Tantangan Hitam 1
Bagian 1
Dia bermimpi terbakar dalam nyala api yang ganas.
Ketika tersadar, pipinya basah oleh keringat yang mengalir dari kening.
Atau jangan-jangan, itu adalah air mata?
Dia menyeka pipinya dengan tangan kanan.
Dia berada di ruang tunggu rumah sakit. Diiringi musik instrumental yang menenangkan, perawat datang dari suatu tempat dan menghilang ke tempat lain, menyebarkan aroma disinfektan. Papan pengumuman elektronik tidak kunjung menampilkan nomor antreannya.
"Katanya butuh waktu sekitar satu jam."
Seorang pria tua di kursi sebelah menyapanya.
Namun, dia melewatinya dengan jawaban seadanya. Jika meladeni orang tua semacam ini, obrolan tidak akan ada habisnya. Dia mengalihkan pandangan dari pria tua itu dan berpura-pura sibuk dengan ponselnya.
"Rehabilitasi, ya? Pasti berat."
Pria tua itu masih saja mengajaknya bicara.
"Tidak, hari ini kakiku sakit, jadi aku mau ambil obat..."
Dia bergumam sambil melihat layar ponsel, secara terang-terangan menunjukkan bahwa dia tidak berniat mengobrol.
"Biaya obatnya pasti tidak sedikit, kan? Bantuan dari pemerintah juga hanya segitunya. Terlalu murah untuk menebus luka yang Anda tanggung."
Pria tua itu berkata dengan suara yang lembut.
Dia mengangkat wajah, menoleh ke arah pria tua itu.
Itu adalah pria tua yang mengenakan topi felt sampai menutupi mata, dan mengenakan setelan mahal. Di ujung kanan bibirnya, ada bekas luka sayatan lama yang membujur ke bawah, dan ketika pria tua itu tersenyum, bekas luka itu terlihat melengkung.
"Kau siapa?" tanyanya dengan nada agresif. "Kenapa kau tahu tentangku? Kau dari media?"
"Saya adalah pihak ketiga yang beritikad baik," bekas luka pria tua itu melengkung. "Seseorang yang bersimpati dan berempati pada Anda."
"Oh, jadi ini sekte? Kalau begitu, cari orang lain saja. Aku sudah muak dengan orang-orang sepertimu yang menggerogoti kaum yang lemah."
"Tidak, kami tidak ada hubungannya dengan sekte mana pun. Tentu saja kami juga bukan dari media."
"Lalu kau ini apa!"
Dia mulai meninggikan suara.
"Kami adalah pihak ini,"
Pria tua itu menyodorkan sebuah kartu nama hitam pekat.
"Komite Penyelamat Korban Kejahatan...?"
"Benar. Mohon anggap kami sebagai organisasi nirlaba independen, tidak terkait dengan pemerintah mana pun."
"Pasti sama saja dengan sekte, kan? Dengan dalih group therapy atau seminar perawatan, kalian mendekati dengan pura-pura peduli, lalu berusaha mengambil uang dalam jumlah besar sebagai biaya. Sayang sekali, Kek. Cari saja orang yang lebih ringan untuk kau urus."
Dia berkata seolah meludah, lalu mencoba bangkit dari kursi untuk pindah ke tempat lain.
Saat itu—
"Tidakkah Anda ingin balas dendam?"
Bisikan pria tua itu mencapai telinganya.
"Apa katamu?"
Dia terpaksa berhenti dan menoleh ke belakang.
"Kami tertarik pada kedalaman kegelapan Anda. Memang, Anda memendam kegelapan yang dalam dan pekat," Pria tua itu menyentuh pinggiran topi seolah membetulkannya, tetapi matanya tetap tersembunyi. "Anda menjalani hidup yang, meskipun sulit disebut bahagia, tergolong biasa-biasa saja dan berkecukupan. Anda melakukan pekerjaan yang jujur tanpa merepotkan siapa pun, dan dicintai oleh orang-orang di sekitar. Namun, lima tahun lalu, kejahatan telah merenggut segalanya dari hidup Anda. Dengan tak tahu malu, tanpa alasan, dan tuntas... Kesalahan apa yang sudah Anda perbuat? Tidak, Anda tidak bersalah. Setidaknya, Anda tidak melakukan apa pun yang pantas membuat hidup Anda hancur secara sepihak."
