Steins;Gate The 9th Act Infinity Circulating Kalachakra: Rebirth

Bab baru dari novel Steins;Gate 3: The 9th Act - Infinity Circulating Kalachakra: Rebirth. Jangan lewatkan kesimpulan dari semu kisah yang terjadi
Steins;Gate 3 Open The Steins;Gate- The 9th Act - Kalachakra Berputar Tak Terbatas: Kelahiran Kembali

Babak ke-9 | Kalachakra Berputar Tak Terbatas: Kelahiran Kembali

Translated by : Koyomin

"Aku juga... menyukaimu Okabe!"

Kata-kataku menghilang ke dalam kekosongan. 

Perasaan itu membuatku bingung.

"Hah?"

Tadi, aku seharusnya berada di lab. 

Namun sekarang, aku berada di tempat yang sama sekali tidak kukenali.

Semuanya putih.

Lantainya, dindingnya, bahkan langit-langitnya. 

Rasanya tidak ada sumber cahaya, namun semuanya diterangi dengan cerah. 

Anehnya, aku tidak merasa silau. 

Sebuah ruang yang aneh.

...Sebentar, aku harus mengoreksi satu hal. 

Aku bilang dindingnya juga putih, tapi aku tidak bisa melihat dinding di mana pun. 

Lebih tepatnya, aku tidak tahu di mana dinding, di mana lantai, atau di mana langit-langit. Ruangan ini tampak memiliki luas tak terbatas.

Aku memiringkan kepalaku. 

Ada sedikit kejutan.

"Aku... ternyata tipe orang yang mengalami pengalaman menjelang ajal yang, dalam arti tertentu, klise seperti ini?"

Ketika seseorang berada di ambang kematian, otaknya mengeluarkan zat kimia untuk meredakan rasa sakit dan keputusasaan. 

Euforia dan perasaan bahagia yang dihasilkan dikatakan dapat menyebabkan seseorang mengalami pengalaman supernatural. 

Meskipun tidak semuanya dapat dijelaskan secara ilmiah, fenomena seperti melihat Sungai Styx, disambut oleh malaikat, atau jiwa yang keluar dari tubuh, sering kali dapat dijelaskan melalui pengalaman menjelang ajal ini.

Otak berusaha memperpanjang waktu yang tersisa sebelum kematian—secara subjektif—dan memberikan citra yang paling positif terhadap kematian yang akan datang. Beberapa peneliti berpendapat bahwa tanpa fungsi ini, sebagian besar orang yang menghadapi kematian akan menjadi gila. 

Meskipun sangat subjektif dan meragukan, Institut Ilmu Otak di Universitas Viktor Chondria juga berpendapat bahwa fenomena serupa kemungkinan besar memang ada.

Namun, tahu secara teori berbeda jauh dengan mengalaminya. Fenomena yang sedang kualami sekarang adalah salah satu contohnya.

"...Pengalaman menjelang ajal, ya."

Tiba-tiba, sebuah suara terdengar dari belakangku. Aku menoleh. 

Pemandangan yang kulihat—atau lebih tepatnya, sosok yang ada di sana—membuatku terbelalak.

Yang ada di sana tidak lain adalah diriku sendiri.

Aku duduk di atas serangkaian roda gigi yang mengambang di udara, menggunakannya sebagai pijakan. Dengan satu lutut ditekuk, tangan memeluk lutut itu, duduklah Makise Kurisu yang lain. 

Dia tersenyum tipis, seolah ingin mengatakan, 'Mau bagaimana lagi'.

Hmm, apakah ini semacam alter ego secara psikologis?

"Apakah kamu tidak bisa menerima semua ini kecuali kamu menafsirkannya seperti itu?"

Tiba-tiba, Makise Kurisu yang ada di depanku bertanya.

Ditanyai oleh diriku sendiri juga merupakan "pengalaman menjelang ajal yang umum". Konon, orang menemukan kebenaran yang melampaui realitas fisik melalui dialog dengan diri mereka sendiri...

"Mungkin. ...Tapi bukankah memang begitu? Pada akhirnya, semua fenomena tidak akan berarti tanpa pengamatan. ...Sebelum Newton melihat apel jatuh, gravitasi universal sudah ada, tapi tidak dikenali. Begitulah."

Aku menghela napas. 

[TN Yomi: Ntah knp kalo baca mengehela nafas, kok tiba-tiba nafasku jadi manual ya]

Sejujurnya, aku tidak berpikir akan mendapatkan sesuatu melalui pengalaman menjelang ajal ini.

"Itu benar. Tanpa penafsiran, tidak ada artinya. Sebaliknya, menafsirkan itu sendiri adalah cara untuk memahami dunia—syarat mutlak untuk observasi. Mereka yang tidak bisa menafsirkan, tidak bisa menjadi pengamat. ...Mereka hanya akan tertipu dan mati tanpa pernah membuka mata."

Tanpa kata, Makise Kurisu itu memberitahuku bahwa aku lulus.

Aku merasa sedikit curiga dengan respons itu. 

Meskipun ini adalah dunia psikologisku, validasi diri ini terlalu mudah. 

Kalaupun itu adalah diriku, seharusnya ada rintangan yang lebih sulit.

"Oh, kalau begitu, apakah itu berarti aku memenuhi syarat sebagai pengamat?"

Namun, aku memutuskan untuk mengikuti alur pembicaraannya. 

Aku sedikit penasaran. 

Jika ini adalah pengalaman menjelang ajal, itu berarti aku akan mati. Jika demikian, kesempatan ini juga merupakan kesempatan terakhir bagiku untuk memuaskan rasa ingin tahu. Merasa bahwa pengalaman menjelang ajal adalah pengalaman terakhir terasa aneh, tapi perasaan gembira saat menghadapi hal yang tidak diketahui tetap sama.

"Kamu benar-benar penasaran, ya."

"Tentu saja. Itu adalah tugas utama seorang peneliti. Para seniorku dan mentorku sering bilang, 'Manusia bisa belajar di mana saja. Tidak ada tempat atau waktu di mana kita tidak bisa belajar. Karena kita sendiri adalah harta karun yang tidak diketahui'."

Itu benar.

Sekalipun  tidak ada apa-apa di sekitarku, aku pasti ada. 

Jika persepsi dan pemikiran masih mungkin, itu berarti otakku masih berfungsi. Kalau begitu, aku bisa mengejar pemikiran dan pertanyaan tentang otak sebanyak yang aku mau. 

Itulah alasan kenapa mereka berkata, "Mengapa kita adalah ahli saraf?"

Sikap untuk selalu belajar, kapan pun dan di mana pun. 

Dalam arti tertentu, itu bisa dibilang sebagai kebanggaan seorang peneliti.

"Aku mengerti. Kalau begitu, bolehkah aku memberitahumu sebuah kebenaran yang belum kamu ketahui?"

"Apa-apaan itu?"

Kebenaran yang tidak aku ketahui? Tentu saja, pasti banyak. Tapi, kebenaran apa yang akan diungkapkan oleh "diriku yang lain" dalam bentuk seperti ini?

"Bagaimana kamu berpikir sekarang?"

...Itu pertanyaan yang aneh.

"Eh... bagaimana aku berpikir? Maksudmu..."

Saat itulah aku menyadarinya.

Hilangnya seseorang karena perubahan worldline, sederhananya, penulisan ulang semua energi dan materi serta informasi mereka di dunia. Akibatnya, aku dianggap tidak pernah ada.

Aku sudah tidak memiliki kehidupan. Itu berarti aku tidak punya tangan, kaki, tubuh, organ, dan juga otak.

"Jadi itu..."

"Kamu sadar? Orang yang 'menghilang' karena perubahan worldline tidak mungkin punya pengalaman menjelang ajal. Karena otak yang membuatnya sudah tidak ada lagi."

Aku terpana dengan kata-kata yang diucapkan. Itu benar.

Terlepas dari apa pun fenomena perubahan worldline, karena itu adalah penulisan ulang suatu peristiwa, apakah mungkin secara fisik bagi otak untuk memperpanjang momen penulisan ulang peristiwa itu dan mengalami pengalaman menjelang ajal?

"Kalau begitu... apa sebenarnya 'ini'?"

