Penerjemah : Koyomin
Chapter 3: Pertarungan serius antara mantan Petinggi pasukan raja iblis!
Part 1
Wiz dan Vanir saling berhadapan di sebuah bukit dekat kota.
“Terakhir kali aku bertarung serius melawan vanir, itu saat aku masih manusia.”
Dengan ekspresi yang sangat serius, Wiz melepas celemeknya dan mempersiapkan diri.
Vanir tersenyum kecil.
"Hmm, bernostalgia, ya? Saat itu kau adalah petualang terbaik, bangga dan penuh keberanian. Mengapa diriku mengajarkanmu mantra terlarang untuk mengubah diri menjadi lich? Yah, bisa dibilang diriku cukup menyukaimu."
"...Itu sangat licik darimu, mengatakan itu tiba-tiba! Tapi meskipun kau menyanjungku, aku tidak akan memaafkanmu! ... Meskipun, aku tidak keberatan sedikit pujian."
Vanir memonyongkan mulutnya dengan jijik saat Wiz tampak kesal.
"Diriku sedang membicarakan masa lalumu, bukan tentang dirimu yang sekarang—pemilik toko payah! Kembalilah ke Wiz yang dulu yang diriku suka! Aku tidak butuh seorang lich, si ratu hutang, seperti dirimu!"
"Aku masih Wiz yang kau suka! Maaf karena memakai uang itu, tapi itu benar-benar untuk pengeluaran yang diperlukan!"
Wiz memohon dengan ekspresi hampir menangis.
Vanir meletakkan tangannya di atas topengnya.
"Setelah dipikir-pikir, diriku belum pernah menunjukkan apa yang ada di balik topeng ini. Karena kita akan bertarung dengan serius... aku akan memperlihatkannya dan melawanmu sepenuh hati."
"B-benarkah? Tunggu, resepsionis guild petualang bilang padaku kalau kau sangat tampan di balik topeng itu. Kau mau membuatku ragu dengan memperlihatkan wajah aslimu, ya? Itu tidak akan berhasil, tak peduli berapa kali kau—!"
Vanir melemparkan topengnya, tak membiarkan Wiz yang kebingungan menyelesaikan kalimatnya, dan pada saat itu juga—
“Cursed Crystal Prison!”
Tubuh Vanir langsung membeku, dinding es besar mengelilinginya. Tepat di depannya, tulisan ‘Dumb Lich’ terpampang di permukaan es.
"Fuahahahahahaha! Entah kengapa, diriku sangat populer di kalangan perempuan! Diriku tidak keberatan menunjukkan wajahku pada mereka, tapi sifat iblisku mencegahku melakukannya kalau mereka memintanya. Jika dirimu begitu tertarik, diriku akan menunjukkannya padamu dengan harga 50.000 Eris!"
Vanir yang baru terbentuk muncul dari dalam tanah, tepat di belakang Wiz.
"Fufufufufu, Vanir, apa kau benar-benar semurah itu? Itu memberiku ide untuk produk yang sudah kupikirkan cukup lama. Pasarnya mungkin kecil, tapi aku yakin akan laku."
Wiz yang terpancing tertawa, tapi sorot matanya tetap dingin.
"Sayang sekali kau terlalu percaya diri! Sayangnya juga, itu tidak akan laku sama sekali!"
Vanir jelas tidak punya sedikit pun kepercayaan pada insting bisnis Wiz. Ia tertawa keras lagi.
Wiz tidak memedulikan komentar itu dan mendekati tubuh Vanir yang masih membeku.
"Ini adalah produk yang kupikirkan sejak lama. Membuat replika tubuhmu di dalam es, kaku menjualnya pada para succubus—"
"Jangan coba-coba, pemilik toko jahat! Kadang-kadang dirimu bahkan mungkin lebih kejam dariku!"
"Hei, menurutmu siapa yang akan menang? Sayang sekali kalau cuma menonton—bagaimana kalau kita bertaruh?"
Aku bertanya pada Aqua saat kami menonton dari kejauhan.
"Aku bertaruh pada Wiz. Aku tidak pernah bisa mengalahkanmu dalam taruhan, tapi kali ini kurasa aku tidak akan kalah. Setidaknya aku lebih suka si undead bodoh itu daripada iblis bertopeng itu!"
Aqua menjawab dengan penuh percaya diri.
"Dalam situasi biasa, aku akan bertaruh untuk Vanir. Tapi sekarang aku setuju denganmu. Biasanya mereka seimbang…"
Tapi Wiz bukanlah dirinya yang biasanya sekarang…
Part 2
Beberapa hari sebelumnya.
Aqua dan aku sedang bermalas-malasan di rumah besar. Megumin, yang bertanggung jawab atas tugas kebersihan hari itu, mengusir kami dengan alasan kami mengganggu, sementara Darkness sudah pergi sejak pagi untuk urusan dinas. Karena punya banyak waktu untuk disia-siakan, kami memutuskan pergi ke toko alat sihir.
"Apa yang kalian lakukan di sini? Teman penyihir merah konyol kalian itu masih belum membayar hutang untuk cincin iblis yang hancur. Ini bukan taman bermain! Kalau tidak ada urusan, pergilah!"
Vanir menyambut kami dengan wajah jijik sambil menggosok alat sihir dengan kain.
Beberapa waktu lalu, Megumin memakai cincin iblis milik Vanir—alat sihir langka yang memberinya kekuatan berbahaya. Sejak cincin itu rusak, Vanir jadi selalu waspada terhadap kami.
Sikapnya dingin, disisi lain pemilik toko yang cantik itu—Wiz—menyajikan makanan manis untuk kami. Saat tidak di rumah, toko ini menjadi tempat favorit kami untuk bersantai.
"Tidak apa-apa, Vanir-san. Lagipula kita sedang sepi pelanggan. Kalian datang di waktu yang tepat, ada produk baru yang ingin kuperlihatkan."
Wiz berkata riang sambil menyeduh teh.
"Apa? Produk baru?"
"Ya, sesuatu yang membuatku cukup optimis! Hehe, aku yakin ini akan laku. Aku diam-diam mengembangkannya sebagai kejutan untukmu!"
Wiz menjawab dengan senyum puas.
Namun, sebelum ia menjelaskan lebih jauh—
"...Sebelum diri lu mengungkapkannya, ada sesuatu yang perlu diriku ketahui. Diriku sudah mengancam semua rentenir di kota agar tidak memberimu pinjaman lagi. Jadi jujurlah, dari mana dirimu mendapatkan dana?"
"Kau terlalu khawatir, Vanir-san. Aku tidak berhutang ke siapa pun. Saat mencari-cari barang di toko yang bisa digadaikan, aku malah menemukan sebuah ruangan tersembunyi dengan peti harta karun—"
Vanir langsung berlari ke bagian belakang toko. Terdengar suara sesuatu yang berat digeser. Tak lama kemudian, ia kembali... dengan ekspresi penuh kengerian.
"Meskipun dirimu memiliki mata yang buruk dalam hal bisnis, mengapa lu begitu ahli dalam hal-hal seperti ini? Kenapa lu repot-repot mencari ruang rahasia dengan uang tabungan diriku didalamnya!?"
"A-Apa yang kau bicarakan!? Tabungan!? Aku tidak tahu, a-aku hanya menggunakan sihir pendeteksi untuk mencari barang bagus yang bisa digadaikan dan menemukan peti itu..."
Wiz memang sudah menaklukkan banyak dungeon; tak aneh jika pikirannya langsung menganggap tempat tersembunyi sebagai harta karun.