Suara pria tua itu mengguncang hatinya. Anehnya, suara itu terdengar hampir seperti suaranya sendiri.
"Apa yang kami tawarkan bukanlah terapi. Biarkan hal semacam itu untuk orang-orang yang masalahnya ringan. Kami adalah pihak yang akan membantu Anda merebut kembali hidup Anda. Sebuah organisasi yang dapat membantu Anda mendapatkan kembali sepenuhnya apa yang telah dirampas."
"Merebut kembali... hidupku?"
"Anda memiliki hak—tidak, kewajiban itu. Demi orang-orang yang meninggal akibat kejahatan terkutuk itu."
Nada bicara pria tua yang penuh keyakinan itu begitu meyakinkan, bahkan sanggup menggugah semangatnya yang telah putus asa. Melalui kata-kata pria tua itu, dia menyadari bahwa dirinya adalah 'tokoh utama yang segala-galanya dirampas'.
Cahaya sorot itu belum padam.
Dan terlebih lagi, cahaya itu tidak ada untuk menerangi orang lain. Cahaya itu ada untuk menerangi masa depannya sendiri...
Namun, dia tersenyum kecut dan membuang jauh-jauh khayalan itu.
"Sejak saat itu, banyak orang yang silih berganti lewat di depanku. Polisi, jaksa, pengacara, dokter, agen asuransi... Pada akhirnya, tidak ada satu pun yang menyelamatkanku. Dan kini, akhirnya muncul 'pihak ketiga yang beritikad baik'. Sungguh merepotkan. Kalaupun aku harus berterima kasih, itu pada dokter. Setidaknya mereka membuatku bisa berdiri lagi di dunia ini. Tapi hanya itu. Aku hanyalah mayat yang sekadar hidup... Hati yang mendambakan sesuatu sudah mati pada hari itu."
Dia membalikkan badan dari pria tua itu dan meninggalkan tempat duduknya.
"Saya akan menunggu di taman luar. Jika Anda tertarik dengan 'penyelamatan' kami, silakan datang."
Mendengar suara pria tua itu dari belakang, dia menghilang menuju warung.
Bagian 2
Terlibat dalam kejahatan itu hanya bisa dikatakan sebagai nasib buruk.
Lima tahun lalu, di sekitar rumahnya, terjadi kebakaran mencurigakan secara beruntun. Wajah pelaku tidak terekam oleh kamera pengawas di sekitar, dan penduduk mulai ketakutan oleh kejahatan tanpa sosok.
Aksi pembakaran itu berlanjut setiap hari. Suatu malam, api yang sebelumnya hanya berupa kebakaran kecil, membesar menjadi kebakaran hebat. Mungkin karena udara yang kering. Api melalap habis dua rumah. Di salah satu rumah itu, tinggallah keluarganya: dia, istrinya, dan seorang putra berusia dua tahun. Ketiganya menderita luka bakar serius, tetapi hanya dia yang selamat.
Aksi pembakaran itu masih berlanjut beberapa kali, sampai akhirnya seorang berhasil membawa kasus itu menuju penyelesaian. Detektif tersebut menyadari bahwa jika titik-titik pembakaran itu dihubungkan dengan garis, akan terbentuk bentuk bintang aneh. Di tengah bintang itu, tinggallah seorang ahli astrologi yang bekerja sebagai peramal.
Detektif itu segera mengunjungi rumah ahli astrologi tersebut. Namun, pria itu sudah tewas terbakar.
Di sampingnya, ditemukan surat wasiat. Tertulis di sana hal-hal yang tidak masuk akal, seperti 'api dilepaskan untuk menyelaraskan pergerakan bintang.' Kasus itu ditutup dengan kesimpulan kematian tersangka.
Ketika dia mendengar fakta itu, dia merasa kacau. Dia sudah mengasah pedangnya dengan batu asah kebencian, berniat suatu hari akan menusuk si pelaku, tetapi ternyata target itu sudah tidak ada lagi. Dia tidak tahu harus melampiaskan amarahnya kepada siapa. Dia bahkan tidak berani menatap wajah mendiang istri dan putranya.