Mendengar pertanyaan itu, Makise Kurisu di depanku mengangkat bahu.

"Entahlah?"

"...Bukan 'entahlah'!"

Nada bicaraku menjadi kasar karena marah. Pada saat itu, aku menyadari bahwa fungsi untuk merasakan emosi marah masih ada.

"...Apakah sistem endokrinku juga masih ada?"

"Seperti yang aku bilang, aku tidak tahu. Bahkan jika aku tahu, apakah kamu akan percaya kata-kataku tanpa syarat? Misalnya, jika aku bilang ini surga, kamu pasti tidak akan percaya."

Mendengar itu, aku mengangguk.

"Kau benar. Aku tidak akan percaya."

Makise Kurisu mengangguk pada jawabanku.

"Itulah intinya. Jadi, tidak ada gunanya membicarakan hal-hal yang tidak penting. ...Ada hal yang jauh lebih penting untuk dibicarakan."

Itu adalah pernyataan yang aneh. 

Apa yang dimaksud dengan hal yang lebih penting?

"Kamu perlu tahu tentang Steins;Gate."

"Steins;Gate?"

Aku bertanya dengan ekspresi bingung. 

Itu seharusnya istilah yang sering diucapkan oleh Okabe. 

Apakah ini benar-benar dunia dalam pengalaman menjelang ajalku? Aku terdiam mendengar pernyataannya, dan Makise Kurisu menghela napas.

"Mau bagaimana lagi. ...Orang yang menciptakan istilah itu menamainya seperti itu."

Setelah mengatakan itu, dia turun dari roda gigi yang didudukinya. 

Lalu roda gigi itu melayang ke udara, diikuti oleh banyak roda gigi lainnya yang melayang juga. 

Setiap roda gigi itu tampak seperti sebuah gerbang.

"Jadi, gerbang, ya."

Mendengar perkataanku, dia mengangguk.

"Ini seperti diagram yang disusun berdasarkan sebuah ide. Abstrak dan jauh dari kenyataan. Tapi, mudah dipahami."

Saat Makise Kurisu menunjuk, roda-roda gigi di udara mulai berputar dengan keteraturan tertentu dan bergerak ke segala arah.

"Anggap saja setiap roda gigi itu adalah worldline. Setiap gigi pada roda gigi itu adalah angka-angka kecil dari divergensi."

Roda-roda gigi yang bergerak di udara saling berhubungan, kadang bersinggungan, kadang melayang jauh, sehingga sulit diprediksi. Namun, gerakannya tampak memiliki semacam keteraturan dan periodisitas, seperti gerakan benda langit yang mengelilingi bintang.

"...Apakah kamu tidak pernah bertanya-tanya? Apakah kamu benar-benar berpikir teori jangkauan konvergensi worldline Amane itu benar?"

Pertanyaannya tajam.

"Eh... benar atau tidaknya... aku sudah memastikannya. Tapi, ada batasan pada apa yang bisa pastikan, jadi aku tidak bisa mengatakan apa-apa. Yang bisa aku katakan adalah, berdasarkan teori itu, mesin waktu dibuat..."

Aku berhenti bicara saat menyadari. Mesin waktu dan worldline sebenarnya tidak berhubungan secara ketat.

"Satu lagi. Bagaimana menurutmu tentang Reading Steiner? Jika perubahan worldline menulis ulang informasi semua energi dan materi, keadaan otak juga harus ditulis ulang. Lalu, hipokampus, area tempat ingatan berada, juga akan ditulis ulang. Bagaimana ingatan bisa dipertahankan?"

Aku pernah memikirkan pertanyaan ini sebelumnya.

Karena perubahan worldline adalah fenomena murni fisik, informasi seharusnya tidak bisa dipertahankan setelah perubahan yang menulis ulang keadaan otak. 

Otak Okabe seharusnya juga ditulis ulang setiap kali terjadi perubahan worldline. Namun, Okabe mempertahankan ingatan sebelumnya. ...Atau lebih tepatnya, ingatannya tidak ditulis ulang agar sesuai dengan garis dunia yang baru.

Artinya, area memori berada di luar otak.

Atau satu-satunya penjelasan adalah ada sistem cadangan di luar. Namun, karena perubahan worldline memengaruhi semua peristiwa fisik murni, jika sistem cadangan itu berada di dalam worldline, itu juga tidak akan luput dari penulisan ulang oleh perubahan worldline.

Jika demikian, maka area memori yang mempertahankan ingatan setelah perubahan worldline harus berada di luar dunia. Setidaknya, satu hal yang pasti, itu bukanlah data informasi fisik.

"...Tapi, jika kita sampai pada kesimpulan seperti itu, itu hanyalah pseudosains. Tidak ada cara untuk memastikannya!"

Aku menolak. Meskipun aku menerima mesin waktu, aku tidak membenarkan pseudosains.

"Tapi, manusia tidak tahu segalanya. Kebenaran kemarin bisa jadi dibantah hari ini. Enam tahun lalu, tidak ada yang percaya bahwa neutrino memiliki massa."

Neutrino adalah salah satu partikel dasar dengan massa yang sangat kecil. 

Sebelum abad ke-21, partikel dasar ini dianggap tidak memiliki massa sama sekali, dan pembuktiannya sangat mengejutkan dunia fisika. Itu adalah momen di mana akal sehat yang ada ditulis ulang.

"Dan... mimpi yang kita lihat saat tidur, ilusi yang kita bayangkan, fenomena spiritual, mungkin saja merupakan sisa-sisa ingatan dari worldline  lain. Tidak ada yang tahu kebenaran mutlak. Yang penting adalah bagaimana menafsirkannya, dan bagaimana memanfaatkannya."

Mendengar kata-kata di depanku, aku melihat roda-roda gigi yang melayang.

"Apakah ini... salah satu cara untuk memanfaatkannya?"

Makise Kurisu mengangguk pada perkataanku.

"Ya. Kamu harus mengamati. Steins;Gate."

"Mengamati Steins;Gate?"

Aku tidak mengerti apa artinya.

"Steins;Gate adalah nama yang diberikan oleh Okabe Rintaro pada worldline tertentu di worldline β. Worldline itu adalah worldline yang mengandung kemungkinan tak terbatas, yang tidak bisa mereka amati bahkan setelah semua upaya mereka sebelumnya. Secara khusus, itu adalah dunia di mana apa pun bisa terjadi."

Dia menjelaskan. 

Setelah aku menghilang, Okabe berhasil pindah ke worldline β. Itu adalah dunia di mana aku meninggal pada 28 Juli. Dunia di mana keberadaanku tidak diizinkan setelah itu.

Namun, pada saat yang sama, di dunia itu, Perang Dunia III pasti akan terjadi. Dan penyebabnya, katanya, tidak lain adalah aku.

"Kenapa, aku?"

"Itu adalah 'Teori tentang Mesin Waktu' yang kamu tulis. Makalah itu menjadi pemicu perlombaan pengembangan mesin waktu yang intens di seluruh dunia. Itulah yang memicu Perang Dunia ke III."

Aku tertegun.

Makalah yang aku tulis untuk Papa, entah bagaimana, menyebabkan perang dunia. Siapa yang tidak akan terkejut dengan hal ini?

Dan bukan hanya itu.

Makalah itu kemudian dikenal sebagai 'Makalah Nakabachi', dan penulisnya adalah Dr. Nakabachi—Papa.

Mendengar kata-kata itu, ingatan samar-samar muncul di benakku. 

Aku ingat bahwa saat kesadaranku kabur setelah ditikam, aku melihat papa melarikan diri dengan makalah itu. Tidak, aku bahkan berharap dia melarikan diri. 

Kupikir, 'Aku akan mati sekarang, tapi jika dia punya makalah itu, Papa pasti bisa membuat mesin waktu'. Aku berpikir begitu agar bahkan jika tidak ada yang tahu kebenarannya, bukti bahwa aku bekerja keras akan tetap ada di dunia.

"Sudah ingat?"

Makise Kurisu menatapku.

"Ya... sudah ingat."

Benar.

Aku ingat hari itu di worldline β.

Apa yang telah terjadi?

"Tapi, kalau begitu... Bagaimana dengan Okabe itu? Okabe yang bertemu denganku dan menatapku dengan penuh nostalgia... mungkinkah dia?!"