"Mengapa dirimu berpikir ada peti harta karun yang tersembunyi di dalam toko!? Seandainya lu menggunakan otak mayat hidup lu sejenak saja, lu akan menyadari bahwa itu adalah sesuatu yang diriku sembunyikan!"
"A-aku pikir bagian toko ini sudah seperti dungeon karena aku tinggal di sini selama bertahun-tahun..."
"Kalau kehadiran kita saja cukup untuk mengubah bangunan jadi dungeon, kita tidak akan susah payah bekerja untuk membangunnya! Lu baru saja menyia-nyiakan seluruh tabungan yang diriku kumpulkan dari kerja sampingan... apa yang akan diriku lakukan sekarang dengan pemilik toko yang suka mencuri ini!?."
Wiz mundur pelan-pelan, bersiap lari saat mata Vanir mulai bersinar.
"T-tunggu, Vanir-san! Itu kecelakaan! Kau tidak pernah memberitahuku! Ini toko bersama, tidak boleh ada rahasia antara kita!"
"Bagi kami para iblis, kontrak adalah segalanya. Tapi bahkan kalau harus menerima hukuman, aku akan mengakhiri kontrakku denganmu—apa yang dirimu lakukan!? Lepaskan tanganmu dariku, kau pemilik toko yang tidak berguna!"
Wiz berpegangan erat pada Vanir, bertekad untuk tidak membiarkannya kabur.
"Apa kau benar-benar mau meninggalkanku? Setelah setiap hari mempermainkan hatiku, sekarang kau pergi begitu saja!? Padahal kau janji akan membantuku menjalankan toko ini!"
"Jangan salah paham! Jangan anggap aku yang menyerap emosi negatifmu sebagai mempermainkan hati!"
Vanir berusaha melepaskan diri dari pelukan Wiz. Ia hampir menangis.
Pemandangan langka—seorang Duke Neraka yang melanggar kontrak. Bahkan Aqua, yang biasanya tak peduli, tampak tertarik... meski fokusnya masih tertuju pada sepotong kue di depannya.
"Kazuma, Kazuma! Ini menyenangkan! Seperti opera sabun! Aku ingin tahu apakah Wiz bisa membalikkan keadaan."
"Kelihatannya seperti pernikahan gagal. Seperti penjudi yang kehabisan uang dan memohon agar istrinya tidak pergi. Kalau Vanir pergi, toko itu pasti bangkrut. Tidak mungkin Wiz akan membiarkannya. Dari sini, cerita panjang akan dimulai, Vanir akan melakukan perjalanan untuk melarikan diri, dan Wiz akan mengejarnya."
“Jangan cuma duduk di sana dan melihat saja, dasar wanita yang cuma peduli pada kue dan bocah yang membayangkan pemilik toko dalam pakaian terbuka! Hentikan dia!”
Vanir berusaha mendorong Wiz dengan kedua tangannya.
Namun tiba-tiba, ia menyadari sesuatu.
"Vanir-san, tolong, setidaknya lihatlah produk baru itu! Aku yakin setelah ini kau tidak akan membatalkan kontrak lagi! Aku yakin ini akan laku!"
“Aku sudah sering mendengar kata-kata ini, itu sudah kehilangan maknanya... baiklah, tapi jika itu produk sampah, maka diriku akan memanfaatkan lu untuk mendapatkan uang.”
Vanir mengajukan permintaan yang jahat untuk melawan usulan Wiz. Dia benar-benar tidak percaya padanya sama sekali.
"Memanfaatkannya? Tolong jelasin lebih jauh soal itu."
“Itu beneran seperti pernikahan gagal…”
Namun, meski ada permintaan seperti itu, ekspresi Wiz berseri-seri ketika dia menyadari bahwa dia memiliki kesempatan untuk mempertahankannya.
"Baiklah! Kalau kau tidak menyukainya, aku akan melakukan apa pun yang kau minta! Sekarang, lihat ini, Vanir-san! Ini produk barunya!"
Wiz mengeluarkan sebuah boneka setinggi lutut. Boneka itu mengenakan kostum maid yang imut—menurutku,boneka itu mungkin populer di kalangan anak-anak.
"...Hmm, desainnya lumayan. Tapi ini bukan sekadar boneka biasa, kan?"
Wiz tersenyum percaya diri.
"Ini boneka mandiri, seperti boneka tanah liat milikmu. Lihat ini!"
Dia meletakkan boneka itu di lantai, lalu menekan tombol di belakang kepalanya. Boneka itu mulai menyapu lantai dengan semangat.
Meski tidak seefisien golem, ini bisa dibilang penemuan revolusioner. Sejauh yang kulihat, Wiz tidak menggunakan sihir apa pun untuk mengaktifkannya.
“Tidak terlihat buruk sama sekali, katakan pada diriku, apa saja kekurangan utamanya? Apakah biaya pembuatannya 10 juta Eris, apakah hanya akan berfungsi selama beberapa menit, atau akan hancur sendiri setelah menyelesaikan perintahnya?”
Dia sama sekali tidak percaya padanya.
“Ti-tidak sama sekali! Yah, pembuatannya memang tidak murah, tapi kalau kita menjualnya seharga 50.000 Eris, itu tetap menguntungkan. Dan bisa bertahan lebih dari 12 jam! Selain itu, boneka ini menyerap energi magis dari sekitarnya. Jika dirawat dengan benar, ia bisa bertahan hingga beberapa dekade!”
“...Hmm? Yah, menurutku itu produk yang hebat, tapi kenapa diriku harus percaya padamu?”
Senyum Wiz mengembang lebar.
“Itu semua benar! Dan bukan cuma itu—masih ada fitur lainnya!”
“Oh? Mari kita dengarkan.”
Senyum Wiz kini menjadi senyum penuh kebanggaan.
“Boneka itu juga bisa melindungi pemiliknya! Kalau mendeteksi orang asing, boneka itu akan langsung menghancurkan dirinya sendiri—”
(PENYUSUP TERDETEKSI. MEMULAI PROTOKOL PELEDAKAN DIRI SENDIRI.)
“Ah, tentu saja—”
Vanir dengan refleks meraih boneka itu, melompat keluar, dan menendangnya tinggi ke langit.
Sebuah ledakan besar mengguncang langit, setara dengan ledakan milik Megumin, membuat seluruh warga keluar rumah untuk melihat apa yang terjadi.
“Mungkin agak terlalu kuat, tapi setidaknya cukup untuk menghalangi pencuri!”
“Itu saja yang ingin lu katakan? ...Lu seharusnya melakukan uji coba sebelum membawanya ke toko, dasar pemilik toko yang ceroboh. Tapi... ini bukan ide yang buruk. Kalau kita bisa mengurangi kekuatannya dan mengatur supaya bisa mengenali keluarga dan teman, mungkin ini bisa dijual...”
Saat Vanir tampak serius mempertimbangkan, Wiz mulai berbicara dengan malu-malu.
“Kekuatan ledakannya tidak bisa dikurangi, dan dia hanya bisa mengenali satu orang. Ini adalah boneka pelayan—dia hanya akan melayani satu tuan.”
“...Ah, begitu. Kalau begitu, hilangkan saja fungsi penghancuran dirinya. Itu bisa laku sebagai boneka pembersih.”
Senyum Wiz perlahan-lahan memudar.
“Itu juga tidak bisa... Semua fungsinya saling terikat. Kalau satu dihilangkan, dia nggak akan berfungsi. T-tapi! Kita bisa menjualnya untuk para jomblo yang kesepian!”
