![]() |
Gambar 3. Bab 2 |
Tefuda ga Oome no Victoria Volume 1 - Lady Yolana dan Sejarawan Tua Pemarah
Bagian 1
Lady Yolana adalah istri mendiang Earl Haynes.
Ketika suaminya meninggal karena sakit, ia menyerahkan posisinya sebagai kepala keluarga kepada putranya beserta istri dan kediaman keluarga mereka. Kini, ia menjalani kehidupan santai yang pantas bagi seorang janda kaya raya di distrik timur ibu kota.
Suatu hari, sepulang dari pesta teh seorang sahabat, Lady Yolana memutuskan singgah ke sebuah toko di distrik selatan untuk membeli perlengkapan sulam.
Barang belanjaannya diserahkan kepada pelayannya, sementara ia hanya membawa tas tangannya. Namun, baru beberapa langkah berjalan, seorang pemuda datang berlari dan merampas tas itu, lalu kabur sejauh mungkin. “Pencuri!” teriaknya. Seorang pria berotot yang berada di sekitar langsung mengejarnya. Bersikap keras kepala, Lady Yolana ikut berlari mengejar bersama pria berambut perak itu, mengabaikan teriakan pelayannya yang memintanya berhenti.
Tak lama kemudian, pria itu berhasil menangkap pencopet dan menahannya. Lady Yolana pun bisa mendapatkan kembali tasnya dengan selamat. Namun, dalam perjalanan pulang, ia sadar dirinya lupa berterima kasih dengan benar. Karena terlalu panik, ia hanya sempat mengucapkan “terima kasih” singkat lalu pergi. Merasa tidak enak hati, keesokan harinya ia mendatangi pos penjaga.
“Aku ingin berterima kasih padanya dengan layak.”
“Kapten tidak akan menerima uang, tapi akan kusampaikan pesan ini kepadanya.”
“Kalau begitu, bisakah Anda setidaknya memberitahuku di mana aku bisa menemukan wanita yang menjegal pencopet itu?”
Penjaga itu memberinya nama sebuah hotel. Maka Lady Yolana pergi ke sana dan meminta resepsionis memanggil wanita itu. Beberapa saat kemudian, muncullah seorang wanita dengan senyum lembut ditemani seorang gadis kecil. Lady Yolana menyampaikan rasa terima kasihnya, namun wanita itu menjawab dengan senyum, “Ucapan terima kasih saja sudah cukup.”
“Kalau begitu, paling tidak maukah kau datang ke rumahku untuk minum teh dan bersantai?” pinta Lady Yolana dengan agak keras kepala, teringat akan betapa rentannya ia di usia tuanya setelah peristiwa perampokan itu. Untunglah, wanita itu menerimanya dengan senyum lebar.
Beberapa hari kemudian, wanita itu, yang ternyata bernama Victoria Sellars, datang ke rumah Lady Yolana bersama si gadis kecil. Ia memperkenalkan dirinya sebagai rakyat biasa asal Randall. Meski berstatus rakyat jelata, ia tampak sama sekali tidak canggung berada di rumah seorang bangsawan, dan Lady Yolana juga memperhatikan bahwa tata krama dan sopan santun Victoria selama jamuan teh sangat halus, barangkali ia berasal dari keluarga berada.
TN Yomi: keluarga kaya, klo lu blm tau mah
“Lalu, apa rencanamu sekarang? Tentunya, Kau tak mungkin tinggal di hotel selamanya kan” tanya Yolana.
“Saya berencana menyewa rumah untuk kami berdua segera.”
“Kalau begitu, mengapa tidak tinggal di sini saja? Aku punya pondok tamu yang bisa kalian tempati. Ada dapur dan kamar mandinya.”
Tanpa sadar, Lady Yolana sudah mengundang mereka tinggal bersamanya.
Victoria bukan hanya membantu menangkap pencopet, tetapi juga menampung seorang anak terlantar. Sebagai warga Ashbury, Lady Yolana ingin menunjukkan rasa terima kasih yang tulus.