Lima tahun telah berlalu, dan kondisi fisiknya sudah jauh lebih baik. Namun, jiwanya tetap mati. Dia kehilangan pekerjaan, dan hanya hidup dari kompensasi yang diberikan negara. Dia pikir, hidupnya yang seperti pertandingan formalitas , tanpa makna, akan terus berlanjut...
Sampai dia mendengar kata 'balas dendam' dari pria tua tadi.
Itu adalah seberkas cahaya yang menembus kegelapan.
Sampai sekarang, tidak ada seorang pun yang pernah memberinya cahaya seperti itu. Pada akhirnya, mungkin tidak ada seorang pun yang benar-benar memahami kedalaman kegelapannya. Yang dia inginkan bukanlah mengusir kegelapan, melainkan pemandu jalan untuk berjalan di jurang kegelapan itu.
Bagian 3
"Saya yakin Anda akan datang,"
Kata pria tua itu, dengan bekas luka di sudut bibirnya melengkung.
Di taman pada siang hari itu, para ibu muda mendorong kereta bayi dan anak laki-laki menendang bola, bersorak gembira. Di tengah pemandangan itu, sosok pria tua yang duduk di bangku di bawah cahaya matahari yang menembus dedaunan (komorebi) tampak menyatu dengan baik.
"Kurasa tidak rugi hanya untuk mendengarkan,"
Katanya, sambil duduk di sebelah pria tua itu.
"Tentu saja. Kami berbeda dari pengacara atau terapis; kami tidak akan meminta uang hanya karena Anda mendengarkan."
"Jadi, kalian ini sebenarnya siapa?"
"Kami adalah organisasi untuk menyelamatkan mereka yang bernasib malang karena bertemu kejahatan dan menjadi korban."
"Tidak perlu basa-basi. Apa wujud asli kalian? Apa kalian menyediakan jasa balas dendam?"
"Hmm, itu salah paham. Seperti yang saya katakan tadi, tujuan kami adalah menyelamatkan Anda. Jika Anda meragukan prinsip ini, saya sarankan Anda berpikir ulang sekali lagi."
"Dasar kakek yang bertele-tele. Lalu, apa yang akan kau berikan padaku?"
"Kami akan memberitahu Anda pelaku sebenarnya. Pelaku di balik kejahatan yang menyebabkan Anda mengalami semua ini—"
"Hah?! Pelaku sebenarnya?"
Kata yang tak terduga muncul.
Dia tidak pernah memikirkannya. Bukankah kasus pembakaran itu dilakukan oleh ahli astrologi gila itu?
"Siapa dia! Siapa pelaku sebenarnya itu!"
"Tunggu sebentar," Pria tua itu mengangkat satu tangan, menahannya. "Ada syarat yang harus Anda penuhi agar kami memberitahunya."
Ini dia—
Dia menjadi waspada.
Apakah mereka akan mengambil uang darinya dengan dalih syarat ini?
"Apa, apa syaratnya?"
"Anda harus melaksanakan balas dendam terhadap pelaku sebenarnya."
"Balas dendam—"
"Ya. Anda harus membalas dendam dan melenyapkan pelaku sebenarnya."
"Maksudmu, membunuhnya?"
"Ya."
Di sudut taman yang damai, terjadi percakapan yang berlumuran darah. Tidak ada yang memasang telinga pada obrolan mereka.
"Kek, aku yakin organisasimu itu sudah menyelidikiku dengan baik, kan? Kalau begitu, kau pasti tahu, kan? Aku tidak mungkin menolak syarat itu."
"Itu adalah perkataan yang meyakinkan."
Pria tua itu mengangguk dalam-dalam.
"Sudah, cepat beritahu aku. Siapa pelaku sebenarnya itu."
"Sebelum itu, Anda harus memahami niat kami,"
Pembicaraan bertele-tele ini sepertinya masih akan berlanjut.
—Memang, dia tidak mengerti apa alasan organisasi misterius ini mendorong balas dendam.