“Dasar pemilik toko loak! Siapa yang waras bakal beli sesuatu yang bisa menghancurkan setengah kota cuma karena ada tamu yang datang!? Kenapa juga lu menambahkan fungsi penghancuran diri sejak awal!?”
Vanir mengguncang Wiz, matanya bersinar lebih terang,
“A-aku pakai bonekamu sebagai referensi... Kupikir fungsi penghancuran diri itu penting—”
“Bonekaku dibuat untuk membersihkan dungeon, mereka melawan monster, penghancuran diri adalah cara mereka menyerang! Yah, kita nggak bisa jual produk rongsokanmu. Seperti yang dijanjikan, diriku akan memanfaatkan lu buat dapat uang!”
“A-aku mengerti!, aku akan membiarkanmu menggunakanku. Aku akan menebusnya, aku bersumpah!”
Apa yang harus kulakukan sekarang? Kapan pekerjaan barunya akan dimulai? Bisakah aku membuat reservasi sekarang?
Jubah Wiz yang tidak modis tidak cocok untuk tubuhnya, tetapi setelah melihatnya mengenakan bikini sebelumnya aku tahu dia memiliki tubuh yang luar biasa.
“Bagus! Kalau begitu, aku akan menyuruhmu bekerja di toko milik bawahanku. Jangan khawatir, meskipun dirimu mungkin tidak sadar, ada banyak permintaan terhadapmu. Seminggu seharusnya cukup.”
Vanir tampak senang, tapi wajah Wiz menjadi lebih pucat dari biasanya.
“...Toko yang dikelola oleh bawahamu? Jangan bilang... Maksudmu toko succubus...?”
Vanir memiringkan kepalanya, menatap Wiz yang mulai panik.
“...Bukankah itu sudah jelas? Gimana lagi lu bakal dapat uang? Dirimu nggak punya kemampuan bisnis, jadi yang tersisa dari tubuh lu yang nggak berguna itu... ya cuma jual dagingnya—”
“H-hentikan! Vanir-san, apa yang kau inginkan dariku!? Ketika kau bilang mendapatkan uang dengan menggunakan aku, kupikir maksudmu adalah melakukan quest, memanfaatkan aku sebagai petualang!”
Begitu ya, Wiz adalah petualang hebat saat dia masih manusia. Tapi, bisakah dia bisa mendapatkan lebih banyak uang dari menyelesaikan quest tingkat tinggi dibandingkan bekerja di toko succubus?
“Kazuma, Kazuma, kenapa kau terlihat sangat kecewa?”
“Apa maksudmu? Aku tidak kecewa, kok.”
“Lich tidak punya kartu petualang; bagaimana dirimu berniat menerima quest?”
Vanir memiringkan kepalanya lebih jauh.
“I-itu bukan masalah, kau mungkin tidak tahu tentang ini, tetapi ada cara untuk mendapatkan uang tanpa melalui guild petualang.”
Biasanya, guild petualang akan memverifikasi misi yang selesai dan memberi hadiah. Untuk beberapa monster, sisa tubuh mereka juga bisa dijual ke guild. Tapi sebenarnya, sisa-sisa itu juga bisa dijual secara pribadi di luar guild.
Wiz memiliki sebuah toko, bukan guild petualang, dia adalah anggota guild pedagang. Dia pasti punya koneksi untuk menjual sisa-sisa monster.
Keesokan paginya.
“Kalau begitu, Vanir, aku serahkan toko ini padamu.”
Di pintu masuk toko peralatan sihir berdiri Wiz dengan ransel besar.
Kupikir dia hanya akan berburu monster di sekitar Axel, tapi dari persiapannya, sepertinya dia siap untuk perjalanan jauh. Monster di dekat kota kebanyakan level rendah, kurasa sebagian besar tidak bisa dijual dengan harga mahal.
“Hmm. Kalau diriku sendirian, diriku bisa mengubah toko ini jadi perusahaan besar dalam waktu lima tahun. Jadi lu tidak perlu buru-buru kembali.”
“Tidak, ini tokoku! Aku akan tetap di sini, entah sampai bangkrut atau sukses besar!”
Sambil memohon pada Vanir, Wiz menoleh ke arah Aqua dan aku.
“Kuharap kalian berdua baik-baik saja. Maaf, aku tidak akan ada untuk sementara waktu, tapi aku akan kembali secepatnya.”
“Kita tidak bisa makan manisan dan teh tanpamu, Wiz, kumohon kembalilah sebelum kita kelaparan.”
“Berhenti jadikan toko ini kafe pribadi!”
Sambil terkekeh kecil, Wiz menoleh ke Vanir lagi.
“Baiklah, aku akan pergi. Tolong jaga lobak daikon yang kutanam di belakang toko. Pastikan disiram setiap pagi.”
“Ah, ya, makananmu. Aku akan menjaganya. Kalau sudah matang saat lu pergi, diriku tidak akan membiarkannya sia-sia.”
Wiz mengangguk dan melangkah pergi.
...Lalu dia melangkah mundur, dan kembali menghadap Vanir lagi.
“Jangan disiram terlalu banyak. Pastikan juga dia tidak kena sinar matahari berlebihan, oke?”
“Ya, ya, wanita di sebelah rumah tahu soal tanaman. Kalau ada masalah, diriku akan tanya padanya. Jangan khawatir dan pergi saja.”
Wiz kembali mengangguk dan mulai melangkah lagi.
...Lalu dia kembali mundur dan menoleh lagi ke Vanir.
“Kalau aku pergi... apa yang akan kau makan? Kau punya orang lain untuk dimakan, kan?”
“Cepat pergi, dasar pemilik toko tak berguna! Dan jangan kembali sebelum lu menutupi uang yang udah lu buang sia-sia!”
“Setidaknya berpura-puralah akan merindukanku! Aku akan melakukannya! Aku akan segera mengumpulkan uang!”
Dan begitu saja, Wiz meninggalkan kota, menoleh ke belakang setelah setiap langkah yang dia ambil.
Part 3
Malam itu, setelah makan malam.
Kami berdiskusi tentang kejadian hari ini di ruang tamu mansion.
“—Dan itulah sebabnya Wiz pergi untuk sementara. Sekarang Vanir yang mengurus toko, jadi berhati-hatilah agar tidak membuatnya kesal. Sebaiknya kalian juga tidak pergi ke sana bersama-sama."
"Menurutmu, kita ini siapa? Kita tidak akan mengolok-oloknya bila tidak ada Aqua atau Wiz. Kita akan mengacaukannya setelah dia kembali."
“Kau sudah dikutuk, Megumin. Jangan macam-macam dengannya, bahkan kalaupun Aqua dan Wiz ikut bersamamu.”
Megumin langsung gemetar mendengar kata-kata Darkness.
Vanir mengutuknya karena merusak cincin iblis miliknya. Berhari-hari tak bisa meledakkan apa pun telah meninggalkan semacam trauma padanya.
“B-baiklah, sepertinya aku tidak punya waktu—atau uang—untuk disia-siakan. Haha... h-hey, Kazuma! Kazuma!”
“Aku sudah memberimu uang saku. Aku tidak akan memberimu lagi.”
Megumin pergi ke kamarnya dengan kekalahan. Setelah itu, Aqua muncul di belakangku dan mulai memijat pundakku meskipun aku tak memintanya.
“Kazuma, akhir-akhir ini kau terlihat lebih berisi. Mungkin karena kau makin tua, atau mungkin karena kau naik level. Tapi, kau juga mulai terlihat sangat tampan, kalau begini terus, kau bisa jadi terlalu populer di kalangan wanita.”