Victoria sempat berpikir sejenak, lalu menjawab. “Asal ada perjanjian sewa resmi.” Ia bahkan berkata akan menyusun kontraknya sendiri. Hal itu membuat Lady Yolana yakin bahwa Victoria mendapat pendidikan yang baik.
Kontrak yang Victoria bawa keesokan harinya sangat masuk akal, dan harga sewa yang ia ajukan sesuai dengan harga pasaran. Meskipun biaya sewa di distrik timur tempat para bangsawan tinggal sangat tinggi, Victoria sama sekali tidak berusaha menawar lebih rendah.
“Ya ampun! Ini dibuat dengan sangat teliti. Kontrak yang sempurna,” puji Lady Yolana, sebelum menurunkan harga sewa bulanan yang diajukan Victoria hingga setengahnya dan langsung meresmikan perjanjian tersebut. Jarang sekali seorang pemilik rumah menawarkan potongan harga sebesar itu.
Dan ternyata, Victoria adalah penyewa yang luar biasa. Ia tidak pernah membawa tamu berisik, dan gadis kecil bernama Nonna itu tenang serta sopan, kecil kemungkinan membuat berantakan pondok tamu. Victoria bahkan membayar sewa untuk dua bulan ke depan sekaligus.
Victoria juga menjadi teman bicara yang menyenangkan setiap kali Lady Yolana mengundangnya untuk minum teh, Sering kali Victoria membawa masakan buatannya sendiri sambil berkata rendah hati, “Maaf kalau lancang; tentu saja Anda punya juru masak yang hebat.” Hidangan itu tidak hanya indah dipandang, tapi juga benar-benar lezat. Salah satunya adalah “chicken dan vegetable roulade.”
Hidangan itu dibuat dengan cara menghamparkan sayuran dan rempah di atas dada ayam yang sudah dipipihkan, lalu digulung, dipanggang sebentar, dan kemudian direbus dengan saus anggur putih. Saat dipotong, irisan-irisannya disusun rapi di atas piring. Biasanya daging ayam mudah kering, tapi masakan Victoria empuk dan mudah dikunyah, bahkan bagi orang seusia Lady Yolana. Bagian luar ayam dilapisi madu, sehingga saat dipanggang menghasilkan lapisan renyah yang manis.
“Aku benar-benar senang bisa mengenalmu. Ngomong-ngomong, tempat kerjamu dekat sini, bukan?” tanya Lady Yolana, dan Victoria menjawab bahwa ia bekerja sebagai asisten dan pelayan rumah untuk seorang sejarawan terkenal. “Aku sungguh heran bagaimana kau bisa melakukan begitu banyak hal dengan sangat baik!”
Kekagumannya itu bukan tanpa alasan; suatu hari yang berangin, Lady Yolana sedang memandangi taman dari balkon lantai dua rumahnya ketika embusan angin menerbangkan topinya. Topi itu melayang tertiup angin dan tersangkut di dahan pohon ginkgo.
“Topi itu pemberian mendiang suamiku sebelum ia wafat, jadi sangat berarti bagiku. Tapi sepertinya tak ada yang bisa dilakukan. Aku hanya berharap topi itu jatuh sebelum hujan turun.”
Victoria baru saja pulang kerja ketika mendengar keluhan Lady Yolana. Ia masuk ke pondok dan berganti celana panjang, lalu memanjat pohon itu dengan cekatan. Ia berhasil melepaskan topi dari dahan dan melemparkannya ke arah nyonya rumah. Pohon itu bahkan lebih tinggi daripada atap rumah dua lantai Lady Yolana.
Saking kagetnya, Yolana sampai terdiam. Victoria meluncur turun dari pohon sambil berkata sambil tertawa, “Saya agak tomboy sejak kecil!”.
Bukan hanya bisa berperilaku bak bangsawan, tapi dia juga seorang asisten sejarawan, juru masak handal, dan bahkan pemanjat pohon yang gesit!
Singkatnya, Lady Yolana semakin menyayangi Victoria.
Maid Lady Yolana, Susan, juga menjadi pengagum Victoria dan Nonna.