"Benar. Dia adalah Okabe yang berada di worldline yang sama denganmu sampai beberapa saat yang lalu. Setelah dia pindah ke worldline β, dia dikunjungi oleh John Titor dari masa depan—Amane. Yah, di worldline Beta, namanya Hashida Suzuha-san."

Dia memberitahuku lebih banyak tentang worldline β.

Dunia masa depan yang hancur oleh Perang Dunia III, meskipun tidak di bawah kendali SERN, masih merupakan dunia yang keras. Di masa depan worldline β, Okabe mengirim Amane kembali ke tahun 2010 dengan mesin waktu untuk menyelamatkan dunia dan menyelamatkanku dari nasib kematian.

Mesin waktu worldline β benar-benar berbeda dari yang ada di worldline Alpha. Mungkin karena itu adalah hasil dari kompetisi pengembangan antar negara, berbeda dengan yang dikembangkan secara rahasia oleh SERN. Mesin waktu worldline α hanya bisa pergi ke masa lalu, sedangkan mesin waktu worldline β bisa bergerak bebas ke masa lalu dan masa depan.

Menggunakan mesin waktu itu, Okabe melompat kembali ke tanggal 28 Juli.

Untuk menyelamatkanku dan mencegah Perang Dunia III.

Tapi... hasilnya adalah kegagalan.

Kematianku sudah ditetapkan sebagai titik konvergensi di worldline β.

Sama seperti kematian Mayuri di worldline α, atau kematian Amane di tahun 2000. Di worldline β, Makise Kurisu pasti akan mati.

Begitulah adanya.

Meskipun aku sudah mempersiapkan diri, aku tetap merasa terkejut. 

Aku mengalihkan pandangan dari Makise Kurisu di depanku dan sedikit menunduk.

"Begitu... Jadi, itu tidak bisa diubah, ya. Seperti yang sering kita pikirkan, hal-hal yang konvergen tidak bisa diubah."

Kalau begitu, tidak apa-apa.

Setidaknya, aku berhasil menyelamatkan nyawa Mayuri. Okabe bisa melindungi Mayuri, sesuai dengan janji masa kecilnya. Aku mungkin harus merasa puas hanya karena tidak menghancurkannya.

"Apa Kurisu-chan benar-benar berpikir begitu~?"

Suara itu terdengar. Tapi suara itu berbeda dari sebelumnya. Aku terkejut dan melihat ke arah suara itu.

Yang ada di sana seharusnya adalah Makise Kurisu, yang memiliki penampilan yang sama denganku beberapa saat yang lalu. Tapi sekarang, sosok Mayuri ada di sana.

"...Mayu...ri?"

Aku berkata dengan suara gemetar.

Sebagai tanggapan, Shiina Mayuri tersenyum cerah dan berkata.

"Mayushii baik-baik saja sekarang. Mayushii nggak perlu membuat Okarin memaksakan diri... lagi."

Aku bingung dengan apa yang terjadi di hadapanku.

Jadi, apakah adegan ini mimpi tentang pengalaman mendekati kematian? Ataukah ini fenomena tak dikenal yang disebabkan oleh pergeseran worldline?

Shiina Mayuri di depanku, tiba-tiba, menunjukkan ekspresi sedikit marah.

"Tapi, Mayushii punya sesuatu untuk dikatakan pada Kurisu-chan~."

"Eh? Apa?"

Mayuri berjalan ke arahku yang sedang kebingungan.

"Kenapa, Kurisu berpikir bahwa Okarin nggak akan merasa apa-apa jika Kurisu menghilang? Padahal Okarin sangat menyayangi Kurisu."

"Mayuri... Itu... itu..."

Tuduhan Shiina Mayuri terlalu tajam. Aku tidak bisa berkata-kata, hanya bisa terdiam dan tertunduk.

Aku mengepalkan tangan, merasa malu atas kebodohanku sendiri. 

Aku tahu itu. Aku tahu sejak ia menyebutku 'wanita yang berharga'. 

Sejak saat itu, bagi dia, aku bukan lagi hanya sekadar teman... aku adalah sesuatu yang lebih.

Namun, jika aku mengakui dan menerima itu, aku benar-benar hanya bisa menyaksikan Okabe hancur. 

Aku senang Okabe mencintaiku. 

Tapi jika karena itu aku menjadi seseorang yang tidak bisa ia lepaskan, ia tidak akan bisa menerima takdir kematianku yang sudah pasti. Itu sama saja dengan membunuh Okabe, meskipun tidak secara fisik.

"Tapi, Okabe Rintaro sangat menderita kehilanganmu."

Kali ini, suara Amane terdengar. 

Perlahan aku mendongak, dan seperti yang kuduga, ada Amane Suzuha di sana.

"Makanya, aku, yang datang dari masa depan, melompat ke 28 Juli bersamanya. ...Untuk menyelamatkanmu."

Aku menggelengkan kepala dan berkata. 

"Tapi, kalian gagal, kan?"

"...Karena kamu tidak memperhatikannya"

Amane Suzuha mengatakan hal yang aneh.

"Lagipula, kau dan Okabe Rintaro salah. Setidaknya, dari sudut pandang pengamat, yang sudah pasti bukanlah hasil 'kematian Makise Kurisu'."

Aku terbelalak. Yang sudah pasti bukan kematianku?

"Apa maksudmu?"

"Dunia itu seperti awan probabilitas yang digambarkan oleh fungsi gelombang. Sampai pengamat mengamatinya, tidak jelas apakah itu 1 atau 0."

Dia berbicara tentang konsep teori kuantum. 

Di dunia mikroskopis yang tidak terlihat, semua keadaan menjadi tidak pasti. Keberadaan partikel tertentu di titik tertentu hanya bisa dijelaskan secara probabilistik. Namun, posisi partikel yang hanya bisa digambarkan secara probabilistik ini akan pasti setelah diamati.

Dengan kata lain, segala sesuatu tidak pasti sampai ada yang mengamatinya. Ini adalah konsep dunia mikroskopis—teori kuantum.

Contoh yang sering digunakan adalah Kucing Schrödinger.

Singkatnya, tanpa penjelasan detail, begini: 

Seekor kucing dimasukkan ke dalam kotak, dan di dalam kotak itu dipasang alat yang akan melepaskan gas beracun dalam waktu satu jam dengan probabilitas 50%. Alat ini diatur untuk beroperasi berdasarkan fluktuasi di dunia mikroskopis, seperti yang dibahas dalam teori kuantum.

Satu jam kemudian, ketika kotak dibuka dan isinya diamati, ada probabilitas 50% kucing itu mati dan 50% hidup. Sebaliknya, sampai kotak dibuka, tidak diketahui apakah kucing itu hidup atau mati. Keduanya adalah kemungkinan yang sama dengan probabilitas 50%.

Karena itu, "kucing itu tidak mati, tidak juga hidup. Keadaannya bisa jadi keduanya." Ini artinya sesuatu tidak pasti sampai diamati. Kucing itu mungkin saja hidup sampai kotak dibuka dan dipastikan mati.

Sama halnya, Amane Suzuha mengatakan, "Kematian Makise Kurisu belum diamati dan dipastikan."

"Kenapa? Bukankah Okabe melihatku mati?"

Aku bertanya, tidak mengerti maksudnya.

"Tidak. Yang diamati Okabe Rintaro adalah Makise Kurisu yang tergeletak di genangan darah setelah ditikam oleh seseorang. Tidak dipastikan apakah dia mati atau tidak. Segera setelah itu, worldline berubah karena D-Mail, jadi hanya sejumlah orang terbatas, termasuk Okabe Rintaro, yang mengamati situasi itu."

Aku tersadar.

"Benar, aku kehilangan kesadaran karena pingsan..."

Jika dilihat dari masalah pengamat, pengamat jarang bisa mengamati kematiannya sendiri. Itu karena mereka kehilangan kesadaran terlebih dahulu. Kasusku sama; aku ditikam dan kehilangan kesadaran karena kehilangan darah. Jadi, tentu saja, aku tidak mengamati kematianku sendiri.

"Ya. Yang diamati bukanlah 'kematian Makise Kurisu'. Karena itu, selama kau tidak mengubah hasil yang diamati, kau bisa mengubah proses yang mengarah ke sana."