"Apakah kau harus menyanjungku juga? Aku tidak akan memberimu uang lagi."
…
Keesokan harinya.
"Selamat datang, selamat datang! Item hari ini harus dimiliki, penangkal yang tidak boleh dimiliki oleh party petualang! Ini dengan harga yang sangat murah karena sudah mendekati tanggal kadaluarsanya!"
“Hmm... memang murah, dan penawar racun itu penting. Tapi kalau sudah hampir kedaluwarsa, bukankah jadi tidak berguna?”
“Benar juga. Lagi pula, monster berbisa jarang ada di sekitar sini...”
Aku pergi untuk memeriksa toko alat sihir dan menemukan Vanir dengan meja di depan toko berteriak dengan suara yang kuat kepada para petualang yang berkeliaran.
“Ya, ya, tentu saja diriku mengerti. Tapi ini adalah obral spesial! Semua barang akan datang dengan bonus spesial!”
“Aku tidak butuh, meskipun itu gratis juga—”
Vanir tiba-tiba menempelkan sebuah foto di botol penawar racun.
“Untuk setiap lima botol penawar, kalian akan menerima satu foto yang sangat spesial dari pemilik toko sihir yang kikuk!”
“Lima untukku!”
“Aku juga mau lima!”
“Kau tidak boleh kekurangan penawar saat melakukan quest, aku akan mengambil sepuluh untuk berjaga-jaga!”
Aku buru-buru menghampiri Vanir yang kini dikerubungi petualang pria penuh semangat.
"Aku juga mau lima. Ah, Wiz terlihat sangat imut di sini, baiklah, aku akan pura-pura tidak melihat soal ini.”
“Tidak bijak untuk mengancam iblis, wahai bocah yang akan pucat pasi kalau penyihir konyol terkutuknya tahu tentang foto ini. Namun, jika dirimu bersedia membelinya, diriku akan mengabaikannya... untuk sementara.”
Sebenarnya bukan cuma foto itu yang kucari; penawar racun memang penting untuk petualangan.
“Jika ada produk bagus lainnya, aku pasti akan kembali lagi.”
“Pastikan untuk datang setiap hari, bocah penuh nafsu! Selama seminggu penuh, obral spesial ini akan terus berlanjut, dengan bonus baru tiap harinya!”
“Kami pasti akan kembali!”
Teriak para petualang pria secara serempak, penuh semangat.
Kemudian.
“Ini produk hari ini! Makanan kaleng biasa, penting bagi semua petualang! Karena akan segera kedaluwarsa, maka ini adalah obral besar-besaran! Tentu saja, bagi siapa pun yang membeli lima kaleng, akan mendapatkan bonus—foto pemilik toko yang basah kuyup karena hujan!”
“Tolong lima kaleng!”
“Aku selalu lapar saat quest, aku ambil lima kaleng!”
Seperti yang mereka katakan, makanan kaleng sangat penting saat berpetualang.
"Beri aku lima kaleng juga. Ini adalah foto Wiz yang bagus, tapi tidakkah kau punya sesuatu yang lebih menarik?"
“Hmm? Dirimu menginginkan sesuatu yang lebih menarik? Kalau begitu... ada bonus spesial bagi mereka yang membeli sepuluh kaleng atau lebih...”
“Sepuluh untukku!” seru beberapa petualang pria sekaligus.
Vanir tampak agak terkesima melihat respons kami yang langsung menyahut begitu cepat saat ia menyerahkan foto-foto tersebut.
Aku menatap foto-foto itu dengan penuh antisipasi...
“Fuahahahahaha! Apakah kalian berharap foto pemilik toko yang kikuk itu akan lebih... terbuka? Sayangnya, bonus spesial hari ini adalah foto pemilik toko yang lebih menarik, yang satu ini mengenakan baju zirah penuh—!”
Vanir tertawa keras sambil menyerahkan beberapa lembar terakhir, tapi kemudian tiba-tiba terdiam.
“...Diriku tidak merasakan emosi negatif. Jangan bilang kalian menyukainya?”
Obral diskon masih berlangsung selama beberapa hari lagi.
“Hari ini, produk spesialnya adalah... batu! Siapa pun yang membeli setidaknya lima batu akan menerima amplop spesial berisi foto acak! Bisa jadi foto pemilik restoran terdekat, atau pemilik toko air, bahkan pemilik toko laundry! Tapi beberapa amplop mengandung foto langka dari pemilik toko alat sihir kita yang kikuk!”
“Kau tidak bisa jadi petualang sejati tanpa membawa batu. Aku ambil lima!”
“Seseorang tidak bisa memiliki terlalu banyak batu. Aku ambil lima belas!”
"Kau bisa menggunakan batu untuk mengalihkan perhatian atau menyerang monster, mereka sangat berguna! Hei, Kazuma, kau menggunakan busur, kau tidak perlu ini!"
“Aku adalah orang yang sangat berhati-hati dan siap menghadapi segala situasi. Biasanya aku bawa lima puluh anak panah. Tapi untuk jaga-jaga kalau kehabisan, aku juga bawa lima puluh batu.”
Sampai akhirnya, hari terakhir.
“Selamat datang! Ini dia produk hari ini! Mungkin terlihat seperti jam biasa, tapi ini adalah jam alarm spesial yang akan membangunkanmu dengan suara seksi pemilik toko! Diriku telah merekam dan menyunting suaranya dengan sangat teliti! Dan hari ini, produk ini dijual lewat lelang!”
“10.000 Eris!”
“20.000 Eris!”
“35.000 Eris!”
Harga jam weker itu naik dengan cepat. Vanir tertawa puas melihat antusiasme lelang hari ini.
"Fuahahahahahaha! Terima kasih, terima kasih atas partisipasi kalian! ... Katakan padaku bocah, apakah lu tidak akan ikut serta? Ini adalah barang yang sangat langka yang hanya akan tersedia hari ini!"
Vanir memanggilku, aku hanya melihat saja.
Tanpa kehadiran Wiz, Vanir akhirnya mengambil kesempatan untuk mengubah toko menjadi bisnis yang sangat menguntungkan. Dia sudah menjual barang setiap hari tanpa henti.
“Vanir, aku tahu rencanamu. Kau tidak akan mengeluarkan barang terbaik sekarang. Kau menahannya untuk nanti. Jadi, aku akan menyimpan uangku untuk itu."
“Hmm... Dirimu memiliki mata yang tajam, bocah yang telah menghabiskan cukup banyak uang selama beberapa hari ini. Anehnya, lu tidak pernah mencoba menghentikanku.”
"Hei, Kalau kau menjual barang-barang ilegal atau berbahaya, aku pasti sudah menghentikanmu dari awal. Tapi ini? Tidak berbahaya sama sekali. Dan lihat wajah semua orang di sini—mata mereka berbinar-binar penuh semangat. Bisnismu membuat banyak orang bahagia, kenapa aku harus menghentikannya?”
“...Oh? Diriku tidak menyangka mendengar kata-kata konyol seperti itu keluar dari mulutmu, dan dengan wajah datar pula. Tapi kalau lu tidak ikut campur, tak apa."
Vanir melihat sekeliling seolah baru menyadari sesuatu.
“Ngomong-ngomong, sejak Wiz pergi, diriku belum melihat wanita pembawa sial yang biasanya bersamamu. Diriku yakin dia akan mengganggu…”
“Sudah kutangani. Aku tahu dia akan bikin masalah, jadi aku memberinya uang untuk pergi minum. Sebagai petualang, aku punya tanggung jawab untuk menjaga kebahagiaan semua orang.”