"Balas dendam—kami menyebutnya 'Penyelamatan'. Yaitu 'Penyelamatan' bagi Anda—pelaksanaan ini harus dilakukan oleh Anda sendiri, bukan orang lain. Jangan sampai salah mengenai poin ini. Apakah Anda mengerti?"
"Maksudmu aku harus membunuhnya dengan tanganku sendiri? Tentu saja, aku sudah berniat begitu sejak awal."
"Baiklah, mari kita lanjutkan pembicaraan. Ada tiga hal yang dibutuhkan untuk 'Penyelamatan'. Apakah Anda tahu?"
Meskipun merasa jengkel dengan cara bicara pria tua yang berbelit-belit, dia dengan sabar mengikuti alur pembicaraan.
"Mana kutahu? Aku ini pemula, aku akan sangat terbantu kalau kau memberitahuku."
"Tentu saja. Pertama, 'Tekad'. Mengenai hal ini, bisa dibilang Anda sudah lulus. Benar, kan?"
"Ya."
"Hal kedua yang dibutuhkan adalah 'Uang'. Di dunia ini, apa pun yang ingin dilakukan pasti membutuhkan uang. Terutama untuk mencapai hal besar, dibutuhkan banyak modal. Bagaimana soal poin ini?"
"Sayangnya, aku tidak punya cukup uang."
"Bagus. Kami siap memberikan pendanaan untuk Anda yang mencari 'Penyelamatan'. Mengenai jumlahnya... kami tidak menetapkan batas atas."
Pendanaan tanpa batas atas?
Percakapan ini perlahan mulai terasa mencurigakan.
"Dan hal ketiga yang dibutuhkan—yaitu 'Teknik'. Untuk membunuh seseorang, dibutuhkan teknik yang memadai. Anda mengerti? Dalam hal ini, banyak orang, termasuk Anda, yang masih amatir. Maka dari itu! Kami akan memberikan 'Teknik' agar Anda dapat membunuh target tanpa diketahui siapa pun. Dengan menggunakan 'Teknik' ini, Anda akan melaksanakan kejahatan sempurna."
"Kau memberiku segalanya,"
"Akan tetapi—" Pria tua itu memberi jeda, seolah akan menyampaikan hal penting. "Mengenai 'Teknik', itu berbayar."
"Hah?!"
"Artinya, Anda harus membeli 'Teknik' dari kami."
"Tuh, kan! Pada akhirnya ini hanyalah upaya untuk memeras uang dari kaum lemah!" Dia tampak muak dan hendak berdiri. "Kau ceritakan kisah yang bertele-tele... Ini kan cuma penipuan!"
"Tenanglah. Seperti yang saya katakan tadi, kami akan memberikan pendanaan tanpa batas kepada Anda. Anda boleh menggunakan dana itu untuk membeli 'Teknik'."
"...Apa maksudnya?"
"Maksudnya, Anda sama sekali tidak perlu mengeluarkan uang pribadi untuk 'Penyelamatan' ini."
"Aku tidak mengerti. Kalau begitu, untuk apa pendanaan itu, dan untuk apa pemberian teknik itu?"
"Itulah poin paling penting dari 'Penyelamatan'. 'Penyelamatan' adalah drama pembalikan nasib seumur hidup bagi Anda... Itu pasti akan menjadi sesuatu yang sangat dramatis. Lebih dari fiksi apa pun, lebih dari dokumenter mana pun."
"Apa yang mau kau katakan?"
"Ada orang-orang yang menantikan drama pembalikan nasib Anda. Ngomong-ngomong, apakah Anda menyukai pacuan kuda? Ah, tidak, di catatan kami tidak tertulis hobi judi. Anda mungkin tidak mengerti perasaan orang-orang yang tergila-gila pada pacuan kuda. Namun, ada banyak orang yang hatinya bergetar, bersedia mengeluarkan uang dalam jumlah besar, dan meneteskan air mata haru melihat kuda-kuda bersaing. Demikian pula—ada orang-orang yang menemukan sensasi melihat seseorang yang bertekad membalas dendam menantang diri mereka dalam kejahatan sempurna."
"A... apa maksudnya semua ini?"