“Bagaimana mungkin seorang ibu tega meninggalkan anak secantik itu?” katanya sambil menitikkan air mata marah. "Nyonya, setelah Nonna terbiasa padaku, apakah sebaiknya dia tinggal di kamarku? Kemudian Nona Sellars akan bisa keluar di malam hari tanpa rasa khawatir. Dia masih sangat muda, tapi sepertinya dia tidak punya waktu untuk berpacaran!" katanya dengan prihatin.
Nonna memang jarang menunjukkan emosi, namun ketika Susan berbicara dengannya atau memberikan makanan kecil, ekspresinya akan sedikit melunak.
“Kenapa, kau terdengar seperti mencoba menjinakkan anak kucing liar!” Yolana berseru.
"Seekor anak kucing! Aku hanya merasa gadis itu begitu menggemaskan sehingga aku ingin menunjukkan kasih sayang seorang ibu kepadanya."
“Sayangnya, kita berdua tidak lebih dari seorang nenek!”
“Betapa culunnya, Nyonya!”
Lady Yolana merasa jengkel dengan reaksi Susan.
Bicara soal Victoria, dia meminjam panci besar dari dapur untuk membuat sesuatu untuk ulang tahun majikannya. Aroma yang lezat sudah tercium sejak pagi tadi, saat dia mulai memasak.
“Kamu bisa menggunakan keretaku untuk mengangkut makanannya,” Lady Yolana menawarkan, yang membuat Victoria senang.
"Terima kasih banyak! Saya sempat bingung bagaimana cara mengangkut makanan ini dan berpikir untuk memanggil kereta kuda."
Lady Yolana merasa bahwa sifat Victoria yang terkadang linglung itu sangat menawan.
Bagian 2
Bernard Fitcher adalah seorang sejarawan tua, sekaligus orang yang sangat kikir. Meskipun dia tidak mau melakukannya sendiri, dia bersikeras untuk minum teh pada waktu tertentu, disiapkan dengan cara tertentu. Jika ada barang miliknya yang sedikit saja tidak pada tempatnya di rumahnya—bahkan di area di luar ruang kerja dan ruang tamu—ia akan merasa jengkel.
Di atas semua itu, ketika dia terkurung di ruang kerjanya terlalu lama, bahkan hal-hal terkecil pun akan membuatnya marah. Tidak banyak orang yang bisa bertahan lama menjadi asistennya, jadi dia selalu kesulitan untuk mengisi posisi tersebut.
Suatu hari, Victoria Sellars melihat lowongan pekerjaannya di agen tenaga kerja dan datang untuk melakukan wawancara dengannya. Dia mengatakan bahwa dia bisa berbicara dalam empat bahasa serta pandai memasak dan bersih-bersih. Hal ini menurutnya terlalu mengada-ada, namun ternyata benar.
“Tuan Fitcher, saya punya terjemahan teks yang Anda minta kemarin.”
“Kau menyelesaikannya hanya dalam semalam?”
“Ya, silakan periksa apakah ada kesalahan selagi saya menyelesaikan tugas bersih-bersih.”
Victoria menyerahkan kertas-kertas tersebut kepada Bernard dan kemudian mulai merapikan mejanya. Victoria benar-benar memiliki bakat dalam hal bersih-bersih. Dia tidak pernah menaruh tumpukan dokumen yang berantakan ketika dia menatanya; sebaliknya, dia memilah-milah tumpukan dokumen dan memisahkannya menjadi tiga tumpukan tergantung pada isinya, menjepitnya dengan rapi dan menambahkan catatan di bagian depan agar lebih mudah ditemukan.
Karena Bernard memiliki paru-paru yang lemah dan tinggal di rumah tua yang berdebu, keponakannya sering berkata bahwa dia melakukan “bunuh diri secara perlahan,” namun begitu Victoria mulai bekerja untuknya, dia merapikan seluruh rumahnya. Sekarang tidak ada setitik debu pun yang terlihat.
Dia pelayan dan asisten terbaik yang pernah aku temui; aku takkan melepaskannya! Pikir Bernard beberapa hari yang lalu.
Pada awalnya, ketika Victoria mengatakan bahwa dia harus membawa seorang gadis kecil yang bahkan tidak memiliki hubungan darah dengannya, dia berpikir bahwa hal itu tidak mungkin terjadi, namun Nonna ternyata adalah seorang anak yang sangat cerdas yang menghabiskan waktunya dengan membaca dengan tenang di sudut dapur. Victoria mengajarinya membaca dan menulis.