“...Diriku akan memberimu poster seksi pemilik toko sebagai hadiah atas dedikasimu.”
Aku membantu, bukan karena kepentingan pribadi, tapi demi kebahagiaan bersama, itu adalah pekerjaan tanpa pamrih. Meskipun begitu, aku menerima poster itu sebagai hadiah pribadi. Bukan sebagai bayaran.
Sambil diam-diam menyelipkan poster itu ke saku belakang...
“ T-T-T-T Tuan Vanir!”
Sebuah suara memanggil, disertai langkah kaki cepat dari seorang gadis yang sangat familiar.
Begitu melihat siapa dia, semua orang—termasuk aku—langsung diam-diam menyingkir dari jalannya.
“Apa masalahnya? Seperti yang dirimu lihat, diriku sedang sibuk. Jika ini bukan urusan besar, lebih baik kau pergi.”
“Ini urusan besar, Tuan Vanir! Kau tahu... masalahnya adalah...!”
Gadis berambut merah muda pendek—yang bekerja di toko favorit kami—muncul dengan wajah cemas yang luar biasa.
“Semua orang di sini tahu identitas aslimu, jadi tak perlu sungkan.”
“Nona, kalau ini benar-benar serius, kami semua siap membantu!”
“Kalau ada yang salah di toko, aku akan meminjamkan kekuatan penuhku”
Benar, dia adalah seorang succubus. Dia tampak ragu untuk menjelaskan, mungkin karena sadar bahwa semua orang di sini... adalah pelanggan tetap.
“Tuan Vanir... dungeon yang dijalankan oleh sekutu kita telah diserang dan hampir jatuh!”
Begitu dia mengatakannya dengan mata berkaca-kaca, Vanir mendengus frustrasi.
"Sekutu apa yang lu bicarakan? Menjalankan dungeon berarti memikat para petualang dengan janji harta dan kekayaan, lalu mengambil nyawa mereka sebagai santapan energi. Tentu saja, ada banyak petualang kasar yang bahkan tidak mandi, tetapi begitulah adanya. Seorang penguasa dungeon seharusnya tidak pernah meminta bantuan, mereka harus bertahan sampai akhir yang spektakuler."
...Apakah komentar tentang tidak mandi itu perlu?
...Dan apakah maksud itu kita semua?
Succubus itu tampak sadar bahwa Vanir tak akan turun tangan. Tapi dia tidak menyerah—ia menunduk, berusaha menyembunyikan air matanya.
"Jika kau tidak bisa meminta Vanir untuk membantu, kengapa tidak meminta orang lain? Dungeon itu dikelola oleh succubus, kan? Kami akan dengan senang hati membantu!"
Gadis itu tiba-tiba mendongak dan menghadap Vanir. Mulutnya melengkung menyeringai, seolah-olah menyuruhnya untuk melanjutkan. Meskipun dia tidak berniat untuk membantu, tidak masalah untuk memikat para petualang dengan pesonanya dan menggunakan kami untuk menyelamatkan dungeon.
Wajahnya berbinar dan dia buru-buru menjawab.
“Y-ya! Dungeon itu dikelola oleh salah satu senior kami! Kalian mungkin mengenalnya—dia dulu juga bekerja di toko ini!”
Suasana berubah menjadi serius, seolah-olah seorang jenderal raja iblis tiba-tiba menyerang kota. Kukira itu wajar, semua orang di sini lemah terhadap air mata wanita.
“Tapi... bukankah itu berarti kita harus melawan sesama petualang? Bisa jadi ini serius...”
"Benar, Menyerang dungeon adalah kontrak yang dilindungi oleh guild, dan mengganggu operasi bisa berakibat denda besar. Kalau begitu... bagaimana kalau kita bantu saja master dungeon-nya untuk melarikan diri?”
”Di mana sih dungeonnya? Akankah kita tiba tepat waktu? Katanya sudah hampir runtuh kan?"
Meskipun beberapa petualang tampak ragu, jelas bahwa sebagian besar dari mereka sudah memutuskan untuk ikut membantu.
"Dungeon itu berada di dekat Ibukota Kerajaan! Jika kita menggunakan teleportasi, kita akan sampai di sana dalam waktu singkat, pintu masuknya tepat di dekat tempat teleportasi—“
ia menarik napas panjang
”—Bantuan kalian dibutuhkan di Labirin Keinginan, dungeon yang sangat terkenal yang diketahui oleh semua petualang pria!"
Part 4
Sekelompok petualang bergegas melewati Ibu Kota menuju sebuah dungeon.
"Cepat, kita tidak bisa membiarkan dungeon ini jatuh! Ini adalah impian setiap pria!"
“Sial, aku selalu membayangkan bisa datang ke tempat ini bersama petualang wanita!”
“Itu impian semua pria! Aaaargh! Aku ingin menantangnya bersama gadis imut, bukan sekumpulan pria kasar kayak kalian!”
"Siapa pun yang menantang dungeon ini pasti seorang wanita! Tidak ada petualang pria waras yang ingin tempat ini dihancurkan!"
Semua orang berteriak-teriak. Ternyata tempat ini memang terkenal...
Juga…
“Vanir, kenapa kau ikut? Kupikir kau tak peduli dengan para succubus?”
“Hmph? Diriku khawatir kalian semua akan gagal menghentikan penantangnya tanpa kehadiranku.”
“Jadi... itu artinya penantangnya adalah petualang level tinggi yang sangat kuat? Kurasa kau bisa bantu, tapi—”
Aku melirik pada petualang yang berlari di depanku.
"Hei, apakah ini dungeon yang terkenal?"
“Kau gak tahu, Kazuma!? Gak bisa dipercaya... padahal party-mu cuma berisi gadis-gadis! Kau dengar sendiri, kan, dari succubus tadi? Setiap petualang pria tahu dungeon ini. Dungeon ini... penuh jebakan mesum.”
Aku dengar, tapi apa maksudnya jebakan mesum? Monster yang melarutkan pakaian? Slime iblis yang keluar dari dinding?
“Sepertinya kau benar-benar gak tahu... Baiklah, akan aku jelaskan. Ada jebakan di dungeon ini yang hanya aktif pada pasangan. Untuk keluar dari sana, mereka harus mengikuti instruksi nakal dari master dungeon. Konon katanya—”
“—Kita TIDAK BOLEH membiarkan tempat ini hancur!”
Aqua bilang dia tidak akan pernah masuk dungeon lagi bersamaku setelah aku meninggalkannya sendirian dengan banyak monster di dalamnya, dan Megumin tidak suka dungeon karena dia tidak bisa menggunakan sihir ledakan di dalamnya. Kurasa aku harus datang bersama si masokis cabul itu.
“Yah... wajar bagi petualang untuk menantang dungeon. Setelah kembali, aku akan mengajak seorang teman dan mencobanya."
"Ah, ya, lakukan itu. Ngomong-ngomong, ada kesepakatan tak terucap diantara petualang pria untuk tidak pernah menantang master dungeon. Pada saat kau sampai di sana, kau dan temanmu akan menjadi lebih dari sekadar teman dan kemungkinan besar tidak akan mau melakukannya."
Bukannya aku ingin terlalu dekat dengan Darkness, tapi jika itu adalah kecelakaan yang disebabkan oleh jebakan, maka tidak bisa dihindari.
Aku ingin tahu apa 'instruksi nakal' itu, tapi jelas ini adalah dungeon yang sering dikunjungi para cabul.