"Artinya... kesenangan terakhir yang ditemukan oleh para penggemar yang sudah bosan dengan semua hobi di dunia ini adalah drama pembalikan nasib—yaitu 'Penyelamatan'—dari orang-orang yang memendam kegelapan seperti Anda."
Mendengar kata-kata pria tua itu, dia hanya bisa tertegun.
Dia merasa seolah telah menginjakkan satu kaki ke dunia yang seharusnya tidak diinjak.
Secara garis besar, dia bisa memahami apa yang dikatakan pria tua itu. Tetapi, mungkinkah hal seperti itu benar-benar terjadi...
"Kau akan menjadikan balas dendamku—sebuah permainan?"
"Sederhananya, memang begitu," Pria tua itu tertawa dengan suara yang direndahkan. "Dengan menyediakan konten berkualitas tinggi, kami mendapatkan sponsor... Kami menerima pendanaan dari sponsor dan menyediakan konten yang semakin sempurna... Begitulah cara 'Penyelamatan' kami berjalan."
"Jadi, ada sekelompok orang yang kelebihan uang dan waktu di balik organisasi kalian?"
"Apakah Anda sudah mengerti? Fakta itu hanyalah menunjukkan dari mana dana kami berasal. Tujuan kami tetaplah memberikan 'Penyelamatan' kepada Anda. Kami dan para penyandang dana hanya memiliki kesamaan kepentingan. Sebagai catatan, para tokoh besar dari berbagai kalangan menantikan 'Penyelamatan' ini. Berkat itu, kami juga mendapat kemudahan dalam berbagai industri."
Benarkah?
Mungkin 'Penyelamatan' yang dikatakan pria tua itu hanyalah kedok, dan pada kenyataannya, mereka hanya menjadikan aksi balas dendam sebagai bisnis pertunjukan.
Namun, baginya, itu tidak masalah. Tujuan membunuh pelaku sebenarnya hanyalah proses. Baginya, ini adalah tantangan menuju tujuan akhir: merebut kembali hidupnya.
"Apa ada kamera TV yang akan mengikutiku dua puluh empat jam, seperti acara dokumenter?"
"Tidak, tidak ada juru kamera yang akan mendampingi Anda. Mengenai aturan seperti itu, akan saya jelaskan nanti."
"Baiklah, kalau begitu cepat beritahu aku siapa pelaku sebenarnya."
"Penjelasan saya belum selesai."
"Masih ada lagi?"
Dia tanpa sadar meninggikan suaranya karena kesal.
"Saya belum membicarakan poin penting. Anda akan diberikan tujuan untuk mendapatkan dana dan membunuh target. Tetapi, itu saja terlalu hampa. Misalnya, mendekati target dari belakang saat dia berjalan di jalan gelap, lalu membunuhnya dengan benda tumpul... Itu memang balas dendam, tetapi itu bukan 'Penyelamatan'. Sama sekali bukan 'Penyelamatan'."
"Apa maksudmu?"
"Sebuah penyelamatan harus diberikan cobaan yang harus diatasi. Hanya dengan mengatasi cobaan yang sulit, 'Penyelamatan' sejati akan didapatkan setelahnya."
"Hah?"
"Mari saya jelaskan secara spesifik," Pria tua itu memperbaiki posisi duduknya dan menoleh ke arahnya. "Seperti yang saya katakan, Anda harus membeli 'Teknik' yang kami sediakan. Mari kita ibaratkan ini sebagai kartu. Kami memiliki banyak kartu yang sempurna untuk kejahatan sempurna. Misalnya, kartu senjata pembunuhan, kartu yang menunjukkan lokasi yang cocok untuk kejahatan, kartu untuk menciptakan kejahatan mustahil... Harga kartu-kartu ini ditetapkan berdasarkan efektivitas dan kepraktisannya. Dan Anda akan membeli kartu-kartu ini, lalu membangun 'Deck' untuk 'Penyelamatan' yang akan Anda jalankan."
"Aku benar-benar tidak mengerti..."
"Sebagai referensi, mari kita ambil contoh 'Penyelamatan' yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam kasus itu, sang pembalas dendam membeli 'Sekolah' sebagai kartu lokasi dari kami. Dia juga membeli 'Tongkat Baseball Logam' sebagai senjata pembunuhan, dan 'Ruangan Tertutup' sebagai trik untuk menghilangkan kecurigaan."