Itu benar.

Sebagai contoh, kematian Mayuri awalnya disebabkan oleh Rounder, tapi bahkan jika tidak ada serangan dari Rounder, Mayuri tidak bisa menghindari kematian. Prosesnya bisa saja penembakan oleh Rounder, kecelakaan lalu lintas, atau kecelakaan jatuh, tapi hasilnya konvergen pada kematian Mayuri.

Artinya, jika yang diamati adalah 'Makise Kurisu yang tergeletak di genangan darah' dan bukan 'kematian Makise Kurisu', maka cara untuk mencapai hasil itu tidak harus dengan kematianku. ...Meskipun, tidak berarti tidak ada masalah.

"Tapi, sampai sejauh mana 'hasil yang diamati' itu terbatas?"

Konvergensi worldline mengarah pada 'hasil yang diamati' dari fenomena tertentu pada waktu tertentu. Jadi, dalam kasus ini, apa yang dimaksud dengan 'hasil yang diamati'?

Dalam kasus Mayuri, itu adalah 'kematian Mayuri'. Telah dikonfirmasi bahwa tindakan putus asa Okabe dapat membatalkan hal-hal lain yang seharusnya diamati, seperti peluncuran mesin Time Leap dan tindakan Kiryu-san.

Namun, 'kematian Mayuri' tidak dapat dibatalkan.

Dengan kata lain, dalam konvergensi worldline, ada hal-hal yang sudah pasti dan yang tidak.

Tapi, di mana batasnya, dan apa yang sudah pasti dan apa yang tidak? Seharusnya tidak ada cara untuk memastikannya saat ini selain mengulangi percobaan berkali-kali. Dan penusukan terhadapku sendiri diamati oleh Okabe yang datang dari masa depan. Sampai sejauh mana ini bisa diubah?

Aku terkejut mendengar tatapan penuh keraguanku, Amane Suzuha menjawab.

"Tugasmu adalah memastikannya. ...Atau mungkin lebih baik jika disebut tanggung jawab."

Aku membelalakkan mataku mendengar kata-katanya

"Tanggung jawab apa?"

"Dr. Nakabachi melarikan diri ke Rusia dengan makalah yang kau tulis. Itu yang memicu Perang Dunia III."

Amane Suzuha mengatakan itu padaku, sambil menunjuk ke belakang.

Ketika aku berbalik, ada sesuatu seperti layar yang mengambang di udara. Layar itu menampilkan wajah tersenyum ayah.

"...Papa?"

Suasana di layar terlihat seperti siaran berita.

"Pesawat yang ditumpangi Dr. Nakabachi berhasil mendarat di Rusia, meskipun ada kebakaran di ruang kargo. Ada juga informasi bahwa Dr. Nakabachi membawa makalah yang berhubungan dengan masa depan umat manusia, dan masa depannya sedang diawasi dengan ketat."

Seseorang yang tampak seperti pembawa berita membacakan berita. Teks di bagian bawah layar bertuliskan, "Dr. Nakabachi, juga dikenal sebagai Makise Shoichi, yang berada di dalam pesawat Russian Airlines Penerbangan 801 yang jatuh, memberikan pernyataan kepada media setempat."

Papa tersenyum pada reporter.

"Sungguh, aku beruntung. Karena detektor logam, makalah ini tidak terbakar."

Papa berkata, dan mengeluarkan gantungan kunci bulat kecil berwarna perak. 

Itu adalah Upa, kesukaan Mayuri.

Rupanya, saat Papa hendak menitipkan map berisi makalah sebagai bagasi saat akan naik pesawat, map tersebut tersangkut di metal detektor dan Papa tidak dapat menitipkan bagasi. Alhasil, Papa membawa map tersebut ke dalam kabin sebagai bagasi kabin.

Papa  mengatakan itu adalah keberuntungan. Pesawat yang ditumpanginya dilaporkan mengalami kebakaran aneh di ruang kargo, dan jika dia menitipkan barangnya, makalah itu akan terbakar.

Jadi, berkat Upa, makalah yang aku tulis selamat dari api.

Melihat Upa yang Papa tunjukkan dengan gembira, aku teringat sesuatu. Benar, aku pernah melihat Upa itu pada 28 Juli.

Pada hari itu, sesaat sebelum konferensi pers Papa dimulai. Aku, yang kehilangan waktu karena berinteraksi dengan Okabe, bergegas menaiki tangga. Di tengah jalan, di pendaratan lantai tujuh, aku menemukan Upa logam bulat itu. Aku ingat ada tulisan "Mayushii" di atasnya.

—Tulisan itu juga ada di Upa yang dipegang Papa sekarang.

"Begitu... itu milik Mayuri."

Ketika aku mengambilnya pada 28 Juli, aku bahkan tidak tahu apa itu Upa, dan aku salah mengira tulisan itu sebagai nama maskot. Saat itu, entah kenapa, aku merasa maskot lucu ini seperti jimat keberuntungan dan akan membantu percakapanku dengan papa berjalan lancar.

...Mungkin ini barang yang hilang, tapi pinjamkan kekuatanmu sebentar. Aku berpikir begitu dan memasukkan Upa ke dalam map. Aku tidak pernah membayangkan itu akan menyebabkan situasi seperti ini...

"Ini juga efek kupu-kupu. Padahal aku sudah sering memperingatkan Okabe, tapi ternyata pemicu awalnya justru diriku sendiri..."

Memang, ini adalah tanggung jawabku. Namun, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan.

Ketika aku sedang merenung, sebuah suara lain terdengar dari belakang.

"Kyu-nyan harus membantu Kyoma, Nyan!"

Saat aku berbalik, aku melihat Rumiho di sana. Seperti saat pertama kali kami bertemu, dia mengenakan telinga kucing dan maid dress lengkap.

"Rumiho-san..."

"Dalam wujud ini, aku Faris, Nyan!"

Dia mengoreksiku dengan cepat. Itu tidak bisa dihindari.

"Ngomong-ngomong, aku mau tanya ini nyan. Kyu-nyan harus bertanggung jawab atas dua hal: memasukkan Upa logam ke dalam amplop dan menulis makalah di dalam amplop itu, Nya!"

Aku mengangguk.

Aku mengerti. Ini sama seperti Okabe yang membatalkan D-Mail. Seperti dia yang harus berpindah worldline dan membatalkan efek D-Mail yang telah dikirim, aku harus membatalkan dua faktor yang mengarah pada Perang Dunia III.

Itulah yang mereka katakan.

"Tapi... aku sudah mati, kan? Tidak, itu salah. Tepatnya... menghilang. Bagaimanapun juga, aku sekarang tidak punya kekuatan untuk mengintervensi peristiwa di dunia nyata!"

Apa yang harus aku lakukan?

Namun, Faris-san menyilangkan tangan di pinggang dan membusungkan dadanya. Dia tampak sangat bangga.

"Jangan khawatir, Nya! Lihat layar di belakang lagi, Nya!"

Aku kembali menoleh ke belakang.

Kali ini, sebuah video yang penuh dengan noise diproyeksikan di sana. Layar persegi panjang itu muncul seperti terpotong di ruang putih aneh di mana roda-roda gigi mengambang di udara.

Di layar itu, punggung seseorang diproyeksikan.

"Apakah kau mendengarku, si Hantu?"

Aku bereaksi secara refleks terhadap nada bicaranya.

"Siapa yang kau sebut hantu! Tunggu... siapa dia"

Suara itu terdengar familiar. Tapi entah bagaimana, itu berbeda dari yang aku kenal.

"Aku senang mendengar nada bicaramu yang 'selalu' sama, Asisten."

Seluruh tubuhku bergetar.

Suara yang lebih dalam. Nada bicara yang terkesan tenang.

Ini berbeda. Tentu saja, berbeda. Berbeda dari 'dia' yang aku kenal.

Tapi pada saat yang sama...

Sama. Tentu, sama. Sama dengan 'dia' yang aku kenal.

Orang yang sangat aku cintai... orang itu.

"Okabe... kan?"

Aku bertanya dengan suara bergetar.