Juga, jika aku bersikeras tidak tahu, maka aku seharusnya bisa menghindari masalah potensial di pengadilan...
"Hei, apa yang terjadi?"
Petualang di depan mengangkat suaranya.
Mengintip dari belakang, aku melihat lubang besar di tengah ruang utama dungeon. Apakah penantangnya membuatnya sebagai jalan pintas?
“Ada yang pernah lihat hal seperti ini sebelumnya? Satu-satunya cara bikin lubang sebesar ini adalah pakai sihir ledakan... Tapi pemantranya harusnya tergeletak di sekitar sini.”
"Bagaimana mereka bisa turun ke sana? Tidak ada tali atau tangga di sekitar dan kita tidak bisa melihat dasarnya dari sini. Selain itu, pasti ada monster yang sangat berbahaya di bawah sana. Pergi ke sana setelah menggunakan sihir ledakan tampaknya bunuh diri."
Mendengar mereka, aku mendapat firasat yang sangat buruk.
Seorang petualang yang masih bisa bergerak setelah menggunakan sihir ledakan...
Tidak ada petualang pria yang akan pergi ke dasar dungeon, penantangnya pasti seorang wanita...
Seseorang yang bisa melompat dari ketinggian tanpa terluka...
Serangan fisik tak mempan padanya...
“Vanir, jangan-jangan—”
“Diamlah, bocah yang masih bingung dengan siapa dia akan menantang dungeon ini. Mari kita pergi dan mengambil barang itu dengan cepat."
“T-Tunggu! Tidak perlu kita yang turun lebih dulu!”
“Akan lebih mudah membujuknya jika dirimu ikut. Kau sudah sejauh ini—tentu harus sampai ke dasar!”
Tanpa sempat bereaksi, Vanir menendangku ke dalam lubang. Hal terakhir yang kulihat adalah senyum lebar di wajahnya sebelum kegelapan menelanku.
Aku pasti sudah mati jika tidak menggunakan pedang andalanku untuk memperlambat jatuh dan mendarat di sesuatu yang lembut.
Berapa kali aku harus mati karena jatuh? Dan kali ini Aqua tidak ada di sini untuk menghidupkanku kembali...
Ini pasti level terendah dungeon, aku mendarat di monster yang sudah mengering, sepertinya diserap oleh Drain Touch.
Saat aku menarik napas, suara ledakan menggema dari dalam dungeon yang tadinya sunyi. Aku buru-buru menuju sumber suara, dan di sana... aku mendengar beberapa suara.
“Tolong, jangan lakukan ini, Nona! Aku mohon! Aku bekerja keras menjaga dungeon ini!”
“A-aku ingin membiarkanmu pergi, tapi... aku juga punya masalah sendiri. Maafkan aku!”
Wiz berdiri di hadapan seorang succubus yang terjatuh di lantai dan menangis. Dengan langkah pelan, dia mendekat, mengulurkan tangan kanannya ke depan.
Ini pasti ruang tempat master dungeon berada. Pintu masuknya hancur akibat ledakan, dan puing-puing berserakan di mana-mana.
"Seorang wanita datang ke sini berarti rahasia dungeon ini akhirnya diketahui? Aku akan menutup dungeon hari ini. Tolong, Nona, jangan lakukan ini!”
"Eh, um, aku tidak benar-benar tahu apapun tentang tempat ini... Aku hanya butuh uang, mencari dungeon dan kebetulan menemukannya..."
Beruntung, sepertinya Wiz tidak tahu reputasi dungeon ini.
“K-kau datang cuma demi harta karun? Aku mengerti! Akan kuberikan semua harta yang kupunya! Tolong... tolong biarkan aku hidup!”
“Oh, tidak bisa seperti itu. Jarahan hanya boleh diambil setelah dungeon dikalahkan dengan cara yang adil!”
Jika ini terus berlanjut, succubus itu akan dibunuh oleh Wiz!
Aku berpikir keras bagaimana menghentikan Wiz... tapi tiba-tiba, skill Sense Foe-ku menyala liar dari arah belakang. Terlalu takut untuk bergerak, aku hanya bisa berdiri terpaku saat Vanir berjalan melewatiku.
"Apa yang sedang lu lakukan, pemilik toko yang tidak berguna? Inikah yang lu lakukan selama ini?"
"V-Vanir-san!? Kazuma-san juga?"
"Tuan Vanir!"
Wiz terkejut dan sang succubus mulai menangis.
“Biasanya diriku tidak akan ikut campur, tapi karena bawahanku yang menjalankan dungeon ini—”
Wiz berhenti tepat saat dia hendak membunuh succubus itu.
"—diriku akan menghentikanmu. Karena akulah yang mengirimmu untuk mengumpulkan dana... dalam artian, ini salahku.”
"Tapi Vanir-san, bagaimana dengan uang yang kuhabiskan..."
"Tanpamu, diriku berhasil membuat toko menghasilkan keuntungan. Lagi pula, diriku tidak ingin sekutuku saling membunuh. Ayo, pemilik toko yang ceroboh, mari pulang."
“Ap-apa kau yakin, Vanir-san? Aku senang bisa kembali, tapi—”
Wiz ragu sebentar, tapi cepat-cepat mengejar Vanir.
“—tunggu... kau bilang sekutu? Kau tidak cuma bicara soal succubus itu, kan? Kau biasanya sangat kasar, tapi... Vanir-san, itu sangat tsundere!”
“Aku ubah pikiranku. Kau boleh kembali... dalam lima tahun.”
“Haha! Itu hanya bercanda, kan!? Ka-kan bercanda, ya!? Vanir-saaan!?”
Wiz berteriak cemas sambil mengejar Vanir keluar dari ruangan.
...
Apakah mereka semua lupa padaku?
Aku masih berdiri terpaku... belum bisa bergerak karena ketakutan...
Part 5
Para succubus berterima kasih telah menyelamatkan teman mereka dengan mengundang kami makan malam di restoran mewah di ibu kota. Wiz makan seolah belum makan dengan layak selama berminggu-minggu.
Kami tiba kembali di Axel pada sore hari berikutnya.
"Ayo, ayo! Alat sihir dijual terbatas! Satu boneka pembasmi serangga per pelanggan! Dengan ini kalian tak perlu takut lagi pada Raja Teror! Hanya 50.000 Eris!"
Kami menuju kembali ke toko, dan Anehnya, Aqua sedang berdiri di depan toko—menjual sesuatu tanpa izin.
Biasanya aku akan bertanya-tanya apa yang sebenarnya dia lakukan...
"Apa yang sedang terjadi? Toko ini... boneka-boneka buatan Wiz laris terjual!"
Suara Vanir bergetar seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Wiz, di sisi lain, tampak sangat bangga. Dia membusungkan dada seperti seorang penemu jenius.
"Lihat kan, Vanir! Sudah kubilang boneka ini akan laris! Lihat pelanggannya, mereka semua terlihat senang!"
Boneka terakhir terjual tepat di depan Wiz.
Vanir tersenyum getir.
"Kurasa ini bisa disebut kecelakaan yang membahagiakan. Dirimu begitu kuat sampai mata penglihatanku tak bisa melihat masa depanmu. Tak kusangka sampah itu akan laris—"
"Jangan sebut mereka sampah! Ini boneka lucu dan berguna!"
Wiz mulai memukul Vanir dengan main-main.
Tapi aku masih tak mengerti...
"Kenapa ada orang yang mau beli boneka dengan fungsi meledakkan diri? Aku tak paham, kenapa bisa laris seperti ini?"