"'Ruangan Tertutup'? Kau bisa membeli hal seperti itu?"
"Ya, selama Anda bersedia mengeluarkan dana, anggaplah tidak ada yang tidak bisa dibeli. Ngomong-ngomong, dalam contoh ini, biaya 'Sekolah' adalah 40 juta, 'Tongkat Baseball Logam' 3 juta, dan 'Ruangan Tertutup' 100 juta, dengan total biaya 143 juta. Semua satuan mata uangnya adalah Yen."
"Tunggu sebentar, harganya tidak masuk akal. Kenapa 'Tongkat Baseball Logam' harganya sampai 3 juta? Benda seperti itu bisa dibeli di toko olahraga mana pun tanpa menghabiskan 10 ribu Yen, kan?"
"Anggaplah senjata yang kami sediakan memiliki nilai sebesar itu. Dengarkan baik-baik, senjata yang dibeli dari toko olahraga biasa akan segera meninggalkan jejak. Bentuk produk, nomor model, toko penjualan, dan kamera pengawas toko... Semua informasi itu akan mengungkap Anda. Namun, senjata yang kami siapkan tidak perlu dikhawatirkan soal itu."
"Begitu... aku mengerti."
"Nah, ini adalah bagian pentingnya. Mengenai cobaan yang saya sebutkan tadi... Bersamaan dengan memberikan Anda kesempatan balas dendam, kami akan memanggil satu orang detektif untuk mengejar Anda."
"Detektif...?"
"Benar. Detektif tersebut akan dipilih berdasarkan total biaya 'Deck' yang Anda bangun. Semakin tinggi biaya yang Anda habiskan untuk 'Deck', semakin tinggi pula peringkat detektif yang akan diturunkan. Sebaliknya, jika Anda menekan biaya, detektif yang datang akan berperingkat rendah, tetapi Anda berisiko kekurangan kartu untuk melakukan kejahatan sempurna."
"Apa-apaan ini, jadi sejak awal aku diasumsikan akan dikejar?"
"Ya, kami percaya bahwa 'Penyelamatan' hanya datang dibawah tindakan yang adil. Hanya dengan menghadapi cobaan berupa detektif, Anda dapat memperoleh 'Penyelamatan' yang murni dan rasa kepuasan. Jika Anda tidak setuju dengan pemikiran ini, saya harus melaporkan ke atasan bahwa ada perbedaan pendapat yang jelas antara kita, dan pembicaraan ini harus dibatalkan."
"Aku tidak tahu apa pikiran kalian... tapi aku juga tidak merasa akan terselamatkan jika mencapai tujuanku dengan cara hina," katanya sambil mengangkat bahu. "Intinya, hanya balas dendam yang dilakukan secara jujur dan ksatria yang memiliki nilai, kan?"
"Tepat sekali. Memang benar Anda adalah orang yang Endō harapkan. Dengan kata lain! Hal yang benar-benar harus Anda capai bukanlah kesuksesan dalam balas dendam. Melainkan, mengalahkan cobaan berupa detektif. Anda mengerti?"
"Ya."
"Bagus! Kalau begitu, mari kita ulangi alur keseluruhannya. Pertama, Anda menggunakan dana kami untuk membeli 'Teknik' kami. Kemudian, Anda akan menggabungkan pembelian itu ke dalam rencana sebagai 'Deck', dan akhirnya melaksanakannya. Sebagai catatan, 'Deck' yang Anda buat akan dikirimkan kepada detektif terpilih sebagai surat tantangan."
"Hei, tunggu sebentar. Surat tantangan? Kau sengaja mengumumkan kejahatan yang akan kulakukan kepada detektif? Itu jelas akan merugikanku!"
"Kami ingin Anda membuat tantangan yang adil. Pertarungan sudah dimulai sejak awal. Penting untuk membangun 'Deck' dengan mempertimbangkan hal itu," Bekas luka pria tua itu melengkung. "Informasi yang diberitahukan kepada detektif sebelumnya hanyalah 'Deck' yang Anda susun. Tentu saja, nama atau alamat Anda tidak akan dicantumkan."