Bahunya sedikit lebih rendah daripada punggung yang kukenal. Aku tidak bisa melihatnya di balik jas labnya, tapi mungkin ia kurus. Namun, siluetnya secara keseluruhan tidak jauh berbeda.

Di layar, sosok yang membelakangiku itu menghela napas pelan.

"Hah... Salah. Namaku Hououin Kyouma!!"

...Sial. Kembalikan perasaanku yang terharu.

Aku tahu betul bahwa aku sedang menatap layar dengan pandangan datar.

"Iya, iya, chuunibyou orz!"

Setelah aku mengatakan itu, pria yang hanya menunjukkan punggungnya berkata.

"...Sayangnya, setidaknya aku bukan Okabe Rintaro-mu. Jadi, jangan panggil aku dengan nama itu."

Suara yang tenang dan dalam. 

Memang, nada bicaranya berbeda dari Okabe yang sering aku dengar saat dia sedang dalam mode chuunibyou.

Tapi apa maksudnya? Okabe dari worldline yang lain? Namun, apakah mungkin ada Okabe dari worldline lain bagi Okabe yang memiliki Reading Steiner?

Asumsi ini hanya akan berlaku jika dunia mengizinkan keberadaan dunia paralel. Tetapi berdasarkan Teori Jangkauan Konvergensi Worldline, Okabe dari worldline lain seharusnya hanya ada sebagai "informasi masa lalu" yang diubah oleh perubahan worldline. Tidak mungkin ia bisa berbicara seperti ini.

Aku melontarkan pertanyaan itu.

Hououin Kyouma di layar kemudian berkata. 

"Teori Jangkauan Konvergensi Worlline tidak selalu benar. Suatu hukum yang benar dalam situasi tertentu tidak bisa diterapkan dalam segala situasi. Bukankah mesin waktu itu sendiri menggunakan singularitas, di mana hukum ruang dan waktu tidak berlaku?"

Dunia ini diatur oleh berbagai hukum fisika. 

Namun, ada terlalu banyak "kasus khusus" di mana hukum tertentu tidak berlaku dalam situasi tertentu, atau sebaliknya, hanya berlaku dalam situasi tertentu.

Misalnya, mesin waktu menggunakan singularitas—titik di dalam lubang hitam di mana hukum ruang-waktu tidak berlaku seperti biasanya. Dengan ini, mesin waktu mengabaikan jalannya waktu yang seharusnya tidak mungkin dilanggar.

"Jadi... kau Okabe dari worldline yang lain?"

Ketika aku bertanya, ia kembali menyangkal.

"Namaku Hououin Kyouma. Bagimu, hanya ada satu Okabe Rintaro. Benar? Dan aku bukan dia. Karena itu... jangan panggil aku Okabe."

Suaranya dalam... dan pada saat yang sama, seolah menahan sesuatu. Nada yang terukir di suaranya, penuh dengan pengalaman dan penderitaan, membuatku merasakan tekad besar di dalam dirinya.

"Tapi...!"

Aku yakin.

Dia adalah... Okabe Rintaro yang aku kenal.

Entah apa maksudnya, tapi menurutku dia terlihat seperti Okabe yang jauh lebih tua. Kalau saja dia bisa menunjukkan wajahnya, pasti akan lebih jelas!

"Tolong, Kurisu. ...Waktu kita tidak banyak. Dengarkan aku."

Dia berbicara dengan nada memohon. 

Nada suaranya yang putus asa membuatku tidak bisa berkata-kata.

Spontan, aku berpikir, "Ini curang." Bagaimana aku bisa tidak mendengarkan jika Okabe berbicara seperti itu? Dia sangat mengerti itu. Karena itulah dia mengatakannya seperti ini.

"Pada 21 Agustus 2010, Okabe Rintaro pergi ke masa lalu dengan mesin waktu canggih dari worldline β untuk menyelamatkanmu dan mencegah Perang Dunia III. Namun, misi itu gagal. ...Itu harus gagal."

Kata-katanya membuatku terkesiap.

Itu harus gagal.

Meskipun kematian sudah pasti, betapa besar penderitaan Okabe saat harus menyaksikan hal itu dengan mata kepalanya sendiri? Itu pasti keputusasaan yang membuatnya menderita dan meronta-ronta. Namun, dia mengatakan itu semua diperlukan.

"Penderitaan itu... menjadi motivasi yang mendorong Okabe Rintaro untuk melaksanakan rencana demi menyelamatkan Makise Kurisu sepenuhnya. Tanpa motivasi yang begitu kuat, ...dia tidak akan bisa sampai sejauh ini. ...Karena itu, hal itu tidak bisa dihapus begitu saja."

Sejujurnya, kata-katanya tidak bisa aku terima. 

Jika memang begitu, aku lebih suka dia meninggalkanku. Aku tidak ingin dia menderita lagi.

...Namun, pada saat yang sama, ada sesuatu yang aku mengerti.

Aku terpisah dari papa di hari ulang tahunku yang kesebelas. Trauma yang begitu besar hingga meninggalkan luka yang tak tertahankan di hatiku. Tapi tanpa luka ini, akankah aku bisa menolong Okabe? 

Apakah aku bisa menjadi pendukung untuk menyelamatkan Mayuri? 

Bahkan, apakah aku akan bertemu dengan Okabe? Apakah dia akan jatuh cinta padaku?

Efek Kupu-kupu.

Peristiwa kecil yang bereaksi berantai, menyebabkan situasi yang tidak terduga. Jika malam yang mengerikan itu adalah pemicu untuk menyelamatkan Mayuri dan bertemu Okabe, maka memang benar, itu tidak bisa dihapus begitu saja.

"Dan sebagai hasil dari penelitian selama bertahun-tahun, ada satu hal yang kami temukan. Bahwa dengan memenuhi dua syarat, kami bisa mencapai worldline baru. worldline lain, yang bukan α maupun β... yaitu Steins;Gate."

Steins;Gate

Itu adalah worldline yang belum pernah teramati, worldline yang sama sekali tidak diketahui. Apa yang akan terjadi di sana tidak ada yang tahu... Namun, ada beberapa hal yang pasti.

Di dunia itu, kematian Mayuri dan kematianku tidak akan konvergen. Masa depan tidak diketahui oleh siapa pun. Bahkan jika prediksi sampai batas tertentu mungkin dilakukan, itu hanyalah prediksi, bukan ramalan. Tidak mungkin melihat semua peristiwa dalam keadaan yang sudah pasti.

Worldline di mana hal yang biasa seperti itu menjadi hal yang normal.

Itu adalah Steins;Gate.

"Worldline yang tidak diketahui... Steins;Gate. Jika aku bisa mencapainya, semua masalah yang saat ini ada bisa diselesaikan. Setidaknya, aku tahu sampai situ... Tapi, apa syarat untuk mencapainya?"

Beberapa saat yang lalu, Makise Kurisu yang mirip denganku mengatakan, "Amati Steins;Gate." Dan, Amane Suzuha juga mengatakan, "Tugasmu adalah memastikan sejauh mana 'hasil yang diamati' di masa lalu terbatas."

Apa sebenarnya maksud dari semua itu?

"Ada dua syarat untuk mencapai Steins;Gate. Yang pertama adalah menghindari kematian Makise Kurisu."

Pria di dalam layar berkata. 

Tentang hal itu, aku sudah cukup memahaminya.

Amane Suzuha mengungkapkan bahwa kematianku tidak pernah diamati oleh siapa pun. Yang diamati adalah "Makise Kurisu yang tergeletak di genangan darah". Jadi, selama hasil yang diamati tidak diubah, proses yang mengarah ke sana bisa diubah. Aku harus menciptakan situasi itu entah bagaimana.

"Aku mengerti itu. Lalu, yang satunya lagi... makalah?"

"...Benar."

Yang memicu Perang Dunia III adalah makalahku yang dibawa papa—makalah Nakabachi. Ketika papa melarikan diri ke Rusia dengan makalah itu, itu memicu perlombaan pengembangan mesin waktu di seluruh negara. Lima puluh tujuh miliar nyawa manusia pun melayang.

Itulah dosaku.

Karena aku ingin papa menoleh padaku. Karena dalam kesadaranku yang memudar, setidaknya aku ingin papa melarikan diri dengan makalah itu. Karena aku dengan polosnya ingin "mengetahui" kasih sayang papa...