Bernard selalu tak menyukai anak-anak, namun kini ia berpikir mungkin mereka tidak terlalu buruk jika berperilaku baik.
Ketika Nonna sedang membantu Victoria bersih-bersih hari itu, Bernard mengumpulkan keberanian untuk bertanya kepadanya, “Apa makanan kesukaanmu?” Itulah satu-satunya pertanyaan yang dapat ia pikirkan, karena ia menganggap berbicara dengan seorang anak kecil sudah cukup menantang.
Gadis itu merenungkan pertanyaannya sejenak, lalu menjawab, “Domba panggang Vicky.”
Secara kebetulan, Bernard juga menyukai domba panggang. Hal berikutnya yang dia tahu, dia berkata kepada Victoria, "Jika kau tidak punya rencana malam ini, maukah kau membuatkan aku domba panggang? Kalian berdua bisa bergabung bersamaku, tentu saja."
"Oh, dengan senang hati! Terima kasih sudah bertanya," kata Victoria sambil tersenyum, lalu segera berbelanja bahan-bahannya.
Bernard menawarkan untuk menanggung biaya makan dan memberinya uang lembur, tapi dia menolaknya, dengan berkata, “Ini adalah pengalaman yang baik bagi Nonna untuk makan bersama orang lain selain saya, jadi saya tak mungkin menerima uang Anda.” Bernard bersikeras lagi dan lagi, namun wanita itu tidak mau mengalah.
“Kamu memang keras kepala, ya?” katanya.
“Saya sering mendengarnya.”
Sudah lama sekali dia tidak bercakap-cakap dengan seseorang, dan Bernard sangat menikmatinya.
Victoria dengan terampil menyiapkan daging domba panggang dengan wortel dan bubur kacang hijau, bersama dengan kentang tumbuk yang lembut. Saat dia memasak, Nonna meminta roti panggang mentega yang renyah, jadi dia menambahkannya juga.
Ini adalah pertama kalinya ia menyantap hidangan seperti itu di rumah sejak istrinya meninggal delapan tahun yang lalu. Dan koki sebelumnya tidak pernah membuat sesuatu yang begitu rumit. Sejak koki itu berhenti, Bernard makan siang dan makan malam di restoran terdekat, memilih makanan yang sama dari menu setiap kali dan merasa semuanya hambar.
Baik Victoria maupun Nonna menyantap hidangan dengan lahap dan terlibat dalam percakapan yang menyenangkan dengan Bernard. Victoria mengatakan bahwa dia berasal dari Randall, tetapi dia juga memiliki banyak pengetahuan tentang kerajaan ini. Ketika Bernard berbicara tentang sejarah, dia selalu mendengarkannya dengan penuh perhatian dan ketertarikan.
Setelah Victoria dan Nonna membersihkan diri dan pulang, rumah itu terasa sangat sepi bagi Bernard. Dia selalu menganggap kehadiran orang lain sebagai gangguan, jadi dia merasa perubahan ini cukup membingungkan.
"Aku pikir dia tidak akan mau menuruti permintaanku, tapi untunglah aku tidak keras kepala dan berusaha untuk berbicara dengannya. Aku tak pernah membayangkan akan bersenang-senang saat makan malam. Dan makanannya benar-benar lezat." Di dalam ruangan yang sunyi, Bernard berbicara kepada potret mendiang istrinya.
Sejak hari itu, Victoria dan Nonna sesekali makan malam bersama sejarawan tua itu.
Keponakan Bernard, Eva, datang menjenguknya seminggu sekali. Seorang wanita yang penuh perhatian berusia tiga puluhan dengan rambut cokelat kemerahan, Eva adalah putri dari adik perempuan Bernard.
Saat Eva membuka pintu depan hari ini, matanya membelalak, dan semakin ia melihat ke sekelilingnya, ia semakin tercengang.