Bukankah itu tetap sangat merugikan?
Bukankah lebih baik menekan biaya 'Teknik' yang dimasukkan ke dalam 'Deck' agar detektif yang dikirim berperingkat rendah?
Atau haruskah dia menggunakan seluruh dana yang ada untuk memanfaatkan sepenuhnya 'Teknik' yang diperlukan untuk kejahatan sempurna...
"Nah, di dalam amplop surat tantangan itu terdapat sebuah chip kecil. Waktu saat amplop dibuka akan dikirimkan melalui gelombang radio. Saat detektif membuka amplop itulah sinyal permulaan. Syarat kemenangan Anda adalah: berhasil membunuh target dan melewati 168 jam tanpa dituduh oleh detektif. Begitu waktu berakhir, 'Penyelamatan' Anda selesai. Dan saat itu, Anda akan mendapatkan pengembalian dana yang setara dengan total biaya yang Anda gunakan untuk 'Deck'! Selain itu, kami akan menerapkan program perlindungan agar Anda tidak dikejar sebagai penjahat setelahnya. Jika Anda mau, kami bahkan bisa menghapus masa lalu Anda, dan Anda dapat memulai hidup baru dari nol sebagai orang yang berbeda."
"Benarkah... hal seperti itu mungkin dilakukan?"
Baginya, itulah hal yang paling penting.
Memulai hidup yang baru dari awal.
Jika hal seperti itu mungkin terjadi...
"Itu mungkin."
Kata-kata itu saja sudah cukup.
"Bagaimana jika aku kalah?"
"Anda seharusnya tidak memikirkan kekalahan. Namun—saya rasa saya harus memberitahu Anda. Itu tidak adil jika tidak. Meski begitu, hasilnya kurang lebih sesuai dengan yang Anda bayangkan. Pertama, syarat kekalahan adalah: Anda dituduh sebagai pelaku oleh detektif dalam waktu 168 jam setelah amplop tantangan dibuka. Begitu saat itu tiba, anggaplah Anda kalah dan semua hubungan dengan kami terputus total. Anda akan ditangkap polisi sebagai penjahat biasa, dan tidak akan ada bantuan dari kami. Ketahuilah juga, percuma saja jika Anda mencoba melaporkan kami kepada polisi."
"Artinya, kalian tidak membutuhkan pecundang?"
"Kami adalah pihak yang membawa 'Penyelamatan'. 'Penyelamatan' kami sempurna, tetapi sayangnya, ada juga mereka yang tidak berhasil mendapatkannya. Orang-orang seperti itu sering kali kekurangan persiapan mental untuk menerima 'Penyelamatan'."
"Ada penalti lain?"
"Anda diwajibkan membayar kepada kami sejumlah uang yang setara dengan biaya 'Deck' yang Anda gunakan."
"Hahaha, jadi begitu. Tapi itu tidak mungkin. Ke mana pun kau cari, aku tidak punya uang."
"Dalam kasus seperti itu, Anda akan diwajibkan mendaftar ke berbagai asuransi terlebih dahulu. Penerima manfaatnya akan menjadi orang yang kami siapkan."
"Jika gagal, artinya aku harus mati sebelum ditangkap polisi?"
"Begitulah. Meskipun ini hanya berlaku jika pembayaran tidak mungkin dilakukan."
"Padahal kau sudah tahu aku tidak mungkin bisa bayar, kan?"
"Dengan cara apa pun, kami akan menagih kembali sejumlah biaya yang telah digunakan," Ekspresi pria tua itu tidak berubah. "Agar itu tidak terjadi, Anda harus menang melawan detektif."
"Beritahu aku aturan lain yang harus kuperhatikan."
"Ini adalah hal yang paling penting... Detektif tidak diperbolehkan untuk dibunuh. Terserah Anda mau membunuh target dan berapa banyak orang selain target, tetapi detektif yang kami sediakan harus Anda biarkan hidup. Dalam keadaan apa pun, jika detektif meninggal dalam waktu 168 jam yang ditentukan, Anda akan dianggap kalah pada saat itu juga."
"Maksudnya, meskipun dia mati karena kecelakaan yang tidak disengaja?"