"Dengan cara apa pun, makalah Nakabachi harus dimusnahkan dari dunia ini. ...Namun, kemungkinan Dr. Nakabachi naik pesawat ke Rusia dengan makalah itu adalah hal yang konvergen. Itu mungkin tidak bisa diubah."

Rasa pahit terpancar dari pria di dalam layar.

Mungkin dia sudah terus-menerus menghitung apa yang konvergen dan apa yang tidak. Jika dia tidak tahu itu, bahkan jika dia mengubah satu situasi, dunia akan berusaha memastikan keadaan menuju konvergensi yang sama dengan faktor lain.

Nasib yang tidak masuk akal dan tanpa belas kasihan.

Dia terus melawan takdir itu, memikirkan apa yang harus dilakukan untuk menghancurkannya.

Aku memberitahunya 

"Jadi, maksudmu begini, kan? Membedakan antara 'peristiwa yang tidak bisa diubah' dan 'peristiwa yang bisa diubah'... dan dengan menumpuknya, kita bisa menciptakan perubahan besar. Kita akan secara sengaja menciptakan efek kupu-kupu!"

"—Itu benar."

Sebuah penegasan kembali.

Namun pada saat yang sama, meskipun aku mengerti logikanya, aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Bahkan, seperti yang aku katakan pada Faris-san sebelumnya, aku sekarang seharusnya tidak memiliki kekuatan untuk mengintervensi peristiwa di dunia nyata!

...Tunggu sebentar?

Tidak punya kekuatan untuk mengintervensi peristiwa di dunia nyata?

Lalu, bagaimana jika itu bukan peristiwa di dunia nyata?

Jika dipikirkan secara sederhana, mungkin ini terdengar seperti cerita gaib.

Tapi aku sudah tahu bahwa informasi di otak manusia dapat diubah menjadi sinyal listrik dan dipertukarkan. Jadi, tidak mustahil untuk membaca informasi tertentu sebagai sinyal listrik dan mengunduhnya ke otak.

"Mimpi yang kita lihat saat tidur, ilusi yang kita bayangkan, fenomena spiritual, mungkin saja merupakan sisa-sisa ingatan dari worldline lain."

Kata-kata yang diucapkan oleh Makise Kurisu tadi.

"Tugasmu adalah memastikannya."

Kata-kata yang diucapkan oleh Amane Suzuha.

"Ku-nyan harus membantu Kyouma, Nyan!"

Kata-kata yang diucapkan oleh Faris-san.

Sebuah hipotesis mulai terbentuk di dalam diriku.

Sebuah perkiraan yang terlalu mengada-ada bahkan untuk sebuah hipotesis. Sebuah lompatan pemikiran yang terlalu gila.

Meski begitu, situasi yang disajikan menunjukkan hal itu.

"Jadi, kau ingin aku membedakan antara 'peristiwa yang tidak bisa diubah' dan 'peristiwa yang bisa diubah', lalu mengirimkannya dalam bentuk informasi ke otak Okabe. Dan melalui itu, membuat Okabe mencegah Perang Dunia III..."

Aku tidak tahu detailnya, teori pastinya, atau teknologi apa yang digunakan. 

Tapi, aku punya firasat.

Tempat yang sedang aku sadari sekarang ini adalah realitas virtual yang dibangun di dalam otakku. Dalam hal itu, ini sama saja dengan pengalaman menjelang ajal.

Namun, tidak seperti pengalaman menjelang ajal, penyebab fenomena ini kemungkinan besar bukan dari fungsi otakku sendiri. Mungkin aku belum sepenuhnya menghilang. Ini hampir pasti terjadi sepersekian triliun detik sebelum aku menghilang. Peristiwa ini terjadi sesaat sebelum semua hal ditulis ulang oleh perubahan worldline.

Seseorang yang memiliki teknologi yang tidak aku ketahui dari masa depan melakukan intervensi waktu, menciptakan sebuah singularitas pada saat yang tepat dengan penulisan ulang worldline. Pada saat yang sama, ia memasukkan semacam informasi ke dalam otakku.

Informasi yang dimasukkan itu memicu serangkaian asosiasi berantai di otakku, seperti saat aku bermimpi, dan menghasilkan gambar-gambar tertentu serta pertukaran informasi yang menyerupai percakapan.

Dan seseorang yang memasukkan informasi itu menginginkan data yang dihasilkan.

—Dan pada saat yang sama, tidak perlu dipikirkan lagi siapa orang itu. Tidak mungkin ada orang lain selain sosok di layar di depanku yang memahami informasi yang bisa memicu reaksi seperti ini dari dalam diriku.

"Kau memang satu-satunya asistenku yang tak tertandingi."

Aku bisa merasakan jejak senyum dari punggung yang menghadapku.

"...Kali ini, aku akan mengizinkanmu memanggilku seperti itu."

Wajahnya tidak terlihat.

Bahkan dalam situasi seperti ini, aku tidak bisa melihatnya. Seharusnya itu tidak terjadi kecuali dia sengaja melakukannya.

Dia yang sengaja melakukan hal seperti itu... dia yang merasa harus melakukannya.

Aku merasa sayang padanya.

"Tentu saja, ini mungkin hanya delusi. Mungkin hanya pengalaman menjelang ajal. Tapi, aku akan percaya pada intuisiku saat ini. Aku akan percaya dan membantumu—menolong Okabe!"

Mungkin hanya aku saat ini yang bisa membedakan antara "peristiwa yang tidak bisa diubah" dan "peristiwa yang bisa diubah" dalam konvergensi garis dunia 28 Juli.

Aku sekarang mungkin adalah satu-satunya entitas yang datanya dia miliki—sebuah "eksistensi yang berada di tengah-tengah penghapusan oleh worldline". Dengan kata lain, seperti Kucing Schrödinger, aku adalah eksistensi "yang berada dalam kondisi tumpang tindih antara menghilang dan tidak menghilang".

Singkatnya, aku adalah komputer kuantum otak hidup.

Dan hanya aku dalam kondisi ini yang, sebagai Iblis Laplace yang bukan 0 maupun 1, bisa membedakan 0 dari "peristiwa yang tidak bisa diubah" dan 1 dari "peristiwa yang bisa diubah". Aku bisa melakukan perhitungan dalam jumlah yang sangat besar itu.

Aku bisa meretas dunia—meretas gerbangnya.

Itulah artinya aku mengamati Steins;Gate. 

Untuk menolong Okabe.

"Itu benar. Data yang kau amati, akan aku ubah menjadi sinyal listrik dan mengirimkannya ke Okabe Rintaro dalam bentuk movie mail. Di otak Okabe Rintaro yang melihat mail itu, pemahaman antara 'peristiwa yang tidak bisa diubah' dan 'peristiwa yang bisa diubah' akan terukir di alam bawah sadarnya."

Sebagai hasilnya, tanpa menyadarinya, Okabe akan dapat mengenali "peristiwa yang tidak bisa diubah" dan "peristiwa yang bisa diubah", dan hanya mengubah "peristiwa yang bisa diubah"...

Dia akan bisa pindah dari worldline β ke Steins Gate.

"...Tapi, jangan terlalu percaya diri, ya? Ini belum pernah terjadi sebelumnya, bahkan sekali pun."

Dengan senyum kaku, aku mengatakannya.

Meskipun aku tahu apa yang harus dilakukan, bukan berarti aku bisa melakukan segalanya. Tentu saja, kecemasan itu besar. Lagipula, apa yang akan aku coba lakukan adalah seperti menulis ulang dunia mimpi di dalam mimpi itu sendiri.

Meskipun itu adalah teknik yang mungkin dilakukan dengan latihan, sayangnya aku belum pernah berlatih. Ditambah lagi, aku akan mencoba memproses perhitungan yang sangat rumit melaluinya.

Aku benar-benar ragu.

Tapi... sebuah suara terdengar.

"Tidak apa-apa. ...Kau pasti bisa."

Suara yang tidak kuduga.

Mataku melebar mendengar suara dari belakang, dan aku menoleh.

"Karena kau, adalah putri kebanggaanku."

Tidak salah lagi, itu adalah ayahku.

"....P-Papa?"