"Rumah ini sangat bersih! Bahkan ruangan bawah tanah yang dulu kamu sebut sebagai ruang belajar itu telah berubah total! Sekarang akhirnya terlihat layak untuk seorang sarjana. Paman, apa yang sebenarnya terjadi? Apakah kamu mendapatkan pembantu rumah tangga yang baik?"
"Kau selalu berisik, Eva. Aku sudah memasang iklan lowongan kerja di agen tenaga kerja untuk seorang asisten dan menemukan seseorang yang sangat cakap."
"Seorang asisten? Bukan pembantu rumah tangga?"
“Asisten-ku menguasai empat bahasa dan bisa bersih-bersih serta memasak!”
"Berapa banyak kamu membayar nya, Paman? Tolong jangan bilang kalau kamu hanya menggaji mereka sebesar gaji asisten."
Bernard tidak tahu banyak tentang tata krama sosial dan mungkin sedikit kurang sadar dalam hal akal sehat; seperti yang dikatakan Eva, dia hanya membayar Victoria dengan gaji asisten.
Dia mulai panik. Apa aku telah bersikap serampangan? Mendiang istrinya sering memarahinya karena bersikap masa bodoh dan tidak memiliki akal sehat.
Bernard dengan gugup merapikan rambutnya, yang lebih banyak berwarna putih daripada cokelat, dan terdiam.
"Paman, asistenmu yang cakap ini jelas-jelas melakukan pekerjaan tiga orang! Jika kamu terus membayar mereka dengan harga yang murah, orang lain akan mengambilnya dari tanganmu."
"Tentu saja tidak. Aku tak bisa begitu! Aku butuh dia (she)."
"Dia? Dia seorang wanita? Perkenalkan dia padaku. Aku harus berterima kasih padanya dan meminta maaf!"
Keesokan paginya, Victoria datang ke tempat kerja dengan membawa Nonna dan langsung disambut oleh Eva. Dia menundukkan kepalanya dan berkata, “Maafkan pamanku yang bodoh ini karena menggajimu dengan gaji yang rendah,” lalu menawarkan untuk melipatgandakan gajinya.
“Tiga kali lipat”? Oh, saya tak mungkin bisa. Itu terlalu banyak!"
"Tidak juga. Sebelum kamu datang, pamanku tidak hanya memiliki seorang asisten tapi juga dua pembantu rumah tangga, dan rumahnya tidak pernah sebersih ini! Dan mereka hanya bertahan selama tiga bulan. Paman bilang kamu bahkan mendengarkan ceritanya dan mengobrol dengannya. Kami harus menggajimu empat kali lipat! Dia tak punya apapun untuk dibelanjakan. Tolong jangan malu-malu."
Eva menjadi sangat bersemangat saat berbicara, dan ia bergerak dengan sangat liar, sampai-sampai ia hampir menjatuhkan vas bunga di atas meja di dekatnya. Namun, Victoria, yang duduk di seberangnya, dengan cepat mengulurkan tangan dan menangkap vas tersebut tanpa berkedip sedikit pun. Dia terus menatap Eva sepanjang waktu.
"Wah, aku bahkan ingin sekali mempekerjakanmu untuk diriku sendiri! Tapi aku yakin Paman tidak akan bermimpi berpisah denganmu sekarang."
Beberapa hari telah berlalu sejak Eva bertemu dengan Victoria.
Eva telah memberitahunya bahwa Bernard akan mengadakan pesta untuk ulang tahunnya yang ke-60 di rumahnya.
"Semua kerabat kami akan hadir di sana. Padahal, sebenarnya hanya ada kami berempat-aku dan suamiku, Michael; dan dua sepupuku. Aku akan membayarmu lembur jika kamu memasak. Tidak perlu sesuatu yang rumit."
“Tentu saja, dengan senang hati,” Victoria setuju sambil tersenyum.
Eva adalah istri seorang earl dan memiliki banyak kesibukan, jadi hal itu sangat menyenangkan baginya.
Mereka juga terhubung dengan cara yang tak terduga; salah satu dari dua sepupu yang disebutkan Eva akan hadir adalah Jeffrey, kapten Orde Kedua para ksatria. Namun, Victoria tidak akan mengetahui hal ini sampai hari pesta.