Aqua berjalan mendekat dengan ekspresi puas
"Sepertinya banyak Raja Teror muncul di selokan, tapi tak ada yang mau mengambil quest memberantasnya karena terlalu berbahaya. Aku datang ke toko dan menemukan puluhan boneka ini, lalu mulai berpikir—"
"T-tidak! Bukan untuk itu mereka dibuat! Ini boneka pembersih yang lucu!"
"Fuahahahahaha! Sudah kuduga pasti karena sesuatu seperti ini, fuahahahahaha!"
Raja Teror yang disebut Aqua adalah monster mirip kecoa di dunia ini. Tapi berbeda dari kecoak biasa, mereka sangat berbahaya—serangannya menyakitkan dan mereka sangat pendendam. Bunuh satu saja, seluruh kawanan akan menyerangmu saat tidur.
Sepertinya... boneka-boneka itu cukup efektif melawan mereka.
"Bagaimanapun, lu yang membuatnya, Wiz. Selamat. Mulai sekarang dirimu boleh makan roti juga!"
"A-apakah kau tidak sedang mempermainkanku, Vanir-san? Aku akhirnya bisa makan lebih dari sekadar kentang dan tiram!?"
"Omong-omong, semuanya sudah terjual. Aku akan mengambil komisi 10.000 Eris per boneka pembasmi serangga."
"Apa yang kau katakan, wanita serakah? Kami tak akan membayarmu lebih dari 500 Eris per boneka pembasmi serangga."
"Kalian berdua, tolong berhenti menyebut mereka boneka pembasmi serangga!"
…
Kemudian...
Pintu toko tiba-tiba ditendang terbuka oleh seseorang—seorang berandalan pirang yang sangat kami kenal.
“Bang Vaniiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiir! Kau sangat kejam, saat aku bekerja keras menyelesaikan misi dan mabuk-mabukan, kudengar kau menjual begitu banyak barang dari pemilik toko yang cantik itu. Semua orang membanggakannya! Kita berteman, bukan!? Kalau masih ada, bagi dong!!”
Saat kami merayakan habisnya penjualan boneka pembasmi serangga, Dust tiba-tiba muncul dan merusak suasana hati kami.
“…Kudengar kau melakukan perjalanan untuk mendapatkan uang hasil penggelapan, kurasa kau sudah kembali.”
Dia menoleh ke arah Wiz, akhirnya menyadari bahwa sang pemilik toko telah kembali.
“Y-ya Dust, di belakang. Tolong ceritakan lebih detail, barang apa yang kau bicarakan?”
Sebelum aku sempat memikirkan cara untuk menyingkirkannya, lelaki yang tidak bisa membaca situasi itu berbicara.
"Tidak ada yang mau memberitahuku detailnya, tapi rupanya setan bertopeng ini menjual beberapa barang nakal milikmu! Kau sangat populer, semua orang punya banyak dan aku juga menginginkannya!"
Part 6
Puncak bukit di dekat Axel diselimuti suasana aneh.
Potongan-potongan tubuh Vanir yang membeku berserakan di sekitar Wiz. Sepertinya mereka benar-benar serius kali ini.
"Ayo Vanir-san! Jangan anggap remeh aku seperti saat aku masih manusia!"
"Fuahahahahaha! Dulu diriku sering menggodamu, tunjukkan seberapa jauh kau berkembang. Diriku merasakan kau tak akan bertahan lama."
Sementara Wiz mulai melafalkan mantra dengan suara lantang, Vanir mengambil posisi dan menyerang lebih dulu.
"Sinar Kematian Gaya Vanir!"
"Create Earth Wall!"
Serangan Vanir terhalang oleh dinding tanah yang mendadak muncul. Dari balik perlindungan itu, mantra Wiz terus terdengar.
"Cursed Necromancy!"
Dari kejauhan, seekor katak raksasa undead muncul. Rupanya, dia bisa memanggil banyak monster semacam itu dari sekitar Axel.
"Dirimu berencana memanggil undead sambil bersembunyi di balik tembok lumpur itu? Katak zombie bukan masalah, berapa pun jumlahnya—"
"Cursed Necromancy!"
Wiz melemparkan mantra lagi dan katak undead kedua muncul.
"Sudah diriku duga, apa lu berencana mengalahkanku dengan jumlah—?"
"Cursed Necromancy!"
Vanir masih tampak tenang meski tiga katak undead sekarang mengepungnya. Namun, tepat sebelum mereka menyerang...
"Turn Undead!"
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah!"
Sebelum sempat menyerang, Aqua sudah menghabisi mereka semua. Jangkauan serangannya begitu luas hingga Wiz pun terkena dampaknya.
"Aku larang kau memanggil undead dihadapanku! Satu pelanggaran untuk Wiz!"
"Uhhh..." Rintihan lemah terdengar dari balik tembok tanah.
"Fuahahahaha! Kalau begitu, sekarang giliranku. Akan diriku perlihatkan seranganku padamu. Iblis-iblis rendahan, penuhilah panggilanku—!"
"Sacred Exorcism!"
Vanir roboh ke tanah saat Aqua melepaskan mantra pembasmi iblisnya. Beberapa iblis yang muncul bersamanya lenyap sebelum sempat bergerak.
Topengnya terlepas dari tubuh yang mulai hancur, tak lama kemudian sosok baru muncul dari tanah.
"Apa yang lu lakuin, wanita pengganggu yang tak bisa membaca situasi!"
"Kau dilarang memanggil iblis di hadapanku! Satu pelanggaran untukmu juga!"
Suara bergema dari balik tembok tanah.
"Lighting Strike!"
"Hmm?"
Kilatan petir tiba-tiba menyambar dari langit yang cerah, menghantam Vanir langsung.
"Creath Earth Golem!"
Tembok tempat Wiz berlindung tiba-tiba berubah bentuk menjadi sosok manusia tanah raksasa—golem setinggi tiga meter bangkit berdiri. Wiz muncul dari baliknya, tampak sedikit limbung. Mungkin masih terkena efek serangan Aqua tadi.
“…Meski serangan tadi tiba-tiba, itu benar-benar berdamage.”
"Fufufu, inilah yang terjadi ketika lich serius, Vanir-san Aku akan mengeluarkan semua kemampuanku!"
Wiz mulai melantunkan mantra, sementara Vanir kembali bersiap dengan sinar kematiannya. Golem itu bergerak menghalangi garis tembak Vanir.
"Jangan gunakan taktik menyebalkan seperti itu! Baiklah, akan kutunjukkan kekuatan iblis agung yang telah hidup selama ribuan tahun!"
"Mari buktikan mana yang lebih unggul, lich atau iblis! Cursed Lighting!"
Part 7
Medan pertempuran benar-benar berubah—bukit tempat mereka bertarung kini telah menjadi kawah besar. Pertarungan antara Wiz dan Vanir berlangsung sengit dan panjang.
Awalnya, Wiz menggunakan golem sebagai perisai. Namun serangan Vanir yang tiada henti membuat golem itu hancur menjadi puing-puing. Wiz terus bertarung semampunya, tapi mana-nya dengan cepat habis.
Dia mencoba bertarung jarak dekat untuk menggunakan Drain Touch, tapi Vanir tetap menjaga jarak dan menembakkan sinar mautnya.
Golem tersebut menjadi tumpukan puing-puing setelah Vanir menggunakan Sinar Mematikan, Wiz terlihat semakin lemah.
"Aaaaaaaaaaah! Aku tidak akan… aku tidak akan kalah hari ini!"