"Ya. Pada dasarnya, mencederai detektif pun dilarang."
"Ketat sekali aturannya."
"Pertandingan tanpa lawan, sejak awal, tidak ada gunanya untuk ditonton, bukan?"
Rupanya, cara menyingkirkan detektif yang mengganggu di awal tidak akan berlaku. Organisasi itu jelas-jelas menginginkan pertarungan dengan detektif.
"Mengenai aturan-aturan kecil lainnya, akan kami sampaikan setelah tantangan Anda diputuskan."
Pria tua itu sekali lagi berbalik menghadapnya.
"Tantangan mulia untuk merebut kembali kehidupan—kami menyebutnya 'Tantangan Hitam (Duel Noir)'. Selama Anda bisa mengalahkan detektif, masa depan baru akan terbuka untuk Anda. Nah, bagaimana keputusan Anda?"
Jawaban atas pertanyaan itu hampir pasti.
Namun, dia tidak bisa langsung menjawab. Cerita pria tua itu terlalu melampaui kenyataan dan tidak masuk akal. Kata-kata seperti semacam 'Komite', 'kejahatan sempurna', semua terdengar seperti lelucon. Dia bahkan masih curiga ini adalah penipuan. Meskipun begitu, dia tidak bisa menganggapnya sebagai lelucon karena adanya janji, 'akan memberitahu pelaku sebenarnya' sebagai pembuka.
Jika orang yang telah membuatnya menjadi begitu sengsara masih hidup dengan tenang, dia tidak bisa memaafkan itu. Tidak ada cara lain selain membuatnya menebus dengan kematian.
"Jika aku tidak mengatakan 'ya', kau tidak akan memberitahuku kebenaran di balik kasus pembakaran lima tahun lalu?"
"Benar."
Itu adalah umpan.
Itu pasti umpan untuk menariknya ke dalam permainan. Tapi, ini adalah umpan yang sangat menggoda. Bagi dirinya yang sudah kehilangan segalanya dan menjadi kosong, umpan ini bahkan bisa disebut keselamatan.
Jika dia menolak di sini, dia pasti akan menyesalinya seumur hidup. Dia pasti akan menghabiskan sisa hidupnya dengan menyalahkan diri sendiri, bertanya mengapa dia tidak menerima tantangan itu saat itu.
Kalau begitu, lebih baik—
Bukankah dia harus bertarung?
Daripada hidup seperti orang mati.
"Mata Anda terlihat bagus," Pria tua itu tertawa pelan, sambil menggoyangkan bahunya. "Satu hal... saya akan sampaikan data kami, entah itu berguna atau tidak. Dalam semua 'Tantangan Hitam' yang telah kami selenggarakan... Tingkat kemenangan di pihak detektif hanyalah 28 persen. Hanya 28 persen. Artinya, sekitar tujuh puluh persen dari mereka yang melakukan balas dendam menggunakan 'Teknik' kami, berhasil melaksanakan kejahatan sempurna."
"Angka itu benar?"
"Meskipun disebut detektif, ada yang berkualitas tinggi sampai yang terendah, kan. Ada yang bahkan tetap tidur, tidak menyadari sifat kriminalitasnya, meskipun surat tantangan telah dikirimkan. Tentu, kasus itu adalah contoh yang sangat beruntung, tapi..."
Apakah mungkin dia akan berakhir di tiga puluh persen yang kalah?
Tidak mungkin, kan?
Yang akan dia dapatkan adalah kemenangan.
"Sepertinya Anda sudah memutuskan jawabannya. Namun, kami akan menunggu semalam. Dinginkan kepala Anda di bawah cahaya bulan, dan jika tekad untuk menantang masih tidak hilang, datanglah ke sini besok pukul sepuluh pagi. Apakah Anda mengerti?"
Dia mengangguk mendengar perkataan pria tua itu.
"Tentu saja, Anda pasti mengerti, tetapi hal ini harus dirahasiakan dari orang lain. Jika Anda membicarakannya, tidak hanya kepada polisi, tetapi juga kepada kenalan Anda, kami tidak akan pernah muncul di hadapan Anda lagi."
"Aku mengerti."
"Kalau begitu, sampai bertemu lagi."