Aku bergumam dengan bingung. Aku tahu ini bukan papa yang nyata. 

Ini seperti mimpi. 

Namun pada saat yang sama, papa yang muncul dalam mimpi-mimpiku selama ini biasanya adalah sosoknya yang muda, dari masa kecilku.

Ayah yang ada di depanku ini berpenampilan sama seperti saat kami bertemu di Radio Kaikan. Sejak ulang tahunku yang ke-11, aku belum pernah melihat apa tanpa berteriak atau menunjukkan ekspresi tidak senang.

Tapi, Papa sekarang tersenyum.

"Kenapa... Papa ada di sini?"

Papa dalam diriku adalah simbol penyangkalan diri. 

Seharusnya dia adalah perwujudan penindasan yang tak terhindarkan, yang menunjukkan betapa tidak mampunya dan tidak berdayanya diriku. Kenapa ia diproyeksikan dalam keadaan tersenyum seperti ini?

"Aku punya satu hal yang ingin kulakukan jika mesin waktu bisa tercipta. Kembali ke momen itu, saat aku memperlakukan putriku dengan sangat buruk... dan menghentikan diriku sendiri. Agar tidak melukai putriku, Kurisu. ...Melindungimu."

Papa berkata, menundukkan wajahnya seolah sedang menyesal.

"...Tapi, itu tidak bisa terwujud. Aku tidak bisa kembali ke momen itu. Jadi, sebagai gantinya, aku akan menyerahkan tugas itu. Tugas untuk menyelamatkanmu. ...Itu satu-satunya hal yang bisa kulakukan. ...Maafkan aku, Kurisu. Tidak, kau tidak perlu memaafkanku. ...Jadi, jangan pernah menyerah pada harapan."

Bohong.

Meskipun ini mimpi, situasi yang terlalu sempurna seperti ini tidak mungkin terjadi.

Meskipun aku tahu papa benar-benar menyayangiku. Meskipun reaksi berlebihan itu hanyalah ekspresi agresi yang didorong oleh kemarahan. Meskipun aku sadar bahwa hal itu telah melengkapi "keyakinan” yang tidak aku miliki.

Tetap saja, ini terlalu berlebihan. Bahkan jika ini hanya imajinasi, ini sudah keterlaluan. Secara rasional, aku tidak berpikir aku adalah orang yang bisa melakukan validasi diri yang begitu ekstrem. Aku melirik ke arah pria di layar.

Dia mendesah menanggapi tatapan skeptisku, dan tampak mengangkat bahunya dengan jengkel.

"...Bukan aku. Aku tidak mengirim sinyal seperti itu."

"Lalu, bagaimana aku harus menafsirkannya?"

Aku meninggikan suaraku, tidak puas dengan jawabannya.

"Tafsirkan sesukamu. Bukankah kau sendiri yang bilang ini mungkin hanya delusi atau pengalaman menjelang ajal? ...Lagipula, bahkan aku pun tidak tahu."

Aku kembali menghadap papa.

Papa tersenyum sedih.

"Kurisu... Terserah kau mau berpikir apa. Tapi, ada hal yang harus kau lakukan. Demi kelangsungan hidupmu... Demi orang yang ingin kau bantu... Lakukan apa yang harus kau lakukan."

Tetap saja, aku merasa ini tidak mungkin.

Aku tidak berpikir ini bisa terjadi tanpa campur tangan dari seseorang. Entah ini delusi, pengalaman menjelang ajal, atau asosiasi yang dipicu oleh sinyal dari masa depan, reaksi papa ini seharusnya berdasarkan citra di otakku.

Namun, tidak mungkin ia menunjukkan reaksi yang begitu positif padaku.

Papa tidak akan pernah mengatakan hal seperti ini.

Dia tidak mungkin membuat mesin waktu dan menggunakannya untuk datang dan menolongku.

Dia tidak mungkin menumpang sinyal dari masa depan untuk menyelipkan informasi dan memberiku semangat... Dia tidak mungkin melakukan itu!

"Papa... tidak mungkin... melakukan... hal seperti ini..."

Ada bagian dari diriku yang ingin percaya.

Ya, ada bagian dari diriku yang ingin percaya.

Meskipun aku sudah berkali-kali dikhianati dan berpikir, "sudah cukup"...

Pria di layar berkata. 

"Aku katakan sekali lagi, tafsirkan sesukamu. Tidak ada peristiwa yang bisa berdiri tanpa interpretasi. Itu kata-katamu sendiri barusan."

Aku mengangguk pada kata-katanya.

Benar, aku hanya bisa menafsirkannya sesukaku.

Bahkan jika reaksi papa ini hanyalah ciptaan dari validasi diri berlebihan yang aku miliki, atau tidak, tidak ada yang mengubah apa yang harus aku lakukan.

Tidak ada yang mengubah apa yang diharapkan dariku.

Yaitu, membuka mata dan melihat kebenaran.

Tidak menipu diriku sendiri, hanya melihat peristiwa yang ada di sana.

Itu saja.

Aku mengangkat wajahku.

Di depanku, ada sekumpulan roda gigi yang mengambang di udara. Roda gigi yang berputar itu tampak seperti pintu masuk gua atau matahari yang bersinar di langit.

Aku mengangkat tanganku ke arahnya, lalu menutup telapak tanganku seolah-olah sedang menggenggamnya. Itu adalah gestur yang sering dilakukan Mayuri.

Mayuri melakukannya ke arah langit berbintang. Aku melakukannya ke arah gerbang.

"Hehe, kau memang pantas menjadi asistenku. Aku juga sering melakukan hal yang sama ke arah matahari... Ngomong-ngomong, ada satu hal yang ingin kutanyakan."

Dia berkata sambil tertawa pelan dari balik layar.

Bertanya-tanya pertanyaan macam apa yang mungkin diajukan saat ini, aku hanya meliriknya sekilas.

"Apa itu?"

"Apakah kau tahu kenapa aku menamai worldline yang harus kita capai itu sebagai Steins;Gate? Kenapa nama itu?"

...Ini pertanyaan yang terlambat.

Berapa lama, pikirnya, aku sudah bersamanya? 

Tiga minggu dalam waktu nyata. Jika ingatan samar-samar tentang perulangan waktu juga termasuk, waktunya jauh lebih lama.

Aku menghela napas dan menjawab, "Tentu saja aku tahu. ...Tidak ada arti khusus di baliknya."

Aku merasakan dia menyeringai.

"Tepat sekali."

"Menurutmu aku ini siapa? Asisten Mad Scientist yang sinting. Ilmuwan jenius muda, Makise Kurisu. Fwahahaha!"

Aku merasa malu.

Tapi, aku sudah membulatkan tekad.

"Aku akan melakukannya..."

Aku kembali mengarahkan pandanganku pada roda gigi yang berputar. 

Ini adalah simbol waktu, gerbang, dan mungkin juga citra jalan lahir—yaitu, melambangkan kelahiran baru. Melihat menembus ke sisi lain juga berarti pergi ke sisi lain itu.

Aku bisa merasakan kehadiran ayahku di belakang, dan dia di layar dari samping. 

Tidak hanya itu. 

Aku merasa sangat kuat bahwa aku didukung oleh banyak orang. Bahwa orang-orang itu masih membutuhkanku. Bahwa hidupku selama ini tidak sia-sia.

Sejak zaman dahulu, manusia telah menyamakan alam semesta dengan lingkaran seperti roda gigi di depan mata mereka. 

Waktu, dan dunia ini juga. Hubungan antarmanusia disebut lingkaran manusia, bahkan seumur hidup disamakan dengan lingkaran, dan kehidupan setelah kematian pun diwakili oleh konsep lingkaran dalam bentuk reinkarnasi.

Dan pada saat yang sama, seperti yang sudah kusebutkan, lingkaran juga merupakan simbol benda langit seperti matahari dan bulan, gerbang, dan juga jalan lahir tempat manusia dilahirkan.

Lingkaran juga merupakan konsep penting dalam matematika. Berbagai teorema dibuat untuk mewakili dan menganalisis lingkaran, dan pi (Ï€), bilangan irasional dan transenden yang sangat diperlukan untuk menyatakan luas dan ukurannya, sering digunakan sebagai pintu gerbang dari teori bilangan sederhana ke matematika tingkat lanjut.