"Fuahahahaha! Akui saja kekalahanmu, pemilik toko pecundang. Diriku akan memberimu pujian karena bisa bertahan begitu lama, tapi kemenanganmu tidak mungkin. Berhentilah membuang-buang energi dan kembalilah ke toko, lu harus membuat lebih banyak boneka pembasmi serangga!"
Pertarungan sebagian besar sudah berakhir, tapi meski penuh luka, Wiz belum menyerah. Vanir, di sisi lain, tersenyum lebar dan tidak terlihat lelah sama sekali.
"Kau sangat kuat, Vanir-san. Saat ini, aku merasa tidak bisa menang."
"Dirimu akhirnya mengakui kekalahan? Lu bertarung dengan baik, kemenangan hari ini adalah milikku lagi. Tapi jika kita bertarung seratus tahun lagi, diriku tidak yakin bisa menang."
Vanir memberikan pujian yang aneh kepada Wiz.
Namun, Wiz menggelengkan kepalanya sambil mengeluarkan sesuatu dari sakunya,
"Tidak, pertarungan ini belum berakhir. Aku ingin bertarung dengan kekuatanku sendiri, tapi itu tidak akan cukup."
Ekspresi kemenangan Vanir tiba-tiba menegang. Matanya tertuju pada apa yang dipegang Wiz.
Sebuah bongkahan manatite, mineral langka namun kuat yang dapat memberikan penyihir mana yang hampir tak terbatas, meskipun hanya sementara.
"Dengan ini, aku akan serius Vanir-san! Cursed Lightning !"
Sambil menggenggam manatite, Wiz melepaskan serangan.
Vanir menunduk menghindarinya dengan canggung.
“Tenang, Wiz! Mari kita bicarakan ini dulu. Itu… itu manatite berkualitas tinggi yang diriku beli bulan lalu, bukan? Itu seharusnya ada di gudang terkunci—bagaimana kau bisa membawanya ke sini!?”
Nada bicaranya panik, meski dia berusaha tetap tenang.
“Penyihir hebat tahu cara membuka kunci. Aku bersyukur kau yang membelinya—sekarang aku akan memanfaatkannya dengan baik!”
Wiz terlihat jauh lebih percaya diri sekarang.
Tapi Vanir mulai kesal.
"Diriku tidak membelinya untuk kau buang sia-sia! Sekarang pertempuran melawan pasukan Raja Iblis semakin intens, diriku membelinya dengan harapan nilainya akan melonjak tinggi!"
"Tidak peduli apa yang kau katakan, aku akan menggunakannya! Jika tidak, aku tidak akan bisa mengalahkanmu—"
"Baiklah kalau begitu, mari kita sebut ini seri untuk saat ini. Bukankah ada pepatah di antara manusia? Berkelahi, atau balas dendam tidak ada gunanya, sesuatu seperti itu?"
"Tidak, aku marah! Aku tidak bisa menerima itu sekarang! Jika aku tidak memberimu pelajaran, kau akan menjual sesuatu yang aneh lagi—Cursed Crystal Prison!"
Wiz membalas, bongkahan manatite itu bersinar saat dia mengeluarkan sihir.
Vanir terus menghindari serangan Wiz, seharusnya serangan itu tidak terlalu mengancamnya. Namun, setiap kali Wiz menggunakan sihir, wajahnya menjadi pucat.
"Kazuma, Kazuma! Iblis itu terbuat dari tanah, tapi entah bagaimana kulitnya semakin lama semakin putih!"
"Sungguh aneh melihat Vanir yang selalu riang menjadi begitu cemas. Aku ingin melihatnya terpojok lebih sering lagi."
“Kalian para pelawak, berhentilah mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal seperti itu dan hentikan pemilik toko yang boros ini!”
Vanir berteriak dengan putus asa, tapi serangan sihir Wiz menenggelamkan suaranya.
“Manatite benar-benar berguna! Aku harus menyimpan beberapa! Dan beri aku sedikit pujian, Vanir. Tidak seperti terakhir kali, sekarang aku tidak membawa yang kualitas tertinggi—Inferno!”
“Harga manatite terus berubah! Berbahaya bagi amatir sepertimu untuk ikut memperdagangkannya!”
Akhirnya, mungkin Vanir merasa ini sudah terlalu jauh. Dia mengangkat tangannya sambil diliputi api.
"Diriku mengaku kalah! Tidak perlu terus bertarung. Diriku juga minta maaf karena telah menjual barang-barang nakal milikmu."
"Lightning Strike! Aku masih punya banyak energi yang tersisa, aku tidak akan menerima penyerahan mu. kemenangan ini milikku—Create Earth Golem!"
Petir kembali menyambar Vanir dari langit yang seharusnya cerah. Tanah pun berguncang saat golem besar lainnya muncul. Serangan bertubi-tubi itu sangat brutal hingga Vanir kesulitan meregenerasi tubuhnya.
"Dirimu pemilik toko yang keras kepala! Kenapa lu begitu ngotot untuk menang!? Sudah cukup! Diriku tidak ingin kau terus menyia-nyiakan manatite itu, aku harus benar-benar mengalahkanmu!"
“Sudah terlambat untuk itu! Selain itu, matahari akan segera terbenam, kekuatan lich meningkat di malam hari—Light of Saber!"
“Malam adalah saat kami para iblis dipenuhi dengan kekuatan, aku akan menyelesaikan pertarungan sia-sia ini dalam waktu singkat!”
Wiz memanggil pedang yang bersinar saat Vanir bertinju dengan golem.
"Kazuma, Kazuma! Lich dan iblis itu kayak NEET—mereka mencapai puncak kekuatannya di malam hari! Gak heran kau bisa bergaul dengan baik dengan mereka."
“Untung saja mereka begitu fokus pada pertarungan sehingga mereka tidak bisa mendengarmu.”
Wiz menggunakan pedang untuk memotong salah satu lengan Vanir, matanya bersinar terang saat dia melompat mundur.
“Sinar Kematian Gaya Vanir!”
“Cursed Crystal Prison!”
Wiz menerima serangan itu secara langsung, namun tetap tersenyum lebar—seperti sedang benar-benar menikmati semua ini.
"Vanir-san! Ini sama seperti saat kita bertarung di kedalaman dungeon dulu!"
Entah apakah dia mendengarnya dengan benar atau tidak, tubuhnya berubah menjadi es dan kemudian meledak.
Tubuh lain bangkit dari tanah, topengnya sekarang menunjukkan retakan yang sangat terlihat.
"Saat itu, dirimu masih bermartabat, mengapa lu menjadi menyebalkan seperti ini!? Apakah ini nasib manusia yang jatuh ke dalam kegelapan..."
Dia berkata dengan jijik.
"Tolong jangan katakan itu! Aku tidak menyesal menjadi lich!"
Wiz meninggikan suaranya, menarik sekumpulan bongkahan manatite dari sakunya.
“T-tunggu sebentar—apa kau tahu berapa harga semua manatite itu!?”
Mulut Vanir bekedut, suaranya bergetar.
"Aku tidak peduli! Hanya saja... setelah aku menggunakan semua ini, aku pasti akan merasa puas!"
“BERHENTIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII!!!”
Pertempuran antara lich dan iblis besar berlanjut hingga fajar menyingsing, dan saat itu Wiz telah menghabiskan semua manatite. Vanir bersumpah untuk tidak akan pernah menjual barang yang tidak berguna lagi...
Namun, harga manatite yang digunakan Wiz melebihi keuntungan dari penjualan barang-barang nakalnya dan semua boneka pembasmi serangga jika digabungkan.
Dia terpaksa hanya makan tauge sejak saat itu.