinya dari belakang.
“Baiklah, kurasa aku akan mampir ke toko Wiz sesekali. Mungkin aku bisa menemukan lebih banyak barang langka.”
“Ngomong-ngomong, Kazuma, aku ingin menanyakan sesuatu padamu...”
“Aku tidak akan meminjamkanmu uang.”
Megumin langsung memalingkan wajahnya, jelas mengingat soal kompensasi cincin itu. Tapi sepertinya dia sudah menemukan lokasi yang cocok untuk hari ini.
“Di sini saja. Daerahnya cukup berbatu, ada banyak semak... Tempat yang bagus untuk ledakan.”
“Aku memang bukan pakar ledakan, tapi aku masih nggak ngerti... tempat seperti apa yang dianggap ‘bagus’ untuk ledakan.”
Dia tidak menjawab. Hanya tersenyum tipis.
“Sayang aku kehilangan kekuatan kegelapan. Tapi aku masih punya... sihir ledakan!”
Dia menyatakan itu dengan suara lantang, seolah benar-benar terbebani. Lalu mulai merapal mantra.
Saat aku bersiap menghadapi suara menggelegar dan gelombang kejut, Megumin menunjukkan senyum percaya diri.
“Explosion!”
…Tapi tidak ada yang terjadi.
“Hah!? Apa yang sedang terjadi—ah!?”
Terlihat panik, dia akhirnya menyadari sesuatu.
“Kazuma! Tolong gunakan Drain Touch! Beri aku sedikit mana! Mata iblis itu sudah menyerap semua sihirku!”
“Aku akan membantumu, tapi mana-ku tidak cukup untuk mengeluarkan ledakan.”
Megumin memegangi kepalanya dan berteriak.
“Jika aku tidak bisa menggunakan sihir ledakan maka aku tidak berguna! Kazuma, aku akan pergi ke toko Wiz, tolong ikut aku! Aku akan memprotes Vanir karena telah menjual barang yang cacat padaku.”
“Kau memuji mata iblis itu sampai sekarang...”
Megumin pergi ke toko alat sihir untuk mengeluh, tapi diterima oleh Vanir yang marah, yang mengutuknya tidak bisa menggunakan Ledakan sampai dia membayar hutangnya.