Lingkaran adalah representasi dari keterkaitan, dan pada saat yang sama, juga merupakan batas untuk mencapai cakrawala baru.

Dalam banyak budaya dan agama, lingkaran dianggap sebagai simbol suci. Terkadang itu mewakili asal mula kehidupan dan dunia, dan pada saat yang sama, itu juga merupakan simbol dari segala sesuatu itu sendiri, termasuk awal dan akhir.

Kita tidak bisa memahami dunia tanpa meninggalkan bentuk lingkaran. 

Karena sifat penglihatan kita sendiri, dunia yang kita lihat cenderung berbentuk lingkaran.

Kita berada di dunia yang berasal dari lingkaran dan kembali ke lingkaran. 

Kita tidak pernah bisa meninggalkannya.

Saat aku berpikir, berbagai teori, hukum, teorema, dan rumus yang berhubungan dengan lingkaran muncul dan menghilang di otakku. Satu perhitungan mengarah ke perhitungan lain, dan perhitungan yang bercabang itu berkembang menjadi peristiwa fisik yang terkait dengannya, dan akhirnya kembali ke perhitungan asalnya.

Mungkin itu karena aku, dalam kesadaran permukaan, melihat proses perhitungan bawah sadar sebagai citra seperti itu.

Di balik citra-citra yang tak terhitung jumlahnya itu, tak lama kemudian banyak gambar, video, ikon, kesan mental, dan ilusi mulai mengambang. Tidak mudah untuk mengungkapkannya dengan kata-kata.

Jika dipaksakan, itu seperti hujan rumus matematika. Lautan vektor. Permadani raksasa yang ditenun dengan panah yang mewakili hubungan yang tak terhitung jumlahnya.

Permadani itu pun terhubung menjadi satu, melukiskan bentuk-bentuk yang lebih kompleks.

Dalam proses itu, aku menyadari bahwa hal-hal konvergensi pada 28 Juli terlalu kusut dan beragam.

Jika satu hal digerakkan, distorsi yang diakibatkannya akan memicu masalah lain, dan efek kupu-kupu akan menyebabkan satu kegagalan demi kegagalan.

Campur tangan yang ceroboh dapat dengan mudah mengubah hal konvergensi yang teramati dari "Makise Kurisu yang tergeletak di genangan darah" menjadi "kematian Makise Kurisu", dan mengubah situasi dari tragedi ke tragedi. Itu adalah jebakan yang terlalu tidak masuk akal dan tanpa belas kasihan.

Di atas sarang laba-laba yang tragis itu, aku harus menemukan rute untuk keluar dari sarang itu tanpa terjerat benangnya. Tentu saja, tugas itu tidak mudah.

Namun, itu bukan tugas tanpa akhir.

Selama aku bisa membatasi situasinya, prediksi tentang apa yang akan terjadi dapat ditingkatkan sedikit demi sedikit. Ratusan juta, triliun, kuadriliun percobaan dilakukan, dan perhitungan besar-besaran, termasuk faktor-faktor mengambang, terus berlanjut tanpa henti.

åž“, shuttle, ç©£, groove, æ¾—, benar, di atas, ekstrem, Tsunehesha, Asogi, Nayu, dsb., misterius, jumlah besar tak terhingga... tak terhingga, rotasi tak terhingga, tak terhingga, rotasi tak terhingga, tak terhingga, rotasi tak terhingga, tak terhingga Terhitung, tak terlukiskan, tak terlukiskan, tak terlukiskan, tak terpahami, tak terbayangkan, tak terukur, tak terukur, tak terjelaskan, tak terjelaskan, tak terjelaskan, tak terjelaskan...

Melampaui jumlah atom di alam semesta, di akhir perhitungan yang terasa tak terbatas, aku melihat "itu" muncul.

"...Upa?"

Di ujung tak terhingga dari rantai sebab-akibat, aku tidak bisa menyembunyikan keterkejutanku atas apa yang kulihat.

"Itu" adalah Upa kecil dari logam yang menggemaskan itu.

Aku menyadari tanganku terulur ke arah balik roda gigi. Lalu aku menarik tanganku perlahan, membuka telapak tanganku yang tadinya tertutup. Di atas telapak tanganku ada maskot perak kecil—Upa logam.

Satu dari sedikit pengecualian pada konvergensi 28 Juli.

Aku menyadari bahwa tidak harus Upa logam yang keluar dari mesin kapsul ketika Okabe memutarnya pada 28 Juli. Namun pada saat yang sama, fakta bahwa "Upa logam akan menjadi yang pertama keluar ketika Okabe memutar mesin kapsul" adalah hal yang konvergen.

Artinya, lingkaran sebab-akibat hanya bisa terputus jika Okabe dari masa depan, dengan mesin waktunya, pergi ke Radio Kaikan pada 28 Juli dan memutar mesin kapsul itu sebelum "Okabe 28 Juli".

Sebagai hasilnya, aku tidak akan mengambil Upa logam itu dan memasukkannya ke dalam amplop. Aku mungkin akan mengambil Upa itu di pendaratan lantai tujuh Radio Kaikan. Tapi, itu bukan Upa logam.

Karena itu, tidak ada logam di dalam amplop yang dibawa ayah, dan ayah akan menitipkan barangnya yang berisi amplop itu di ruang kargo pesawat. Lalu, amplop dan makalah di dalamnya akan terbakar dan hangus karena kebakaran misterius yang terjadi di pesawat... Hilang selamanya.

"Terima kasih, semuanya. ...Terima kasih, Okabe."

Aku dengan lembut mengepalkan Upa logam di tanganku, seolah-olah memeluknya.

Itu bukan hanya Upa logam. Itu adalah citra yang memvisualisasikan jawaban dari kausalitas konvergensi yang baru saja aku hitung.

Aku berbalik.

Papa sudah tidak ada di sana.

Yang ada di tempatnya... adalah Okabe. Okabe Rintaro.

Orang yang... aku cintai.

"...Kurisu."

Aku menyentuh bibir Okabe dengan jari telunjukku, seolah menghentikannya untuk berbicara.

"Sudah. Perpisahan kita, meskipun tergesa-gesa, sudah selesai. ...Lagi pula, ini bukan perpisahan. ...Kan?"

Aku tersenyum.

Ya, ini bukan perpisahan.

Ini adalah upacara untuk pertemuan kembali.

Okabe akhirnya telah tiba. Tiba di worldline di mana Mayuri dan aku tidak akan mati, di mana dominasi SERN dan Perang Dunia III tidak akan terjadi.

Ke worldline yang menyimpan kemungkinan di mana semua orang bisa bahagia.

Lebih tepatnya, dia telah tiba di pintu masuk menuju ke sana.

Jadi, kami pasti akan bertemu lagi.

Tidak peduli seberapa banyak ingatan yang kami hilangkan, berapa lama waktu yang dibutuhkan, atau seberapa jauh jarak yang memisahkan kami.

Kami pasti akan bertemu.

Dan kami akan saling jatuh cinta lagi.

"...Kau benar."

Okabe Rintaro berkata, dan tersenyum malu.

Kepadanya, aku mengulurkan Upa logam di tanganku.

"Berjuanglah... Dan kali ini, aku yang akan mencarimu—seperti saat kau menemukanku di depan Radio Kaikan."

Pada kata-kataku, Okabe Rintaro hanya menjawab singkat, "Ya."

Dan saat dia mengambil Upa logam itu────────────────────────────────────────────────────────────────────────────────────────────

Sinyal di pikiranku dengan cepat menjadi bising────────────

Pandanganku melengkung─────────

"Oka────────────be, aku menyuk─────ai mu─────"

───────────────────────────

───────────────

────────────────────────────────────

────────────────────────

"Kurisu.... Kita akan bertemu lagi."

──────────────────

───────────────────────────

"Ya, pastiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii, pastiiiiiiiiiiiiii, aaaaaaa..."

───────

─────────────────────

─────────────────────────────────

"Okabe, ...aku sangat mencintaimu."

───────────────

───────────

─────────

──────

Steins;Gate - The 9th Act/Infinity Circulating Kalachakra:Rebirth...End
« Sebelumnya Daftar Isi Selanjutnya »

Gabung dalam percakapan